Tugumalang.id – Obrolan di lantai 3 ‘center office’ SuaraSurabaya masih berlanjut hangat. Tugu Media Group dan PT Parama Global Inspira DC Surabaya menyimak dengan antusias beragam hal terkait SuaraSurabaya. Sesekali mereka meneguk teh hangat yang disuguhkan tadi.
Setelah Rudi Hartanto Kepala HRD SuaraSurabaya bercakap-cakap seru, giliran Manajer Produksi SuaraSurabaya Eddy Prasetyo menggoreng percakapan menjadi lebih lezat.
Eddy yang memiliki latar belakang ilmu politik di Universitas Airlangga (Unair) menyebut secara filosofis, SuaraSurabaya juga melakukan pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan publik, dari sekian program dan berita yang diproduksi.
“Kalau tadi mas Rudi sudah cerita agak menukik dan ‘to the point’. Kalau saya ingin lebih filosofis, bahwa SS ingin melakukan pemberdayaan publik,” jelasnya.
Salah satunya, program Indonesia Bangkit. Eddy menegaskan bahwa program itu tidak hanya berupa formalitas belaka, melainkan juga andil dalam bentuk ‘movement’ atau pergerakan.
Kata Eddy, kelebihan radio dapat masuk pada hubungan ‘chemistry’ antara pendengar dan penyiar, semacam mirip berbicara secara langsung, hingga timbul kedekatan antara media dan masyarakat.
“Bahwa program Indonesia Bangkit, bahkan itu juga sebuah ‘movement’. Melakukan sesuatu yang kongkrit, jadi kelebihan radio adalah personal. Kalau dengar radio, seakan bicara personal dengan penyiarnya,” jelasnya.
Bahkan, setiap melakukan penyiaran radio, imbuh Eddy, SuaraSurabaya tidak pernah memakai kata ganti orang ketiga. Hal itu, dapat membantu menggerakkan kedekatan antara media dan pendengar, amat membantu untuk menemukan berbagi benda yang hilang.
“Jadi kalau di radio kami tidak pernah pakai ganti orang ketiga. Contoh benda yang hilang dilaporkan ke SS, tujuannya satu, untuk ketemu. Semua media kami gerakkan untuk bantu, hampir 100 persen ketemu,” sampainya.
Setelah puas mengobrol soal SuaraSurabaya dan berbagai program yang dibawa, Tugu Media Group dan PT Parama Global Inspira DC Surabaya pamit undur diri, silaturahmi itu ditutup dengan foto bersama.
Rombongan kami turun ke lantai dasar, menuju ke kendaraan masing-masing untuk meluncur ke kediaman Dahlan Iskan, rute silaturahmi berikutnya. Perlu waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke Sakura Regency, Jalan Ketintang Baru Surabaya.
Tatkala sampai di kediaman Dahlan Iskan, sekitar pukul 12.58 WIB, kami memarkir kendaraan. Membunyikan bel yang ada di pagar, ternyata di dalam rumah Dahlan Iskan sedang kedatangan tamu lainnya.
Kami dipersilakan masuk, duduk di teras rumahnya yang teduh. Tidak lama, sosok Dahlan Iskan datang dengan sapaan hangat pada kami.
Tidak bisa menemani lama karena ada tamu lain yang harus dijamu, kami menyampaikan salam pada Dahlan Iskan dari Salman Subakat CEO PT Paragon Technology and Innovation karena berhalangan hadir.
Dahlan Iskan membahas singkat soal Gerakan Jurnalis Peduli pendidikan (GJPP), soal kontribusi yang bisa diberikan pada perusahaan dan reputasi apik PT Paragon. Satu kalimat yang saya catat saat kami mengobrol singkat dengan Dahlan Iskan.
“Iya betul, Paragon itu hebat sekali, Paragon hebat, Paragon punya prinsip, tidak seperti perusahaan lain,” pungkasnya, sembari ditutup dengan foto bersama hingga penyerahan bingkisan dari Wardah dan Kahf.