Tugumalang.id – Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, memiliki produksi ikan nila yang melimpah. Sekali panen, warga di sana bisa menghasilkan hingga 10 ton ikan.
Selain untuk dijual ke restoran-restoran, ikan nila tersebut juga diolah kembali menjadi produk yang lezat, bergizi, dan siap disajikan. Salah satu produk unggulannya adalah pepes nila bakar.
Pepes nila bakar diproduksi oleh pasangan suami istri Fathur Rokhman (54) dan Winarni (52). Produk mereka sering disajikan di acara-acara yang digelar oleh Pemerintah Desa Sananrejo dan dinas-dinas yang ada di Kabupaten Malang.
Baca Juga: Mencicipi Sajian Kuliner Viral Vietcong dan 2 Legenda, Racikan Pemuda Kota Malang
“Biasanya produk kami juga diberikan sebagai oleh-oleh ke Bupati Malang dan tamu-tamu lainnya,” ujar Fathur saat ditemui di rumahnya belum lama ini.
Pepes nila bakar ini memiliki rasa pedas dan bumbu yang kuat dipadu dengan aroma daun kemangi dan daun pisang bakar. Pepes ini cocok dipadukan dengan nasi putih hangat tanpa tambahan apa-apa lagi.
Berdasarkan ukurannya, pepes nila bakar ini dijual mulai dari harga Rp10 ribu hingga Rp20 ribu per porsi. Pepes dengan harga termahal menggunakan ikan nila yang ukurannya sekitar 250 gram.
Fathur mengatakan bahwa ia mulai memproduksi pepes nila bakar ini sejak tahun 2019, setelah Sanare Fish Farm terbentuk. Sanare Fish Farm merupakan kelompok peternak ikan nila di Desa Sananrejo.
Baca Juga: Mencicipi Roti Bien di Malang, Kuliner Kekinian dengan Sentuhan Resep Tempo Dulu
Sejak saat itu, produksi ikan nila sangat melimpah. Fathur pun memutar otak bagaimana ikan-ikan tersebut bisa diolah menjadi makanan yang lezat.
“Kami coba-coba bikin pepes, kok katanya enak,” kata Fathur.
Menurut Fathur, hingga saat ini pihaknya lebih banyak memenuhi permintaan dari warga Desa Sananrejo. Salah satu kendala yang dihadapi adalah ia masih gagap teknologi sehingga belum bisa melakukan pemasaran online.
“Kami belum bisa pakai media sosial. Padahal kalau ada pesanan ke Kota Malang pun kami siap antar,” ujar Fathur.
Selain diolah menjadi pepes, warga Desa Sananrejo juga mengolah ikan nila menjadi nugget. Pravita Dwi Rahayu (34) baru mencoba memproduksi nugget ini di tahun 2023. Nugget tersebut dihidangkan di Kantor Desa Sananrejo kepada para tamu saat panen raya ikan nila, Mei 2023 lalu.
Saat ini, wanita yang akrab dipanggil Vita tersebut belum memproduksi nugget lagi. “Mungkin nanti produksi saat panen raya lagi,” ujarnya saat ditemui di rumahnya belum lama ini.
Sebelum memproduksi nugget ikan nila, Vita telah rutin memproduksi bakso jamur dan olahan jamur lainnya. Sejak tahun 2007, keluarga Vita telah membudidayakan jamur dan jamur ini menjadi komoditas unggulan di Desa Sananrejo.
Baca Juga: Mencicipi Roti Bien di Malang, Kuliner Kekinian dengan Sentuhan Resep Tempo Dulu
“Jamur ini saya olah buat mengakali kalau pas panen raya dan pasar sedang sepi,” kata Vita.
Ia mengolah jamur ini menjadi makanan beku seperti bakso, siomay, tahu isi, dan tahu walik. Kemasan produknya tidak terlalu besar sehingga setiap bungkus bisa dibanderol dengan harga Rp 10 ribu.
Di dalam memasarkan produknya, Vita memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Whatsapp, dan Tiktok. Ia juga pernah mengikuti pameran di Kota Malang dan produk-produknya ludes diserbu pengunjung.
“Setelah pameran selesai, ada pembeli yang pesan lagi dalam jumlah banyak,” ujarnya.
Pemasaran produk-produk ini juga dibantu oleh Kepala Desa Sananrejo, Erna Yustining. Ia kerap memesan produk asli Sananrejo untuk dijadikan oleh-oleh bagi para tamu yang berkunjung ke Desa Sananrejo.
Bagi Erna, UMKM di Desa Sananrejo sangat penting karena bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain olahan nila dan jamur, warga Desa Sananrejo juga memproduksi carang mas, keripik, dan olahan lainnya. Produk-produk ini juga dijual sebagai oleh-oleh khas Desa Sananrejo.
“UMKM memproduksi semua hal yang ada di Sananrejo. Jualnya kadang ke luar desa. Tapi untuk mencukupi permintaan di desa pun kadang kami masih kurang,” kata Erna.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A