MALANG, Tugumalang – Menyuarakan aspirasi masyarakat tak harus melalui mimbar orasi. Namun bisa dengan cara lain. Salah satunya adalah Desainer asal Malang, yang berhasil menarik perhatian publik. Pasalnya, sejumlah spanduk Tragedi Kanjuruhan milik Aremania yang dipajang di Alun-alun Tugu Malang dirancang menjadi baju yang memenangi kompetisi bergengsi di Surabaya.
Mutiara Syariffudin, desainer asal Kota Malang yang juga mengajar di kampus Lasalle College Surabaya. Dia memenangi Fashion Upcycling Competition di Ciputra Mall Surabaya pada Sabtu (12/11/2022) lalu. Dia meraih juara 2 dalam kompetisi itu dengan kreasi baju berbahan spanduk Tragedi Kanjuruhan.
Mutiara terinspirasi membuat baju itu setelah melintasi bundaran Alun Alun Tugu Kota Malang. Saat itu dia melihat ratusan keranda dan ratusan foto korban Tragedi Kanjuruhan berjejer melingkari alun alun. Dia mengaku tersentuh usai mendapati banyaknya foto korban yang ternyata banyak yang perempuan juga.
“Saya sempat melintasi bundaran Tugu setelah 40 hari Tragedi Kanjuruhan saat mau beli kain. Inspirasi itu muncul saat melihat banyak keranda dan foto korban yang ternyata banyak ceweknya,” ungkapnya, Senin (14/11/2022).
Dia juga mengaku terkesan dengan ribuan Aremania yang telah menyuarakan aspirasi menuntut keadilan bagi para korban Tragedi Kanjuruhan. Meski diguyur hujan, Aremania tak gentar melanjutkan aksi Malang Menghitam pada Kamis, 10 November 2022 lalu.
Mutiara kemudian tergerak ingin turut berpartisipasi menyuarakan keresahan warga Malang melalui bidang keahliannya sebagai seorang desainer. Keranda, foto korban hingga spanduk Tragedi Kanjuruhan yang dia lihat semakin membulatkan tekadnya turut berpartisipasi.
“Akhirnya saya ambil 3 spanduk di jalanan yang sesuai. Jujur saya waktu itu belum izin ke Aremania karena saya tidak tahu izin ke siapa. Tapi ternyata mereka mendukung,” ujarnya.
“Itu benar benar dari spanduk di jalanan. Saya sebenarnya takut ambilnya, karena saya buat spanduk sendiri jelek. Akhirnya terpaksa saya ambil dan ternyata gak masalah, mereka mendukung,” imbuhnya.
Spanduk itu kemudian dia kreasikan dengan pakaian lamanya dalam kompetisi di Surabaya itu. Dia mengaku diberi waktu sekitar 1 jam untuk merangkai desain itu dengan jahitan tangan. Namun hasilnya, karya yang dia buat menarik perhatian publik dan berhasil meraih juara 2.
“Saya ambil beberapa potong untuk selendang. Kalau kanan kiri itu saya print-kan foto Tragedi Kanjuruhan. Saya tempelkan. Saya balut police line tiruan,” bebernya.
“Police linenya itu tiruan, itu stiker dan dari sabuk gitar. Pesan dan maknanya, polisi kan harusnya melindungi dan merangkul rakyatnya. Tapi ternyata muncul korban. Makanya ada police line yang melingkari design,” imbuhnya.
Usai memenangi kompetisi itu, Mutiara berencana akan menempatkan sementara karya itu di butik pribadinya di Salon Mutiara Malang. Dia juga berencana bakal melelang design itu.
Namun jika Aremania menginginkan, dia akan memberikannya. Mutiara juga berkeinginan mendesain lagi 10 karya fashion dalam kompetisi nasional yang didesikasikan untuk masyarakat Malang.
“Saya harap ini bisa menginspirasi bagi siapapun, bahwa melalui bidang apapun bisa mendukung Aremania lewat karya,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko