Tugumalang.id – Tari Srimpi biasanya identik dengan keraton, namun tarian ini juga bisa ditemukan di Malang yang tak memiliki keraton. Tari Srimpi asal Malang dikenal dengan nama Tari Srimpi Limo.
Tarian ini dilakukan oleh lima orang penari yang masing-masing memiliki warna sampur yang berbeda.
Srimpi Limo berasal dari Desa Ngadireso, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Tarian ini biasa dilakukan untuk ruwatan atau ritual pengobatan.
Budayawan asal Kabupaten Malang, Ki Soleh Adi Pramono, mengatakan ruwatan dengan tarian akan sulit diterima oleh masyarakat modern, khususnya milenial dan generasi Z. Namun, ini adalah budaya asli Malang yang perlu diuri-uri atau dihidupkan.
“Kalau di zaman sekarang, orang gila diobati dengan medis, terapi atau secara psikologis. Tetapi di Desa Ngadireso, orang gila yang telanjang (di jalan) itu diruwat dengan Srimpi Limo.
“Insyaallah, Tuhan memberikan kesembuhan,” ujarnya saat memberikan pengantar tentang Tari Srimpi Limo di Museum Singhasari beberapa waktu lalu.
Ki Soleh mengisahkan asal mula tarian ini. Konon, seorang gadis bernama Sukamti yang mendapat wangsit saat ia sakit. Wangsit tersebut berasal dari Putri Probo Retno yang mengatakan ia akan menjadikan Sukamti seorang penari.
Mendengar hal tersebut, Sukamti menolak karena ia sedang sakit. Namun, Putri Probo Retno meyakinkan Sukamti bahwa ia akan sembuh jika ia menari. Akhirnya, Sukamti menari dengan diiringi gamelan dan ia pun sembuh dari sakitnya.
“Ini sisa-sisa leluhur kita yang memiliki keampuhan di zaman milenium ini. Kami bangga bisa menguri-uri kebudayaan yang lama ini karena masyarakat sudah tidak mampu melakukan ritus-ritus melalui seni,” ujar pemimpin Padhepokan Seni Mangun Dharma ini.
Menurut Ki Soleh, Tari Srimpi Limo bukanlah satu-satunya kesenian yang digunakan sebagai ritus. Contoh lain adalah kesenian Jarang Kepang Dor asal Malang yang digunakan untuk meminta kesuburan tanah dan memberi hormat pada leluhur.
Reporter: Aisyah Nawangsari
Editor: Herlianto. A