MALANG – Tomboan Ngawonggo tidak hanya menyajikan suasana tradisional yang begitu alami, di sana juga mengusung konsep ramah lingkungan tanpa menggunakan wadah dari kemasan.
Pengelola Tomboan Ngawonggo, Rahmat Yasin, menuturkan bahwa di Tomboan Ngawonggo, tamu yang berkunjung dilarang membawa makanan dari luar, apalagi yang berbentuk kemasan.
“Mungkin di pintu masuk itu tamu sudah bisa membaca ada tata tertib saat memasuki Tomboan Ngawonggo. Salah satunya dilarang membawa makanan dan minuman yang mengandung unsur hewani dan dalam kemasan termasuk terasi, telur, susu, dan petis,” ungkap pria berambut gondrong tersebut sembari tersenyum ramah, pada Minggu (07/03/2021).
Tomboan Ngawonggo yang didirikan pada april tahun 2017 ini, memang terasa sangat alami, dengan rindang pohon pring, dan bunyi aliran sungai.
Yasin menambahkan, semua olahan yang ada di sini dari tumbuhan, karena itu melambangkan kesederhanaan. “Sama seperti kata Tomboan, itu berasal dari tumbuhan. Kan kata tomboan sendiri artinya obat, dan tumbuhan ini bisa menjadi obat,” jelasnya.
Suguhan yang ada di sini pada awalnya hanya minuman rempah hasil olahan warga sekitar. Namun berbekal keuletan dan ketekunan, Yasin terus konsisten membuat tempat singgah ini hingga menjadi Tomboan. Yasin tidak berkenan jika Tomboan disebut sebagai warung, kafe, atau tempat makan.
“Pada dasarnya tempat ini atau Tomboan ini, belum secara resmi diketok palu sebagai warung. Awalnya, daripada kosong kami saja yang mengelola. Kami sendiri bukan warung, hanya menyuguhkan kepada orang yang sudah rawuh, terutama yang sudah reservasi dari jauh-jauh hari. Jadi konsep yang diusung bukan jual beli, tapi bertamu dan menerima tamu,” terangnya.
Tomboan Ngawonggo saat ini mengutamakan pelanggan yang sudah reservasi, yang dapat dilakukan melalui akun instagram @tomboan . Setiap hari Kamis, Tomboan tidak menyediakan makanan karena hari istirahat untuk para pengelola. Tetapi pengunjung tetap bisa bertamu ke Tomboan, dengan menikmati minuman yang disediakan.
Tomboan sendiri tidak mengenal kata buka tutup, seperti di tempat wisata atau tempat makan. Hanya saja, untuk jam pelayanan dimulai dari pukul 8.00-16.00 WIB untuk pelanggan yang hendak menikmati suguhan makan, atau kudapan. Namun, untuk minuman tersedia 24 jam.
“Kendati kondisi tengah pandemi, tamu ada saja, ibaratnya lumintu (konsisten), selalu ada saja tamu yang mengisi,” pungkasnya.
Reporter: Dani Alifian
Editor: Lizya Kristanti