Tugumalang.id – Penelitian kolaborasi Universitas Negeri Malang (UM), UB dan Unair, mengembangkan inovasi produk berbasis pangan lokal Indonesia untuk mengatasi penyakit kardiovaskuler. Produk lokal yang diteliti yaitu makanan rakyat sehari-hari, lalapan. Apakah lalapan bisa jadi obat pencegah penyakit jantung?
Data penelitian menempatkan penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) sebagai penyakit penyebab kematian nomor 1 di dunia. Peneliti dari UB Prof Djanggan Sargowo Sp.PD., Sp.PJ (K) menyebut banyak upaya penyembuhan penyakit tersebut namun masih menimbulkan efek samping jangka panjang.
Pihaknya melakukan penelitian kolaborasi dari bahan makanan olahan khas masyarakat yang efisien. Salah satu pengembangan bahan pangan dan makanan olahan yang telah dikenal dan banyak dijumpai masyarakat di Indonesia menurutnya adalah lalapan. Bahan-bahan yang digunakan mudah didapat, seperti kubis, kemangi, timun, sambal dan lainnya.
”Melihat potensi kandungan gizi yang telah terbukti bermanfaat bagi kesehatan karena kandungan antioksidannya dari setiap bahan makanan tersebut, kami ingin mengembangkan makanan ini sebagai inovasi produk terapi support penyakit jantung koroner,” tutur Prof Djanggan.
Peneliti dari UM Dr Suharti juga menyatakan, lalapan sangat berpotensi menjadi terapi penyakit kardiovaskuler. Sejumlah bahan lalapan tersebut juga mudah di dapat masyarakat.
”Fermentasi kandungan bakteri baik hasil fermentasi sambal lalapan sangat berpotensi menjadi terapi penyakit kardiovaskuler,” ujarnya.
Riset kolaborasi UM, UB, dan Unair ini bertenma: Inovasi Pengembangan Produk Halal Berbasis Bahan Pangan Lokal Ekstrak Fermentasi Sambal Lalapan Sebagai Terapi Suportif dalam Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kardiovaskuler. Penelitian ini diampu oleh koordinator utama RKI dari masing-masing universitas, diantaranya : Dr. Suharti, SpD, M.Si dan Dr. Ahmad Munjin Nasih, M.Ag (UM), berkolaborasi dengan Prof. Djanggan Sargowo (UB), dan Prof. Yudi Her Octaviano, SpJP(K) (Unair). Selain itu, tim yang terlibat diantaranya adalah Dr. dr. Ermin Rachmawati,M.Biomed., dr. Makhyan Jibril, Larasati Sekar Kinasih, M.Gz, dr.Sutanti Lara Dewi dan juga mahasiswa S1 Kedokteran, Biologi serta PPDS Kardiologi. Penelitian ini dilaksanakan di Surabaya dan Malang menggunakan beberapa laboratorium yang bertempat di UM, UB, dan Unair.
”Harapan besar kami, kedepan produk kolaborasi UM, UB, dan Unair ini mampu menjadi inovasi berbasis produk lokal Indonesia yang mampu memberikan dampak nyata terhadap penurunan penyakit kardiovaskuler,” jelas Prof Yudi.
Tahun 2022 ini, UM, UB, Unair lolos seleksi untuk pendanaan Riset Kolaboratif Indonesia (RKI). RKI merupakan salah satu program Kemendikbud dalam melahirkan penelitian-penelitian yang berkualitas dan mendorong ke hilirisasi produk untuk membantu mensukseskan program-program Pemerintah Indonesia.
Skema RKI diantaranya mengadakan penelitian kolaboratif yang melibatkan Kerjasama antar 16 PTNBH se Indonesia, Universitas Luar Negeri, dan BRIN. Penelitian kolaboratif multidisipliner antar institusi ini menjadi penopang utama lahirnya inovasi dan terobosan baru tepat guna untuk menjawab kebutuhan serta permasalahan masyarakat saat ini.
”Tidak hanya itu, dalam pengembangan produk ini kami juga memastikan setiap prosesnya telah sesuai dengan standar kehalalan, yang nantinya dapat bermanfaat dan dipasarkan di masyarakat,” pungkas Dr Munjin. (Ads)
Editor: Fajrus Sidiq
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id