Tugumalang.id – Unjuk rasa yang digelar di Balai Kota Malang pada Selasa, 18 Februari 2025, sempat ricuh karena massa aksi membakar ban dan memaksa masuk ke gedung DPRD Kota Malang.
Dalam suasana yang tegang itu, terlihat aparat kepolisian berhadapan langsung dengan massa aksi. Lantas bagiaman sebenarnya cara aparat keamanan termasuk kepolisian dalam menangani massa aksi?
Kepala Bagian Operasi Polresta Malang Kota, AKP Sutomo, menjelaskan, dalam pengamanan aksi, pihak aparat perlu menerapkan prosedur persuasif dan humanis sesuai standar operasional.
Baca Juga: Ketua DPRD Kota Malang dan Kapolresta Temui Demonstran di Tengah Guyuran Hujan
“Kami menyiapkan pengamanan terbaik dengan pendekatan persuasif sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku. Kami ingin memastikan peserta unjuk rasa dapat menyampaikan pendapat mereka dengan aman dan nyaman,” ujar AKP Sutomo.

Sebagai langkah antisipasi, menurut AKP Sutomo, polisi juga menyiapkan pasukan cadangan yang siap diterjunkan apabila situasi di lapangan berubah menjadi tidak kondusif.
Pasukan cadangan tersebut terdiri atas satu Satuan Setingkat Kompi (SSK) dari Brimob dan satu SSK dari Polres Kabupaten Malang.
Kehadiran aparat kepolisian di lapangan juga memberikan sentuhan humanis di tengah jalannya aksi. Beberapa anggota terlihat mengatur lalu lintas agar aktivitas warga sekitar tetap berjalan lancar. Sikap kepedulian yang ditunjukkan petugas ini menciptakan rasa nyaman bagi peserta aksi maupun masyarakat umum.
Baca Juga: Tak Hanya Kritisi Pemangkasan Anggaran Pendidikan, Ini Tuntutan Aksi Indonesia Gelap
Meski saat demo sempat ada kericuhan yang terjadi di gedung DPRD antara pendemo dan keamanan DPRD, kepolisian tetap mencoba mengatur ketertiban massa.
Kericuhan tersebut dipicu oleh ketidakpuasan sebagian pendemo yang ingin masuk ke dalam gedung untuk bertemu langsung dengan anggota dewan, namun dihalangi oleh petugas keamanan.
Ketegangan sempat meningkat, namun berkat kesigapan aparat kepolisian yang segera meredam situasi, kericuhan dapat diredam tanpa adanya tindakan anarkis yang meluas.
AKP Sutomo menegaskan bahwa pihaknya mengutamakan pendekatan dialogis dalam menghadapi potensi gesekan di lapangan. Apabila muncul ketegangan, aparat akan membuka ruang komunikasi dengan menjadi penghubung antara massa aksi dan perwakilan pemerintah.
“Kalaupun terjadi gesekan, kami tetap mengutamakan sikap humanis. Kami siap menjadi penghubung antara peserta aksi dan anggota dewan untuk menciptakan solusi yang terbaik bagi semua pihak,” jelasnya.
Momentum kebersamaan di tengah perbedaan pendapat ini menjadi bukti bahwa keamanan dan ketertiban dapat terwujud melalui kerja sama antara masyarakat dan aparat.
Kehadiran aparat yang tegas dan humanis di tengah massa tidak hanya menjaga ketertiban, tetapi juga memperkuat nilai-nilai demokrasi yang sehat.
Upaya Polres Malang dalam mengawal jalannya unjuk rasa ini menunjukkan bahwa pendekatan persuasif dan humanis dapat menciptakan ketertiban tanpa menghilangkan hak masyarakat untuk bersuara.
Polisi memang seharunya hadir sebagai mitra masyarakat, menjaga keamanan sekaligus merawat harmoni dalam kehidupan berdemokrasi.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: Keshia Putri Susetyo (Magang)
Editor: Herlianto. A