Tugumalang.id – Quantum Book bersama Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Kota Malang mengadakan Bimbingan Teknis (Bimtek) guna membahas kurikulum merdeka Fase E dan F untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada Jumat (16/12/2022).
Acara yang bertempat di Singhasari Resort, Kota Batu, itu dihadiri oleh para penulis seluruh Jawa Timur.
Para pembicara yang hadir dalam acara itu di antaranya Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbudristek, Supriyatno SPd MA dan Tim Penilai Perbukuan Kemendikbudristek, Dr E Oos M Anwas MSi.
Selain itu, turut hadir pula Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko, dan Ketua Ikapi Kota Malang, Gideon Surya.
Dalam sambutannya, Gideon selaku ketua Ikapi Kota Malang berharap besar kegiatan ini akan menghasilkan output buku cetak yang berkualitas dan dapat meningkatkan literasi Kota Malang.
“Semakin banyak buku diterbitkan semakin banyak pula buku yang diharapkan sesuai standar yang ditetapkan. Sehingga dapat mengangkat literasi Jatim khususnya kota Malang,” ucap Gideon Surya.
Kemudian acara dibuka langsung oleh Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko. Dalam pemaparannya, Sofyan berharap kegiatan ini bisa menjadi upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Jawa Timur dan Kota Malang
“Sebagai sebuah upaya dalam rangka menguatkan pendidikan, kegiatan hari ini saya berikan apresiasi positif. Semoga melalui kegiatan ini mampu jadi pendorong terciptanya kolaborasi dan koordinasi untuk menciptakan pendidikan yang lebih maju,” ujar Sofyan Edi Jarwoko, Jumat (16/12/2022).
Fokus Untuk Kejuruan atau SMK
Dr. E. Oos M. Anwas M.Si, pemateri sekaligus peneliti ahli, menuturkan untuk fokus buku yang ada di pusat perbukuan harus mulai memiliki fokus baru yaitu ke kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
“Buku yang ada di pusat perbukuan itu fokusnya masih di SD, SMP, dan SMA. Untuk SMK sendiri masih terlewat dan condong kurang fokus. Nah, dengan kurikulum merdeka ini harusnya bisa dijadikan fokus baru,” paparnya.
Dalam penelitiannya, untuk SMK memang memiliki tantangan tersendiri. Banyak bidang yang memiliki perbedaan di setiap daerah dan sulit untuk diuniversalkan.
“Tantangannya banyak SMK ini, misalkan buku mengenai karawitan. Kota Solo sama Jogja saja sudah beda apalagi Bandung. Nah, ini tantangan kita semua,” terang peneliti ahli kurikulum kelahiran Majalengka tersebut.
Sedangkan Kepala Pusat Perbukuan Kemdikbudristek, Supriyatno, mengisyaratkan untuk terus fokus dan berhati-hati dalam pengkaidahan guna menjaga kualitas isi buku.
“Semakin banyak buku bukan berarti akan semakin meningkatkan literasi. Iya, jika tidak sesuai dengan kaidah dan kualitas isi yang kurang, maka akan percuma,” jelas Supriyatno.
Selain itu, dia juga memberi penekanan bahwa para penulis harus menekanan fleksibilitas. Hal ini seiring dengan kurikulum merdeka yang bersifat lebih fleksibel.
“Kurikulum merdeka lebih fleksibel. Diharapkan juga lebih fleksibel dari para penulis buku. Tetapi harus mewujudkan ada proyek di setiap akhir fase yang berbasis aktivitas,” tandasnya.
Penulis: Ardia Anwar
Editor: Herlianto. A