Tugumalang.id – Pesarean Gunung Kawi merupakan objek wisata rohani di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang yang populer hingga ke mancanegara. Meski setiap hari ada pengunjung yang berziarah, tempat ini paling ramai dikunjungi setiap Kamis Kliwon atau malam Jumat Legi.
Tentunya ini bukan tanpa alasan. Ada sebab mengapa malam Jumat Legi menjadi waktu yang dipilih banyak orang untuk berziarah ke sana.
Perlu diketahui bahwa Pesarean Gunung Kawi merupakan tempat dimakamkan dua tokoh agama Islam yang terkemuka di Jawa yaitu Kyai Zakaria II atau Eyang Djugo dan Raden Mas Imam Surjono.
“Eyang Djugo adalah seorang bangsawan yang masih keturunan dari Kesunanan Surakarta. Beliau juga merupakan guru spiritual Pangeran Diponegoro,” jelas Putri, administrator media sosial Pesarean Gunung Kawi, pada Minggu (17/7/2022).
Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda, jelas dia, Eyang Djugo lebih memilih berjuang dengan menyebarkan ilmu dan kemudian mengembara di Desa Djugo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.
Eyang Djugo memiliki seorang murid bernama Raden Mas Imam Sujono yang merupakan keturunan Kasultanan Yogyakarta dan sama-sama berjuang bersama Pangeran Diponegoro. Kepada Raden Mas Imam Sujono, Eyang Djugo berwasiat, jika ia meninggal, ia ingin dimakamkan di sebuah bukit di lereng Gunung Kawi.
“Dari situ, Raden Mas Imam Sujono dan beberapa pengikutnya melakukan babat alas untuk sampai di Gunung Kawi dan membuka padepokan di sini,” imbuh Putri.
Eyang Djugo meninggal di Desa Jugo pada tanggal 1 Sela tahun 1799 Dal atau 22 Januari 1871 Masehi, tepat di hari Minggu Legi atau malam Senin Pahing. “Itulah kenapa setiap malam Senin Pahing kami melaksanakan kirab penyekaran untuk memperingati wafatnya Eyang Djugo,” kata Putri.
Perjalanan membawa jenazah Eyang Jugo dari Desa Jugo ke Pesarean Gunung Kawi kala itu memakan waktu tiga hari. Jenazah sampai pada hari Rabu malam.
Jenazah Eyang Djugo kemudian disemayamkan satu malam di padepokan dan dimakamkan pada hari Kamis Kliwon atau malam Jumat Legi. “Itu juga yang mendasari kenapa tiap malam Jumat Legi di Pesarean Gunung Kawi selalu ramai,” kata Putri.
Menurut Putri, para peziarah datang untuk memperingati hari dimakamkannya Eyang Djugo. Sehingga, peringatan wafatnya Eyang Djugo dilakukan dua kali setiap bulannya yaitu malam Senin Pahing dan malam Jumat Legi. “Kalau kami memperingatinya pada Senin Pahing, kalau mereka (peziarah) memperingatinya pada Jumat Legi,” kata Putri.
Oleh karena itu, di malam Jumat Legi, kawasan sekitar Pesarean Gunung Kawi padat pengunjung hingga 24 jam. Padahal, di hari-hari biasa, pada pukul 22.00 kawasan tersebut sudah sepi.
Reporter: Aisyah Nawangsari
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id