Tugumalang.id – Kalimat “jangan mati sebelum berkunjung ke Banda Neira” tengah ramai diperbincangkan di media sosial. Ungkapan ini disampaikan oleh salah satu tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang pernah diasingkan di pulau tersebut yaitu Sutan Sjahrir.
Kalimat populer ini menggambarkan segala keindahan alam Banda Neira dan sejarah Indonesia yang terkandung di dalamnya. Pulau yang dikenal sebagai surganya timur Indonesia ini terlalu sayang untuk dilewatkan seumur hidup. Keistimewaan Banda Neira diabadikan pada pecahan uang kertas Rp1.000 emisi 2016.
Banda Neira adalah pulau utama dalam gugusan kepulauan Banda yang menjadi pusat administrasi Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Kepulauan ini terkenal dengan keindahan bawah laut dan keanekaragaman hayati lautnya, berbagai spesies ikan dan terumbu karang masih terlestari dengan baik.
Baca Juga: Sejarah Hamid Rusdi, Pahlawan Asal Malang Pelintas Zaman
Banda Neira sendiri dikenal hingga mancanegara. Pada masa penjajahan Belanda, pulau ini merupakan salah satu penghasil pala dan lada terbesar di masa Kolonial sehingga menjadi pusat monopoli perdagangan dan pelabuhan rempah-rempah dunia.
Banyaknya jejak sejarah dunia menjadikan Kepulauan Banda sebagai salah satu Situs Warisan Dunia Indonesia oleh UNESCO.
Pulau ini ditukar dengan Manhattan oleh Belanda. Pulau Run awalnya dikuasai oleh Ratu Elizabeth I dari Inggris. Pada saat itu, Inggris dan Belanda berseteru untuk menguasai perdagangan dunia.
Pada 31 Juli 1667, Traktat Breda dikeluarkan untuk memberikan solusi damai bagi keduanya. Isi dari traktat tersebut salah satunya yaitu Inggris harus mengakhiri kekuasaanya di Pulau Run, Kepulauan Banda dan menyerahkan pulau itu pada Belanda.
Pihak Belanda menawarkan kota Nieuw Amsterdam yang kini sudah berganti nama menjadi Manhattan, New York, Amerika.
Baca Juga: Sejarah Monumen Pesawat di Persimpangan Jalan Suhat Kota Malang
Pulau dengan eksotisme alamnya ini menyimpan segudang sejarah di dalamnya. Banda Neira dijadikan sebagai tempat pembuangan tokoh penting kemerdekaan Indonesia. Selain Sutan Syahrir, tokoh lainnya yang juga diasingkan yaitu Mohammad Hatta dan Dr. Cipto Mangunkusumo.
Tempat wisata sejarah yang wajib dikunjungi adalah Benteng Belgica. Portugis datang dan membangun sebuah benteng sederhana di Banda Neira pada awal tahun 1500an.
Setelah berpindah tangan ke Belanda, dibangun sebuah benteng yang lebih kokoh bernama Benteng Belgica. Belgica I berdiri pada tahun 1611, dilanjutkan pembangunan Benteng Belgica II pada tahun 1660, dan pembangunan Belgica III selesai pada tahun 1667.
Tempat bersejarah lainnya yaitu Istana Mini Neira yang dahulu digunakan sebagai kediaman resmi Gubernur Belanda. Bangunan yang berdiri sejak 1622 ini akan direvitalisasi dan dijadikan sebagai Istana Kepresidenan.
Pada pulau ini juga terdapat 2 rumah yang terkenal. Pertama, Rumah Budaya Neira, museum yang berisi koleksi benda-benda bersejarah. Salah satu koleksi yang menggambarkan bagaimana beratnya penderitaan masyarakat pada masa penjajahan adalah lukisan yang menggambarkan pembantaian masyarakat Banda oleh VOC pada tahun 1621.
Rumah kedua yang terkenal adalah rumah pengasingan Bung Hatta dan Sutan Syahrir selama 6 tahun sejak 1936 hingga 1942. Rumah yang menjadi saksi bisu perjuangan kedua tokoh kemerdekaan ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya dari Maluku oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
Selain tempat bersejarah yang sudah disebutkan di atas, objek wisata sejarah yang bisa dikunjungi di pulau cantik ini adalah Benteng Nassau. Untuk keindahan alamnya, objek wisata alam yang bisa dikunjungi yaitu Pulau Pisang (Pulau Sjahrir), Lava Flow, Gunung Api Banda, Pulau Rozengain (Hatta), dan Pulau Nailaka.
Penulis: Nurul Amelia Putri
Editor: Herlianto. A