Merangkak naik sebagai kota metropolitan, Pemerintah Kota Malang berusaha untuk tidak kehilangan jati dirinya. Perekonomian warga didukung sedemikian rupa, salah satunya melalui modernisasi Pasar Rakyat atau Pasar Tradisional. Sejak 2018 lalu, total ada 16 Pasar Tradisional yang modernisasi dan direvitalisasi oleh pemerintahan Wali Kota Malang Sutiaji. Apa dampak modernisasi pasar ini terhadap perekonomian warga serta apa manfaatnya bagi konsumen. Berikut reportasenya.
MALANG, tugumalang.id-Pasar Rakyat di Kota Malang menjadi tumpuan perekonomian sejumlah warga. Berdasarkan data ‘Kota Malang Dalam Angka’ tahun 2022, setidaknya ada 10.904 pedagang yang menggantungkan hidupnya di 26 Pasar Tradisional di Kota Malang.
Perputaran ekonomi di Pasar Tradisional memang cukup menjanjikan. Berdasarkan Data Sumber Sosial Ekonomi Nasional tahun 2021 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran warga kota malang mencapai Rp 1.766.013,- yang terdiri Rp 667.894 pengeluaran makanan dan Rp 1.098.119,- pengeluaran non makanan. Itu artinya pengeluaran makanan mencapai 37,82 persen dari total pengeluaran warga.
Tanggapan Pedagang dan Pengunjung Pasar Tradisional Soal Kesuksesan Modernisasi Pasar Rakyat
Untuk merekam perubahan yang terjadi pasca-modernisasi, kami mengunjungi sejumlah Pasar Rakyat yang sudah modernisasi. Di antaranya yang kami kunjungi adalah Pasar Klojen, Pasar Bunul, dan Pasar Oro-Oro Dowo, Kota Malang.

Tony, salah seorang pedagang peracangan di Pasar Bunulrejo mengatakan, sejak pasar ini dimodernisasi, kodisi pasarnya saat ini menjadi lebih nyaman.
’’Renovasi pasarnya ini bagus, kalau pedagang yang penting bagaimana penataan dan kenyamanan agar pembeli tetap berdatangan. Di sini pedagang tidak bayar (pembangunan), hanya iuran keamanan dan sampah,” kata pria paruh baya ini, Senin (10/7/2023).
Hal senada disampaikan salah satu pembeli, Dewi Ariani (60), menurutnya setelah terkena dampak modernisasi, pasar Bunulrejo terasa lebih lega, begitu juga tempat parkirnya.
”Suasana dalam pasar yang sebelumnya agak gelap dan sumpek, sekarang jadi terasa longgar, tertata, cuman kalau hujan suaranya keras banget karena benturan air hujan dan seng. Memang pasarnya tidak terlalu luas tapi cukup memenuhi untuk kebutuhan sehari-hari,“ kata Dewi.

Pasar Bunul biasanya juga disebut sebagai Pasar Rampal Bonoel. Pertama kali beroperasi pada November, 1923. Pasar ini terakhir direnovasi pada 2019 oleh Pemerintahan Wali Kota Sutiaji. Pasar Bunulrejo ini, sempat menjadi satu-satunya pasar yang akan mewakili Jawa Timur dalam lomba Pasar Pangan Aman Berbasis Komunitas di tingkat nasional.
Di Pasar Klojen yang berada di jantung kota, ada Isnaini. Perempuan yang sudah menempati salah satu kios sayur sejak tahun 1991 itu menilai pemugaran pasar tradisional ini membuahkan hasil. Terutama, dalam merubah stigma pasar yang dulunya kumuh menjadi lebih nyaman dan aman.
“Sudah di sini (berjualan) sejak dulu saat saat pasarnya masih jelek, sekarang sudah lumayan bagus, ini kan bangunan baru. Kalau tidak salah sekitar 4 tahunan, bangunan atap pasar dibuat sangat tinggi, jadi suhu udara di dalam pasar tidak panas, tidak sumpek juga. Kalau dulu kayak gelap, sekarang terang tapi tidak panas,” ucapnya.
BACA JUGA: Dinkes Optimistis Pasar Kota Malang Lebih Bagus
Beberapa fasilitas belanja seperti troli dan guiding block juga sudah ada. Meski demikian, pengunjung Pasar Klojen belum bisa meningkat pesat usai adanya modernisasi.
”Memang tambah enak, nyaman, bersih, tapi yaa masih sepi, beberapa pedagang ada yang sudah tutup, sejak pandemi semakin menurun (pembeli), mungkin karena parkirnya yang kurang luas atau bagaimana saya juga ndak tahu,” imbuhnya.

Sementara salah satu pembeli Evan, 30, mengungkapkan saat ini Pasar Klojen sudah modern. Jauh dari kesan kumuh, bau dan becek. Berbagai kebutuhan lainnya tersedia di sini, suasananya pun nyaman dan aman.
“Saya rasa ini pasar terbaik kedua setelah oro-oro dowo, dengan tampilan yang hampir sama, dan terdapat beberapa makanan yang ikonik, perkopian, banyak pilihan jajanan pasar. Suasana sarapan kaki limanya juga oke, aksesnya mudah apalagi deket stasiun, bisa jalan kaki,” ucapnya.
Pasar Klojen merupakan salah satu pasar tradisional yang ada di Kota Malang. Pasar ini dibangun pada Tahun 1934 dan direnovasi pada tahun 2018 dan kembali diresmikan pada 2019.
Melalui Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang setidaknya sudah ada 16 pasar rakyat yang berhasil direvitalisasi dan dimodernisasi di era kepemimpinan Wali Kota Malang Sutiaji yakni 2018-2023.
Pasar-pasar yang dimodernisasi di era Sutiaji adalah Pasar Klojen, Pasar Gadang Lama, Pasar Bunul, Pasar Sukun, Pasar Sawojajar, Pasar Mergan, Pasar Kasin, Pasar Kedungkandang, Pasar Madyopuro, Pasar Kota Lama, Pasar Lesanpuro, Pasar Kedungkandang. Sedangkan yang sedang proses Pasar Wilis, Pasar Kebalen dan Pasar Modyopuro (tahap 2).
Salah seorang pedagang Pasar Oro-Oro Dowo, Kota Malang, Jony mengatakan, bangunan pasar yang telah ada sejak tahun 1932, saat masa kolonial Belanda ini sudah jauh lebih nyaman secara fisik daripada sebelum direnovasi.
“Sekarang lebih tertata rapi untuk kios pedagang, pelanggan jadi lebih banyak yang datang karena juga bersih,” kata pria yang tinggal di Sanan, Blimbing itu.
Tak jauh berbeda, Sumiati, 60, pedagang makanan menambahkan, bahwa Pasar Oro-Oro yang dulu memiliki tinggi bangunan yang lebih rendah dan kurang tertib.
”Dulu singup (agak gelap) karena bangunannya pendek gitu, ini sudah 6 tahun setelah direnovasi lebih bersih, tertib, tidak panas, banyak perbedaan,” imbuhnya.
Hal serupa juga dirasakan pembeli bernama Rini, 45, asal Penanggungan. Menurut Rini Pasar Oro-Oro Dowo menjadi salah satu pasar tradisional favoritnya di Malang. Selain kios yang tertata, kebersihannya juga terjaga.
”Kebutuhan belanja di sini juga bagus, bahan makanan bagus, apalagi banyak kulinernya,” tukasnya.
Selain itu, pembenahan aspek fisik, aspek non-fisik juga menjadi perhatian Wali Kota Malang Sutiaji dalam pengelolaannya. Selain kebersihan, digitalisasi pasar juga terus digencarkan.
Di Pasar Oro-oro Dowo, hampir seluruh pembayaran bisa menggunakan digital, seperti halnya QRIS dan Mobile Banking. Pasar tradisional Oro-Oro Dowo menjadi salah satu bentuk nyata keberhasilan revitalisasi pasar rakyat di Kota Malang. Direnovasi pada 2016, pasar ini terus dikelola hingga mendapat status Pasar SNI oleh Kementerian Perdagangan RI pada 2017.
Kemudian ditetapkan sebagai pasar tangguh pada 2020 lantaran telah menerapkan protokol kesehatan dengan baik, sesuai aturan dari pemerintah. Pasar ini juga diproyeksikan menjadi pasar tradisional percontohan di wilayah Malang.
Pengelolaan pasar rakyat di Kota Malang ini juga dijadikan contoh yang bisa dipelajari daerah lainnya, termasuk Kabupaten Sidoarjo, yang berencana melakukan revitalisasi pasar rakyatnya.
Geliat Perekonomian dan Upaya Pemkot Malang Melakukan Modernisasi Pasar Tradisional
Revitalisasi Pasar Tradisional tentu saja bisa berbanding lurus terhadap perekonomian di Kota Malang. Apalagi, warga Kota Malang punya modal untuk itu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, pada 2022 lalu, rata-rata pengeluaran perkapita sebulan di Kota Malang mencapai Rp 1.879.933,-. Jumlah ini lebih besar dari rata-rata di Jawa Timur yang hanya Rp 1.165.138,- dan nasional Rp 1.327.782,-.
Kepala Diskopindag Kota Malang, Eko Sri Yuliadi menyampaikan bahwa revitalisasi tak hanya soal pembenahan bangunan secara fisik, namun juga non-fisik. Hingga saat ini, pihaknya terus menggencarkan revitalisasi pasar rakyat secara fisik dan non fisik.
“Revitalisasi pasar secara fisik tentu pembenahan fisik bangunannya hingga berstandar SNI,” jelasnya.
“Sedangkan revitalisasi non-fisik artinya pembenahan di sisi manajemen ekonomi, perilaku, jalinan komunikasi yang baik dengan pedagang agar tetap mengedepankan kenyamanan pembeli, bersih dan taat aturan,” lanjutnya.
Eko juga menegaskan, Diskopindag Kota Malang akan terus mendorong semua pasar rakyat di Kota Malang bisa diberbaiki hingga meraih predikat berstandar SNI. Setidaknya, sudah ada 2 pasar di Kota Malang yang telah berstandar SNI yakni Pasar Oro Oro Dowo dan Pasar Kasin.
Keduanya memiliki berbagai sarana perdagangan yang kompetitif, ada penguatan kearifan lokal, mengedepankan keamanan dan kenyamanan pembeli dengan berbagai kelengkapan fasilitas seperti penataan kios yang baik, toilet, tempat ibu menyusui dan sirkulasi udara yang baik.
Eko menyampaikan akan terus meningkatkan pembenahan dibarengi dengan inovasi di pasar pasar yang ada di Kota Malang. Dengan demikian, aktivitas pasar rakyat di Kota Malang semakin menggeliat.
BACA JUGA: Dampingi Presiden Jokowi, Wali Kota Malang Sutiaji Siap Gelar Pasar Murah
Tak hanya soal pembenahan fisik dan kebersihan pasar, Diskopindag Kota Malang juga mendorong digitalisasi sebagai penunjang pemasaran. Seperti di Pasar Oro-oro Dowo, selain bersih dan rapi, di pasar ini juga menerapkan pembayaran menggunakan digital melalui QRIS dan mobile banking.
Menurutnya, sudah sekitar 70 persen pasar rakyat di Kota Malang telah menggunakan sistem digital untuk transaksinya. Eko menyampaikan bahwa inovasi merupakan kunci untuk bisa bersaing dengan tetap menghadirkan kenyamanan pembeli.
“Ini kunci pasar di Kota Malang menjadi percontohan. Makanya pasar pasar di kota harus terus diperbaiki. Sehingga tidak ada lagi pasar yang lantainya masih tanah, kotor dan becek. Kota Malang harus menuju pasar bebas becek,” ungkapnya.
Kini, modernisasi pasar rakyat di Kota Malang juga terus digencarkan. Di tahun 2023 ini, setidaknya ada 3 pasar rakyat yang sedang dalam progres pelaksanaan yakni Pasar Wilis, Pasar Kebalen dan Pasar Madyopuro.
Revitalisasi ketiga pasar ini dianggarkan sebesar Rp 12,2 milyar. Revitalisasi Pasar Wilis dan Pasar Kebalen dianggarkan sebesar Rp 5,2 milyar melalui APBD Kota Malang. Sedangkan Pasar Madyopuro dianggarkan sebesar Rp 7 milyar melalui APBN.
“Kita ketahui, pasar pasar yang telah direvitalisasi terbukti mampu membangkitkan ekonomi. Dengan pasar yang bersih indah dan nyaman tentu meningkatkan jumlah pengunjung atau pembeli. Dampaknya, pendapatan pedagang meningkat,” pungkasnya.
Adapun 26 daftar Pasar Rakyat yang ada di Kota Malang, sebagai berikut:
- Pasar Oro Oro Dowo, Jalan Guntur, Kota Malang.
- Pasar Kasin, Jalan Ir Rais, Kota Malang.
- Pasar Bunul, Jalan Hamid Rusdi, Kota Malang
- Pasar Kotalama, Jalan Kolonel Sugiono, Kota Malang.
- Pasar Klojen, Jalan Cokroaminoto, Kota Malang.
- Pasar Sukun, Jalan S Supriadi, Kota Malang.
- Pasar Bareng, Jalan Terusan Ijen, Kota Malang.
- Pasar Induk Gadang, Jalan Kolonel Sugiono, Kota Malang.
- Pasar Gadang Lama, Jalan Raya Gadang Lama, Kota Malang.
- Pasar Kedungkandang, Jalan Muharto, Kota Malang.
- Pasar Sawojajar, Jalan Danau Bratan, Kota Malang.
- Pasar Tawangmangu, Jalan Tawangmangu, Kota Malang.
- Pasar Lesanpuro, Jalan Selat Bengkalis, Kota Malang.
- Pasar Baru Barat, Jalan Prof M Yamin, Kota Malang.
- Pasar Baru Timur, Jalan Prof M Yamin, Kota Malang.
- Pasar Talun, Jalan Basuki Rahmat Gg.4, Kota Malang.
- Pasar Madyopuro, Jalan Simpang Danau Jonge, Kota Malang.
- Pasar Kebalen, Jalan Zaenal Zakse, Kota Malang.
- Pasar Buku Wilis, Jalan Simpang Wilis, Kota Malang.
- Pasar Blimbing, Jalan Borobudur, Kota Malang.
- Pasar Besar, Jalan Kyai Tamin, Kota Malang.
- Pasar Nusakambangan, Jalan Nusakambangan, Kota Malang.
- Pasar Bunga, Jalan Brawijaya, Kota Malang.
- Pasar Burung, Jalan Brawijaya, Kota Malang.
- Pasar Embong Brantas, Jalan Embong Brantas, Kota Malang.
- Pasar Mergan, Jalan Raya Langsep, Kota Malang.(*)
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh dan Feni Yusnia
editor: jatmiko