MALANG, Tugumalang.id – Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi baik di tingkat daerah maupun nasional. Lantas bagaimana dengan kondisi perkembangan pembangunan infrastruktur di Kota Malang?.
Mari kita intip perkembangan infrastruktur Kota Malang di era kepemimpinan Wali Kota Malang, Sutiaji dan Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko, yang menjabat sejak 2018 hingga 2023.
Laporan ini adalah bagian dari laporan khusus yang merekam geliat inovasi dan prestasi Wali Kota Malang Sutiaji dan Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko yang akan berakhir jabatannya pada 24 September 2023.
1. Jembatan Kedungkandang Terbangun Setelah 8 Tahun Mangkrak
Rencana pembangunan Jembatan Kedungkandang sebanarnya sudah dirancang era kepemimpinan Wali Kota Malang, Peni Suparto pada tahun 2012. Rencana itu tak dilanjutkan dan mangkrak di era kepemimpinan Wali Kota Malang, Mochamad Anton atau Abah Anton. Dengan demikian, total ada 8 tahun proyek ini mangkrak.
Baca Juga: 5 Tahun Sutiaji Memimpin, Ekonomi Kota Malang Tumbuh Mengesankan
Mega proyek ini kemudian berhasil direalisasikan oleh kepemimpinan era Wali Kota Malang Sutiaji dan Sofyan Edi Jarwoko. Jembatan bersejarah itu diresmikan pada penghujung tahun 2020, ketika badai pandemi Covid-19 melanda negeri.
Selain sukses dalam membangun jembatan yang sudah lama mangkrak, pemerintahan Sutiaji dinilai sukses melakukan efisiensi. Jembatan kedungkandang menghabiskan anggaran Rp 51 miliar. Jumlah ini jauh lebih sedikit dari yang pernah dianggarkan Rp 74 miliar di tahun 2014.
Terkait keberhasilannya di Jembatan Kedungkandang tersebut, Sutiaji memilih merendah. ’’Itu sudah kewajiban saya sebagai wali kota,’’ kata Sutiaji dalam kunjungan ke kantor Tugu Media Group, jumat, 15 september 2023.
Untuk diketahui, konstruksi Jembatan Kedungkandang ini menjulang sepanjang 330 meter dengan lebar 14 meter. Jembatan ini mampu menopang kendaraan maksimal 50 ton.
Jembatan ini cukup sukses dan efektif memecah masalah kemacetan jalur lalu lintas di kawasan Kedungkandang. Insfrastruktur ini secara tidak langsung juga telah menjadi koneksi yang mendukung distribusi logistik, barang dan jasa serta geliat investasi di kawasan timur Kota Malang. Dengan demikian, roda perekonomian masyarakat setempat turut melesat.
Baca Juga: Jelang Purna, Sutiaji-Sofyan Edi Sowan ke Kediaman Mantan Wali Kota Malang
Tak hanya konstruksi penghubung jalan, di bawah Jembatan Kedunglandang juga dilengkapi dengan pembangunan taman bermain anak dan ruang terbuka hijau. Bahkan pilar pilar hingga dinding dinding jembatan ini juga dihiasi seni mural yang kian menambah estetika.
“Pembangunan Jembatan Kedungkandang tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi warga lokal maupun pendatang. Dulu Kedungkandang dikenal macet, tapi sekarang semakin lenggang. Ya yang seperti ini yang harusnya terus dibangun,” kata Rusdian Yuli, driver ojol di Kota Malang.
Baginya, insfrastruktur jalan beserta fasilitasnya memang selayaknya dihadirkan secara optimal sebagai akses penunjang pergerakan roda perekonomian masyarakat. Menurutnya, jalan yang baik dan aman akan memberikan dampak besar bagi kemaslahatan masyarakat.
“Apalagi untuk pekerja seperti kami, yang kerjaannya 100 persen berada di jalanan. Saya yakin jika semua jalan disiapkan dengan bagus, Kota Malang ke depan akan menjadi kota yang megah dan maju,” ujarnya.
2. Jembatan Tunggulmas Sukses Menghubungkan Tunggulwulung dan Tlogomas
Pembangunan Jembagan Tunggulmas menjadi wujud konsistensi Pemerintah Kota Malang dalam menghadirkan pembangunan infrastruktur jalan yang lebih baik. Di tengah kemelut perekonomian nasional yang tak menentu, Pemkot Malang berhasil menghadirkan akses penghubung 2 wilayah.
Jembatan Tunggulmas sebagai akses penghubung wilayah Tunggulwuljng dan Tlogomas itu diresmikan pada awal 2022 lalu. Jembatan yang memiliki panjang 314 meter dengan lebar 12 meter itu telah direalisasikan oleh kepemimpinan era Wali Kota Malang Sutiaji dan Sofyan Edi Jarwoko.
Jembatan ini terbukti menjadi akses menghubungkan yang memudahkan masyarakat. Dahulu masyarakat memerlukan waktu tempuh sekitar 15 menit untuk perjalanan dari Tunggulmas ke Tlogomas. Kini, setelah ada Jembatan Tunggulmas, waktu tempuh itu bisa terpangkas menjadi sekitar 1 menit.
Tak hanya itu, peresmian Jembatan Tunggulmas yang telah dicita citakan masyarakat sebelum era Wali Kota Sutiaji itu memberikan dampak secara langsung terhadap kenaikan harga tanah masyarakat setempat. Jembatan penghubung itu juga memberikan dampak geliat perekonomian masyarakat sekitar baik sektor usaha kos, kafe, kuliner dan lainnya.
“Saya rasa akan cukup merepotkan jika jembatan ini tidak ada. Saya kan setiap hari lewat jembatan ini. Kalau gak ada jembatan kan muter dan mungkin butuh waktu yang lebih lama. Saya gak tau kapan jembatan ini dibangun, tapi saya rasa sangat bermanfaat dan memudahkan masyarakat,” kata Wisnu Wardana, salah satu mahasiswa di Kota Malang.
3. Malang Creative Center (MCC) Jadi Pusat Berkumpulkan Insan Kreatif
Gedung MCC yang dibangun mulai 2021 dan rampung pada 2022 itu sempat menuai kritikan deras dari masyarakat. Kini, keberadaan Gedung MCC telah menjelma menjadi rumah dan wadah bagi pelaku ekonomi kreatif Kota Malang. Terdapat 17 subsektor ekonomi kreatif yang memanfaatkan gedung itu.
Gedung 8 lantai itu juga telah dimanfaatkan untuk memperkuat ekosistem, kreasi, konservasi, produksi, pemasaran produk hingga kolaborasi para pelaku ekonomi kreatif di Kota Malang. Setidaknya, 1.357 event penggerak ekraf telah digelar di MCC pada periode Desember 2022 hingga Juli 2023.
Geliat pemanfaatan Gedung MCC pendorong pertumbuhan ekraf itu ditengarai juga menjadi bagian dari kebangkitan pertumbuhan ekonomi Kota Malang. Dimana, pertumbuhan ekonomi Kota Malang mencapai 6,32 persen pada 2022 lalu. Angka itu meningkat jika dibandingkan tahun 2021 sebesar 4,21 persen dan tahun 2020 sebesar -2,26 persen (masa pandemi).
“MCC memang didesign untuk mencetak insan kreatif berdaya saing. Jadi kami menyiapkan MCC bukan hanya untuk Kota Malang saja, tapi untuk membangun sistem ekonomi kreatif yang baik dari Malang untuk Indonesia dan dunia,” kata Sutiaji, Wali Kota Malang.
Candi Badut yang merupakan candi tertua di Jatim menjadi inspirasi design arsitektur Gedung MCC ini. Gedung ini diharapkan mampu terus membangkitkan geliat perekonomian ekonomi kreatif di sepanjang masa. Terlebih, Candi Badut juga merupakan simbol kebangkitan perekonomi yang tangguh dan mandiri.
Destinasi wisata krearif ini diharapkan juga menjadi proyeksi atau gambaran keberadaan potensi ekraf di Kota Malang tanpa mengikis budaya lokal Malang. MCC juga diproyeksikan menjadi investasi Kota Malang dalam menyongsong Indonesia Emas.
4. Islamic Center Kota Malang
Gedung Islamic Center telah diresmikan Pemerintah Kota Malang pada akhir 2020 lalu. Tahapan pembangunan gedung serba guna ini masih terus berlanjut. Meski begitu, gedung megah yang diproyeksikan menjadi khasanah peradaban Kota Malang tersebut sudah dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan strategis.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPR-PKP) Kota Malang, Dandung Djulharjanto menyampaikan bahwa selama ini gedung tersebut telah manfaatkan untuk berbagai kegiatan besar di Kota Malang.
“Seperti tes seleksi PPPK dan CPNS, kemudian ada pembekalan ASN, pembekalan jamaah haji, pengajian hingga refleksi akhir tahun Pemerintah Kota Malang,” ujarnya.
Islamic Center pada dasarnya dibangun untuk memecah kepadatan aktivitas di jantung kota sekaligus upaya pemerataan pembangunan infrastruktur di Kota Malang. Untuk itu, gedung yang difokuskan untuk kemaslahatan masyarakat ini didirikan di kawasan kelurahan Arjowinangun, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
Gedung ini nantinya akan diisi dengan museum peradaban Islam sekaligus menjadi pusat kegiatan keagamaan di Kota Malang. Gedung 2 lantai itu juga akan dimanfaatkan untuk perkantoran instansi maupun lembaga pemerintahan hingga organisasi kemasyarakatan dan keagamaan. Selain itu, kawasan Islamic Center juga akan didirikan perkantoran kepolisian hingga TNI.
Geliat kegiatan di kawasan Islamic Center diproyeksikan dapat memberikan dampak pertumbuhan ekonomi masyarakat Kota Malang wilayah Timur yakni wilayah Kedungkandang.
5. Kawasan Kayutangan Heritage Jadi Jujukan Wisatawan Baru
Pembenahan insfrastruktur kawasan Kayutangan Heritage digencarkan Pemkot Malang di era kepemimpinan Sutiaji dan Sofyan Edi Jarwoko mulai 2020 hingga 2022. Pembenahan itu meliputi pembangunan pedestrian yang terbagi menjadi 3 zona di sepanjang Jalan Jenderal Basuki Rachmat, Kota Malang.
Selain pembenahan insfrastruktur, pedestrian itu juga dihiasi dengan pernak pernik yang menjadikan kawasan ini sebagai icon wisata baru di jantung Kota Malang. Mulai bunga taman, tempat duduk, box telephone, replika trem kereta api hingga lampu hias di sepanjang pedestrian.
Kini pedestrian Kayutangan Heritage menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan. Di tempat ini, pengunjung bisa menikmati gemerlap dan hiruk pikuk suasana jantung kota sembari menikmati wisata kuliner atau pertunjukan musik dari ratusan grup band lokal Malang Raya yang dihadirkan secara terjadwal bergantian setiap hari.
“Kami senang seniman musik diberikan wadah di sini meski tidak bisa tampil setiap hari, karena yang mau tampil disini ada musisi se Malang Raya. Saya lihat banyak grup musik lawas kembali muncul, itu bagus, bisa mengenang kejayaan mereka,” kata Rudi Haris, vokalis Oscar Band, grup musik lokal Kayutangan.
“Kami sebagai musisi juga berterimakasih sudah dikasih tempat untuk bisa tampil di sini. Mudah mudahan kedepan musik di Malang semakin maju dan bisa diapresiasi masyarakat luas,” ucap Riza Grace, vokalis GNF Band asal Pujon itu.
Tak hanya mempercantik pedestrian di tepi jalan utama, Pemkot Malang juga melakukan pembenahan akses jalanan di dalam perkampungan kawasan Kayutangan Heritage yang menyimpan pesona wisata puluhan bangunan heritage khas kolonial Belanda.
Kini, penataan Kayutangan telah memberikan dampak pertumbuhan ekonomi hingga ke sudut sudut kampung. Di dalamnya, saat ini banyak didirikan usaha UMKM hingga kafe kafe rumahan yang ramai dikunjungi wisatawan.
“Memang setelah Kayutangan ditata, ada pengaruhnya. Jadi penataan Kayutangan Heritage cukup mendompleng kampung kami,” kata Dinda Ayu, Pemilik Kafe Calatea Garden yang terletak di dalam gang 4 Jalan Arif Rahman Hakim kawasan Kampoeng Heritage Kajoetangan.
Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang mencatat bahwa tiket masuk wisata tematik yang ada Kampoeng Heritage Kajoetangan telah terjual sebanyak 39.154 tiket sepanjang Januari-Juli 2023. Jumlah itu tentu menjadi penyumbang tingkat kunjungan wisatawan di Kota Malang.
“Kalau jumlah kunjungan di destinasi wisata Kota Malang semester I 2023 sudah melebihi target. Sudah ada 1,2 juta wisatawan berkunjung, lalu dari wisatawan mancanegara ada 12 ribu,” kata Baihaqi, Kepala Disporapar Kota Malang.
6. Revitalisasi 16 Pasar Rakyat Kota Malang
Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang mencatat setidaknya sudah ada 16 pasar rakyat dari total 26 pasar rakyat yang berhasil direvitalisasi dan dimodernisasi sepanjang tahun 2018 hingga 2023 atau era kepemimpinan Wali Kota Malang Sutiaji dan Sofyan Edi Jarwoko.
Pasar rakyat yang direvitalisasi itu adalah Pasar Klojen, Pasar Gadang Lama, Pasar Bunul, Pasar Sukun, Pasar Sawojajar, Pasar Mergan, Pasar Kasin, Pasar Kedungkandang, Pasar Madyopuro, Pasar Kota Lama, Pasar Lesanpuro, Pasar Kedungkandang. Sedangkan yang sedang proses Pasar Wilis, Pasar Kebalen dan Pasar Modyopuro (tahap 2).
Pasar pasar itu memiliki berbagai sarana perdagangan yang kompetitif, ada penguatan kearifan lokal, mengedepankan keamanan dan kenyamanan pembeli dengan berbagai kelengkapan fasilitas seperti penataan kios yang baik dan bersih, toilet, tempat ibu menyusui dan sirkulasi udara yang baik. Bahkan 2 pasar yakni Pasar Oro Oro Dowo dan Pasar Kasin telah dinobatkan sebagai pasar berstandar nasional atau SNI.
Pasar rakyat di Kota Malang menjadi tumpuan perekonomian sejumlah warga. Berdasarkan data Kota Malang Dalam Angka tahun 2022, setidaknya ada 10.904 pedagang yang menggantungkan hidupnya di 26 pasar rakyat di Kota Malang.
Kini, revitalisasi pasar rakyat di Kota Malang juga terus digencarkan. Di tahun 2023 ini, setidaknya ada 3 pasar rakyat yang sedang dalam progres pelaksanaan revitalisasi yakni Pasar Wilis, Pasar Kebalen dan Pasar Madyopuro.
“Kita ketahui, pasar pasar yang telah direvitalisasi terbukti mampu membangkitkan ekonomi. Dengan pasar yang bersih indah dan nyaman tentu meningkatkan jumlah pengunjung atau pembeli. Dampaknya, pendapatan pedagang meningkat,” kata Eko Sri Yuliadi, Kepala Diskopindag Kota Malang.
7. Sanitary Landfill TPA Supit Urang Kota Malang
Persoalan sampah bisa menjadi bom waktu jika tak dikelola dengan baik. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Supit Urang Kota Malang dahulu menerapkan sistem open dumping atau penimbunan sampah terbuka. Kini, TPA Supit Urang yang terletak di Kecamatan Sukun, Kota Malang itu telah dilengkapi dengan teknologi canggih yakni sanitary landfill atau sistem pengolahan sampah ramah lingkungan.
Sanitary landfill di TPA Supit Urang Kota Malang telah dioperasikan sejak 2021. Pembangunan sanitary landfill dilakukan di Kota Malang melalui program Emission Reduction in Cities – Solid Waste Management (ERiC-SWM) atas kerja sama antara Kementerian PUPR, Pemerintah Jerman dan Pemerintah Kota Malang.
Teknologi sistem pengelolaan sampah yang dibangun di atas lahan seluas 35 hektar itu mampu meminimalisir dampak pencemaran lingkungan baik air, tanah, maupun udara. TPA Supit Urang juga memiliki mesin yang dilengkapi dengan teknologi pemilah sampah organik dan anorganik sebelum diolah di sanitary landfill.
Adapun infrastruktur utama sanitary landfill ini dibangun sedemikian rupa hingga memiliki 3 lapis perlindungan lingkungan. Lapisan pertama yakni tanah yang dipadatkan diberi geosynthetic clay liner sebagai penahan kebocoran air lindi agar tak mencemari tanah. Lapisan kedua dan ketiga menggunakan geomembran dan geotextile. Tiga lapisan itu kemudian dilapisi batu koral sebagai penyaring air lindi.
Setelah itu, sampah sampah ditumpuk di atas lapisan tersebut dan ditimbuh dengan tanah sekitar 1-2 meter agar tak dihinggapi lalat sekaligus pencegah kebakaran sampah. Selanjutnya, air lindi yang tersaring akan ditampung di instalasi pengelolaan lindi untuk dimurnikan hingga bisa dibuang secara aman, berstandar dan tak menimbulkan aroma tak sedap.
TPA Supit Urang Kota Malang memiliki luas area sekitar 35 hektar dengan kapasitas tampung mencapai 953.340 meter kubik sampah. Setidaknya, ada sekitar 500 ton sampah masuk ke tempat ini setiap harinya. Adapun zona timbun sanitary landfill itu sendiri memiliki luas area sekitar 5,2 hektar.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, Noer Rahman Wijaya menjelaskan bahwa TPA Supit Urang sejauh ini mampu mengasilkan berbagai produk produk bernilai guna tinggi seperti pupuk kompos hingga gas metan. Produk produk itu menurutnya disalurkan ke masyarakat sekitar yang berhak dan membutuhkan.
Rahman menyampaikan bahwa TPA Supit Urang mengakomodir pengolahan sampah dari 72 TPS yang tersebar di seluruh wilayah Kota Malang. Dikatakan, pihaknya telah menggencarkan gerakan pilah sampah dari rumah atau hulu untuk memudahkan proses pengolahan sampah yang masuk di TPS dan TPA.
“Sebagaimana seperti yang dicanangkan Wali Kota Malang bahwa Kota Malang di 2028 nanti harus bersih dari sampah,” ucapnya.
Menurutnya, program pemilahan sampah dari hulu baik di rumah warga maupun TPS telah menekan jumlah sampah yang masuk ke TPA Supit Urang Kota Malang hingga 26 persen per hari.
“Jadi sampah sampah itu sudah banyak yang terpilah, sisanya atau residunya baru dibuang dan dikelola di TPA,” tandasnya.
8. Mini block office
Mini block office dibangun pada 2020 silam. Bangunan ini terletak di belakang kantor Balai Kota Malang, gedung tersebut menjadi kantor baru bagi sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Malang.
Bangunan ini terdiri delapan lantai, dan aula di gedung ini sering dijadikan tempat pertemuan warga. Dengan adanya mini block office ini, diharapkan sejumlah kegiatan asn tidak lagi digelar di hotel, sehingga bisa efisiensi anggaran. Mini block office menelan anggaran Rp 45 miliar.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A