Tugumalang.id – Artikel ini akan membahas belasan candi Hindu dan Budha di Malang Raya. Candi merupakan sebuah bangunan yang merujuk pada sebuah tempat peribadatan agama Hindu atau Budha. Bangunan ini biasanya digunakan untuk ritual agama, pemujaan dewa-dewi, memuliakan para leluhur atau penghormatan pada sang Budha.
Malang diketahui sebagai pusat pemerintahan kerajaan besar Singosari atau Tumapel. Kerajaan tersebut menjadikan Hindu-Budha sebagai agama resminya. Kerajaan yang didirikan Sri Ranggah Rajasa atau lebih dikenal sebagai Ken Arok berdiri sekitar 70 tahun.
Yakni kisaran tahun 1222 hingga 1292. Selayaknya kerajaan Hindu-Budha pada umumnya kerajaan ini membangun candi yang hingga kini masih bisa kita jumpai.
Walau demikian, candi-candi yang kini dijumpai di Malang Raya tidak semuanya peninggalan Kerajaan Singosari, ada juga yang berasal dari kerajaan sebelumnya, yakni Kerajaan Kanjuruhan dan juga dibangun kerajaan sesudahnya, Kerajaan Majapahit. Berikut beberapa candi yang berada di Malang raya:
Daftar 12 Candi Hindu dan Budha di Malang Raya
Candi Songgoriti
Songgoriti bukanlah nama asing bagi masyarakat Jawa Timur khususnya masyarakat Malang. Karena di sana merupakan tempat yang memiliki banyak persewaan villa yang bisa dijadikan tempat stay vacation wisatawan. Namun, tak banyak yang sadar bahwa di sana memiliki sebuah candi peninggalan kerajaan Singosari bernama Candi Songgoriti.
Candi ini berada di Desa Songgokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur. Bangunan berlatar belakang agama Hindu ini merupakan salah satu candi tertua di Jawa Timur. Para ahli sejarah memperkirakan Candi Songgoriti dibangun pada masa pemerintahan Mpu Sindok, raja yang memindahkan ibu kota Kerajaan Mataram kuno dari jawa tengah ke jawa timur kisaran tahun 928.
Melansir laman Kompas.com, Candi Songgoriti merupakan sebuah petirtaan yang dibangun di dekat dumber mata air panas. Batur candi ini berbentuk persegi berukuran 14 x 10 meter, sementara bagian tubuh dan atapnya telah runtuh.
Candi Songgoriti dihiasi relief Samudramanthana, yakni kisah pengadukan lautan susu yang terkenal dalam kepercayaan Hindu. Badan candi ini membentuk diagram mandala dan setiap sisinya terdapat relung berhias lidah api dan makara yang distilir motif flora, sebagai tempat arca.
Relung barat merupakan tempat arca Ganesha, relung utara tempat arca Durga, dan relung selatan ditempati arca Agastya. Arca-arca tersebut mengindikasikan Candi Songgoriti berlatarbelakang agama Hindu Siwa.
Dilihat dari arsitekturnya, Candi Songgoriti mirip dengan bangunan candi di Jawa Tengah. Bentuk tubuhnya cenderung tambun dan mempunyai langgam khas Jawa Tengah, yakni pada sisi luar dinding terdapat pengapit relung berhiaskan dewa-dewi, seperti candi langgam Jawa Tengah.
Karena alasan itulah, para sejarawan meyakini Candi Songgoriti merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang didirikan tidak lama setelah Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan dari Jawa Tengah ke JawaTimur.
Baca Juga: 5 Candi di Malang Peninggalan Kerajaan yang Menarik Dikunjungi
Candi Kidal
Candi Kidal adalah salah satu candi warisan dari kerajaan Singhasari. Candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja kedua dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun (1227-1248). Berlokasikan di Jalan Raya, Panggung, Kidal, Tumpang, Kabupaten Malang.
Kematian Anusapati dibunuh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singhasari, juga diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring. Candi Kidal secara arsitektur, kental dengan budaya Jawa Timuran, telah mengalami pemugaran pada tahun 1990.
Candi kidal juga memuat cerita Garudeya, cerita mitologi Hindu, yang berisi pesan moral pembebasan dari perbudakan. Terletak di desa Rejokidal, kecamatan Tumpang, sekitar 20 km sebelah timur kota Malang – Jawa Timur, candi Kidal dibangun pada 1248 M, bertepatan dengan berakhirnya rangkaian upacara pemakaman yang disebut Cradha (tahun ke-12) untuk menghormat Raja Anusapati yang telah meninggal.
Upaya pemeliharaan Candi Kidal terus berlanjut setelah Indonesia merdeka. Pada 1989-1990, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur melakukan pemugaran Candi Kidal untuk seluruh bagian candi, dari atap sampai pondasi.
Candi Jago
Candi Jago berasal dari kata “Jajaghu”, didirikan pada masa Kerajaan Singhasari pada abad ke-13, terletak di Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang, tepatnya 22 km ke arah timur dari Kota Malang. Tepatnya di Jl. Wisnuwardhana, Ronggowuni, Tumpang, Kec. Tumpang, Kabupaten Malang.
Karena letaknya di Desa Tumpang, candi ini sering juga disebut Candi Tumpang. Penduduk setempat menyebutnya Cungkup. Candi ini cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat hal tersebut dikarenakan sambaran petir.
Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini. Candi ini mula-mula didirikan atas perintah raja Kertanagara untuk menghormati ayahandanya, raja Wisnuwardhana, yang meninggal pada tahun 1268. Kemudian Adityawarman mendirikan candi tambahan dan menempatkan Arca Manjusri yang sekarang tersimpan di Museum Nasional.
Candi Jago ditemukan Belanda tahun 1834. Saat itu kondisi candi berada dalam keadaan rusak karena akar-akar pohon beringin besar yang tumbuh di dekat candi. Keberadaan pohon di sekitar candi mungkin memang sengaja ditanam sebagai penanda sekaligus pelindung keberadaan candi dari marabahaya dan bencana.
Pada tahun 1890, candi di pugar. Selanjutnya baru tahun 1908, candi ini memiliki bentuk seperti sekarang ini. Bagian atas candi masih belum mengalami bentuk sempurna karena bagian-bagian yang belum ditemukan, sehingga sulit untuk di rekonstruksi.
Baca Juga: Status Wilayah Candi Songgoriti Tak Kunjung Usai, Sampai Kapan Terbengkalai?
Candi Singasari
Candi Singasari terletak di kabupaten Malang teptnya di Jl. Kertanegara, Candirenggo, Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini menjadi salah satu tujuan wisata sejarah yang juga bisa menjadi wisata kekinian karena tampilannya terlihat sangat apik saat difoto.
Tak jarang ada orang yang sengaja datang ke kawasan wisata Candi Singasari hanya untuk berfoto dengan latar pemandangan candi, sehingga tampilannya terlihat eksotis.
Candi Singasari adalah candi yang dibangun sekitar tahun 1300 Masehi. Candi ini sengaja dibangun sebagai bentuk penghormatan atas Raja Kertanegara yang gugur karena pengkhianatan dan pemberontakan oleh anak buahnya, yakni Jayakatwang.
Namun, tak banyak diketahui oleh masyarakat luas bahwa candi ini sebenarnya belum rampung pembangunannya, dilihat dari banyaknya pahatan arca yang belum rampung. Ketika berkunjung ke sana, maka kita bisa melihat banyaknya arca-arca kecil yang tampak belum selesai dibuat, mulai dari arca yang menyerupai bentuk Durga, Lembu Nandini, dan lain sebagainya.
Candi Badut
Candi Badut terletak di Desa Karangwidoro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Candi Badut ditemukan pada tahun 1921 oleh Maureen Brecher, seorang kontrolir dari Kantor Pamong Praja yang ada di Malang. Saat ditemukan Candi Badut dalam kondisi rusak, ditumbuhi pepohonan dan tertutup tanah.
Pada tahun 1923 – 1926 Dinas Purbakala di bawah pimpinan F.D.K Bosch dan B. de Haan melakukan kegiatan pemugaran. usaha ini diawali dengan pelaksanaan penggalian yang dilakukan sampai mencapai dasar bangunan.
Pada situs Candi Badut terdapat struktur candi induk, struktur candi perwara, dan fragmen arca, dan komponen bangunan yang ditata berjajar di depan struktur candi. Peninggalan terbesar di situs ini adalah struktur candi induk yang bernomor registrasi 264/MLG/1997.
Candi terbuat dari batu andesit dengan arah hadap ke barat. Batu berbentuk persegi panjang dan terdiri dari tiga jenjang yang keseluruhannya polos tanpa hiasan, berukuran 10,76 m x 10,76 m x 1,3 m. Bagian kaki berbentuk bujur sangkar yang berdiri di atas batur. Di antara bagian ini terdapat selasar selebar ± 1,5 meter.
Kaki candi ini polos tanpa hiasan maupun ornament. Sisi barat kaki candi terdapat penampil tangga naik, pipi tangga berbentuk lengkungan dan berujung bentuk ukel dengan bagian pangkal berhias kala naga. Sisi utara dan selatan pipi tangga berhias ornamen burung berdiri di atas bunga teratai.
Candi Karang Besuki
Candi Karang Besuki berlokasikan di Dusun Gasek, Kelurahan Karang Besuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Karena lokasinya berada di Dusun Gasek, sebagian orang menyebutnya sebagai Candi Gasek. Letak Candi Karang Besuki tidak jauh dari Candi Badut peninggalan Kerajaan Kanjuruhan, yang masih berada dalam satu kelurahan.
Menurut para ahli sejarah, candi ini sezaman dengan Candi Badut, yang disebut sebagai candi tertua di Jawa Timur. Ketika pertama kali ditemukan, bagian kaki Candi Karang Besuki masih ada.
Namun saat ini kondisinya semaki tidak utuh, tinggal sebuah struktur fondasi batu andesit berbentuk bujur sangkar berukuran 6,8 x 6,8 meter yang menghadap barat. Pada bagian tengah fondasi, terdapat reruntuhan berbentuk lingkaran yang diperkirakan sebagai sumuran candi.
Selain struktur fondasi Candi Karang Besuki, terdapat temuan lepas berupa yoni, arca Ganesha, arca Agastya. Keberadaan arca-arca tersebut menunjukkan bahwa candi ini berlatarbelakang agama Hindu. Melihat hiasan serta gaya arcanya, para ahli sejarah menduga bahwa Candi Karang Besuki seumuran dengan Candi Badut, yang berasal dari abad ke-8.
Melansir laman Pemkot Malang, nama Gasek disebut tiga kali dalam Prasasti Ukir Negara atau Prasasti Pamotoh dari zaman Kerajaan Majapahit. Prasasti itu menyebut adanya pemujaan di Gasek dan bangunan suci berupa candi yang telah hancur. Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa pada zaman Majapahit (abad ke-14), Candi Karang Besuki telah hancur tetapi masih diakui sebagai bangunan suci tempat pemujaan Hindu.
Candi Sumberawan
Candi Sumberawan terletak di Dusun Sumberawan, Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, terletak di lahan Perhutani dengan suasana yang masih asri serta terdapat hutan pinus yang berfungsi sebagai bumi perkemahan.
Candi Sumberawan berbentuk stupa, sehingga banyak pula yang menyebut candi ini dengan nama Stupa Sumberawan, bentuk stupa ini menjadi hal yang istimewa, karena candi berbentuk stupa jarang dijumpai di wilayah Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan riwayatnya Candi Sumberawan pertama kali ditemukan pada tahun 1904 oleh masyarakat. Kemudian tahun 1935 Dinas Purbakala Hindia Belanda melakukan pengkajian atas bangunan tersebut dan pada tahun 1937 dipimpin Ir. Van Romondt berhasil dilakukan pemugaran.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Candi Sumberawan didirikan. Menurut para ahli diduga bangunan ini didirikan sekitar abad XIV M, bahkan ada yang menduga bahwa daerah ini dulunya bernama Kasurangganan.
Artinya taman bidadari atau taman surga nimfa, yaitu daerah yang pemah dikunjungi Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359 M, ketika pergi ke Singhasari, hal ini diberitakan dalam kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang disebut pada pupuh 35 bait ke 4.
Bentuk bangunan Candi Sumberawan berdenah segi empat dengan ukuran 6,3 m x 6,3 m tinggi 5,56 m, yang terdiri atas tiga bagian, yaitu batur, kaki serta tubuh candi. Bagian puncak stupa sudah runtuh. Batur berbentuk denah segi empat, polos.
Kaki stupa terdiri dari 2 tingkatan, yaitu kaki 1 (satu) dan kaki 2 (dua). Kaki 1 (bawah) berdenah segi empat dengan profil pelipit-pelipit pada bagian atas dan bawah, sedangkan bagian tengah berupa bidang datar polos. Profil kaki 2 (dua) mirip dengan kaki 1 (satu), yaitu pelipit-pelipit pada bagian atas dan bawah, sedangkan bagian tengah sisi terdapat bidang panil (kosong tanpa relief).
Bangunan suci ini tidak memiliki hiasan atau ukiran dan juga tidak ada tangga naik, sehingga tidak ada akses naik untuk melihat kondisi bagian puncak yang sudah runtuh.
Selain itu tidak terdapat ruang yang biasanya digunakan untuk menyimpan reliek (benda-benda suci) seperti stupa pada umumnya, sehingga diduga digunakan hanya untuk pemujaan. Selain keberadaan stupa, BPCB Provinsi Jawa Timur mencatat sebuah lumpang dengan bentuk silindris agak mengembang ke atas, bagian permukaan atas agak cekung dengan lubang berbentuk lingkaran di tengahnya.
Candi Samudro
Lokasi Candi Jawar Samudro yang dekat dengan Gunung Semeru menampilkan pemandangan alam yang sangat luar biasa. Di lokasi tersebut, wisatawan dapat menikmati pemandangan matahari terbit dan matahari terbenam. Bahkan disana, wisatawan disuguhkan jajaran gunung-gunung yang ada di Jawa Timur.
Sebelum terjadi erupsi Gunung Semeru, Candi Jawar Samudro sudah beberapa kali dikunjungi untuk peribadatan maupun wisata. Akan tetapi setelah adanya erupsi, lokasi ini ditutup sementara untuk wisatawan karena berada di ring satu dari Gunung Semeru.
Lokasi Candi Jawar Samudro dibuka kembali setelah Gunung Semeru sudah berstatus normal. Bagi Anda yang ingin ke lokasi tersebut, bisa melewati Desa Tawangagung dan Desa Argoyuwono. Di dua desa ini, kondisi jalanan masih bagus. Saat ke luar Desa Argoyuwono, juga masih ada jalan cor beton.
Namun jalan cor ini dibangun hanya sampai pos pantau Gunung Semeru. Begitu mendekati area Candi Jawar, jalanan penuh bebatuan. Sepeda motor matic tidak disarankan dipakai menuju objek wisata buatan tersebut. Sebaiknya, kendaraan roda dua yang dipakai adalah yang ber-suspensi kuat.
Kompleks Percandian Gunung Arjuna
Kompleks Percandian Gunung Arjuna sejak jaman dahulu sudah dijadikan tempat pemujaan sejak jaman Kerajaan Singhasari dan Majapahit. Sehingga percandian di Gunung Arjuna merupakan candi bagi penganut Agama Budha.
Kompleks Percandian Gunung Arjuna terletak di sebelah barat laut Kota Malang. Merupakan tempat yang cukup bersejarah di daerah Malang. Dilereng-lereng di gunung Arjuna yang berketinggian mencapai 3.339 mdpl tersebut banyak sekali terdapat arca maupun candi peninggalan kerajaan Majapahit.
Situs-situs yang kuno dan bersejarah ini banyak sekali berserakan mulai dari kaki gunung sampai dengan puncak gunung arjuna. Hal ini dibuktikan dengan ditemukan sebuah candi seperti Candi Bhatara Guru, Candi Kembang, Candi Lepek, Candi Madrin, Candi Wesi, Candi Hyang Semar, Candi Makutarama, Candi Patung Lesung, Candi Rancang Kencana, Candi Rhatawu, Candi Sepilo, Candi Watu Ireng, Candi Laras, Gua Gambir, Indrikilo, dan Satria Manggung.
Candi Bocok
Candi Bocok terletak di Dusun Bocok, Desa Pondok Agung, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Bangunan candi ini tidak lagi lengkap, hanya menyisakan bagian kaki dan beberapa temuan lepas seperti arca dan umpak (penyangga tiang bangunan).
Candi Bocok disusun dari bahan batu bata dengan tangga berbahan batu andesit. Kaki bangunan yang masih berdiri hingga saat ini berukuran 4,5 x 4 meter dengan tinggi 1,5 meter. Tangga menuju bilik candi yang sekarang tidak lagi berdinding, terdiri dari delapan undakan.
Pada pipi tangga, terdapat miniatur candi sebagai hiasannya. Di lantai bilik candi terdapat fragmen arca yang hanya tertinggal bagian lutut dan telapak kaki saja. Selain bangunan Candi Bocok, di sebelah selatan terdapat undakan batu andesit di tengah-tengah gundukan tanah.
Temuan lepas yang ditemukan di situs Candi Bocok berupa arca Parwati dan arca siwa. Dua arca tersebut mengindikasikan bahwa Candi Bocok bercorak Agama Hindu.
Di samping itu, terdapat sejumlah umpak yang diduga berfungsi sebagai penyangga tiang bangunan yang terbuat dari kayu atau material mudah lapuk, sehingga saat ini tidak ada lagi jejaknya.
Karena kurangnya sumber sejarah, sulit diketahui siapa yang membangun Candi Bacok dan kapan bangunan ini didirikan. Para ahli menduga situs Candi Bocok merupakan bangunan suci dari masa klasik Hindu-Buddha.
Candi Ngabab
Sesuai dengan namanya, Candi Ngabab terletak di Desa Ngabab. Candi ini merupakan salah satu peninggalan dinasti Singasari. Keberadaan candi tersebut banyak tidak diketahui masyarakat. Oleh karena sedikit informasi yang dapat digali mengenai candi yang beraliran Hindu tersebut.
Situs ini berupa struktur talud bertingkat tiga. Pada tingkat pertama terdiri dari enam lapis batu dengan susunan rapat dan rapi. Pada tingkat kedua terdiri dari enam lapis batu dengan susunan rapi dan sebagian telah bergeser.
Pada tingkat ketiga terdiri dari empat lapis batu dengan susunan bergeser dan tidak serapih tingkat pertama maupun kedua. Setiap antar tingkat terdapat jarak selebar batu membentuk sudut kemiringan 75%.
Susunan batu terdiri dari balok batu pendek berukuran 30 cm x 23 cm yang diselingi oleh balok panjang berukuran 62 cm x 23 cm. Upaya pelestarian yang dilakukan terhadap Situs ini adalah dengan melakukan pencatatan melalui kegiatan inventarisasi, dan menempatkan juru pelihara. (Unit Pubdok, BPK XI)
Candi Telih
Candi Telih, yang berada pada ketinggian 1600 mdpl, di lereng Gunung Mujur yang masuk daerah Singosari. Candi mungil peninggalan kerajaan Singhasari ini hanya berukuran tinggi 2 meter dan lebar bangunan 2,5 meter.
Lokasinya yang terpencil di tengah hutan belantara di punggung timur Gunung Arjuno, membuat tak banyak orang yang tahu keberadaannya dan mengunjunginya. Secara administrasi, kawasan ini masuk wilayah Desa Gunungrejo, Kecamatan Singosari.
Untuk mencapai lokasi candi ini membutuhkan tekad besar dan fisik yang prima. Karena akan melewati jalan setapak sejauh 4 km dan hanya bisa terjangkau dengan jalan kaki atau motor trail. Di lokasi ini sama sekali tidak ada pagar pengamanan, luasnya kurang dari 400 meter persegi.
Tidak ada satupun papan penanda yang menunjukkan lokasi ini sebagai kawasan cagar budaya yang dilindungi. Dari literasi yang berhasil dirangkum, Candi Telih merupakan tempat bertemunya Ken Arok dengan Ken Umang istri pertamanya.
Diketahui, sebelum menikahi Kendedes, Ken Arok telah menikah dengan Ken Umang. Meski telah menjadi raja dan menikahi Kendedes yang cantik, namun Ken Arok masih mencintai istri pertamanya yang mendukung perjuangan serta pemberontakannya melawan Tumapel dulu. Ia pun acapkali menemui Ken Umang di Candi Telih, untuk melepas rindu dan memadu kasih, tentunya tanpa sepengetahuan Permaisuri Kendedes. Sehingga, Candi Telih bisa dikatakan sebagai saksi bisu kisah percintaan, romantisme, serta hasrat terpendam seorang raja dengan selirnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Penulis: Jakfar Shodiq (Magang)
editor: jatmiko