Kota Batu, Tugumalang.id – Wacana pembangunan jembatan underpass atau bawah tanah di Jalan Dewi Sartika, penghubung Pasar Induk Among Tani dan Terminal di Kota Batu nampaknya gagal terealisasi di tahun 2025 ini. Rencananya, pembangunan akan kembali diajukan pada 2026 nanti.
Wacana ini sebenarnya sudah muncul sejak era kepemimpinan Pj Wali Kota Aries Agung Paewai. Urgensi pembangunan jembatan underpass ini sendiri nanti bisa menjamin keselamatan dan kenyamanan pengunjung mengingat Jalan Dewi Sartika menjadi jalur utama masuk Kota Batu.
Namun, menurut Kepala Dinas PUPR Kota Batu Alfi Nurhidayat rencana ini sepertinya harus ditunda. Kemungkinan pembangunan baru bisa dilakukan tahun 2026. ”Belum, belum bisa masuk anggaran tahun ini,” ujar Alfi, Minggu (9/3/2025).
Baca juga: Jembatan Underpass akan Hiasi Pasar Induk Among Tani Kota Batu
Lebih lanjut, pihaknya akan mengkomunikasikan kembali rencana ini kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batu yang baru, Nurochman dan Heli Suyanto.
“Nanti akan kita sampaikan lagi pada pimpinan ke Wali Kota yang baru. Ya kemungkinan bisa masuk dalam anggaran tahun 2026 nanti,” kata Alfi.
Alfi menerangkan jika realisasi proyek ini menurut kajian DED membutuhkan anggaran senilai kurang lebih Rp 12 miliar. Jembatan ini dibangun di bawah tanah menghubungkan Pasar Induk Among Tani dan Terminal.
”Desain utamanya kita membuat terowongan di bawah jalan menggunakan material semacam box culvert. Terowongan itu menghubungkan dua sisi depan pasar dan terminal,” terang Alfi.
Alfi menambahkan jika jembatan penyeberangan bawah tanah ini juga didesain antibanjir, ramah energi dan ramah difabel. ”Jadi secara estetik juga masuk. Di lorong itu juga bisa digunakan untuk galeri seni atau exhibition,” sambungnya.
Baca juga: Apa Kabar Wacana Underpass di Depan Pasar Induk Among Tani Batu?
Di sisi lain, menurut kajian keselematan, bahwa di kawasan sana memang sangat diperlukan akses penyeberangan. Apalagi, aktivitas dan tingkat keramaian di sana mulai meningkat.
Menurut Alfi, pembangunan underpass diperkirakan dapat memakan waktu sekitar satu bulan. Sekalipun anggaran yang dibutuhkan cukup besar, namun cukup unggul dari segi ketahanan dan biaya perawatannya relatif murah.
Selain itu, jembatan underpass juga tidak memakan ruang jalan sehingga tidak akan membawa dampak pada terganggunya arus lalu lintas.
“Secara psikologis masyarakat cenderung malas naik tangga seperti pada jembatan overpass. Masyarakat, terutama lansia lebih memilih jalan datar maupun menurun. Tapi pastinya, harus ada kajian atau studi kelayakan lebih dulu,” ungkapnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: M Ulul Azmy
redaktur: jatmiko