MALANG, Tugumalang.id – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Malang Raya buka suara terkait isu bullying yang terjadi di lingkungan kedokteran. Isu ini kerap diperbincangkan dan banyak dikaitkan dengan penyebab tingginya angka depresi dokter.
Ketua IDI Malang Raya, dr Sasmojo Widito mengatakan penggunaan kata bullying masih terlalu umum dan tidak bisa disamaratakan.
Menurutnya, selama suatu tindakan dilakukan sesuai dengan peruntukannya, yaitu memperkuat mental dan fisik dokter, maka hal tersebut tidak termasuk dalam bullying.
“Jika targetnya adalah penguatan mental dengan tata cara yang terukur, maka semestinya bukan bullying. Kalau dokternya secara mental dan fisik nggak kuat, nanti korbannya masyarakat sendiri,” kata Sasmojo saat ditemui Tugu Malang ID beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Mengapa Biaya Kuliah Kedokteran Lebih Mahal Dibanding Prodi Lain? Simak Penjelasan Akademisi FK UB Berikut Ini
Seseorang yang berprofesi sebagai dokter, menurut Sasmojo, akan dihadapkan dengan berbagai tantangan. Mereka harus bisa menghadapi pasien yang datang dari berbagai kalangan dan memiliki beragam karakter. Sehingga, mau tidak mau, mereka harus siap secara mental dan fisik.
“Dokter harus kuat secara mental terhadap pandangan masyarakat yang cara ngomongnya bisa macam-macam. Bagaimana menghadapi masyarakat yang heterogen, yang punya potensi gesekan besar. Itu kan dilatih,” jelas Sasmojo.
Namun, ia mengecam tindakan bullying yang dilakukan di luar tujuan untuk memperkuat mental dan fisik dokter. Ia juga menyebut bullying bisa berbentuk finansial, seperti memaksa orang lain untuk membayar atau membelikan sesuatu. Ini tidak sesuai dengan tujuan penguatan mental dan fisik tadi.
Baca Juga: Lingkaran Setan Bullying Program Pendidikan Dokter Spesialis, Senioritas hingga Nepotisme!
Ia memberi contoh, apabila pasukan katak diminta berenang di laut, maka itu bukan termasuk bullying karena itu masih berkaitan dengan tugas mereka. Akan tetapi, apabila dokter diminta berenang di laut, maka itu termasuk bullying.
Hal yang sama juga terjadi di profesi dokter. Apabila diminta melakukan sesuatu yang masih berkaitan dengan pekerjaan, semestinya itu tidak termasuk bullying. “Harus dijelaskan dulu, bullying seperti apa yang dimaksud,” kata Sasmojo.
Dokter Spesialis Bedah sekaligus Ketua Dewan Pakar IDI Malang Raya, dr Setyo Sugiharto menambahkan di setiap institusi sudah terdapat mekanisme terkait pelaporan apabila terjadi bullying.
Korban bisa melaporkan kejadian tersebut sehingga pihak institusi bisa mengambil langkap sesuai prosedur yang ditetapkan.

“Di institusi sudah ada mekanisme bagaimana melakukan pengaduan. Itu sudah jelas sekali. Itu juga sudah kami sosialisasikan ke dokter muda maupun calon dokter spesialis sejak awal,” ujarnya.
Ia juga setuju dengan tanggapan Sasmojo terkait isu bullying ini. Menurutnya, mental dan fisik dokter harus kuat agar bisa melayani pasien dengan baik dan tak kalah bersaing dengan dokter dari luar negeri.
“Ke depan, tantangan dokter itu tidak lebih ringan. (Dokter) harus bisa menyikapi media massa yang semakin terbuka, bagaimana berhadapan dengan masyarakat, dan bagaimana bersaing dengan dokter asing,” kata Setyo.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A