KOTA BATU, Tugumalang.id – Genap sepekan lebih operasional TPA Tlekung Kota Batu, Jawa Timur ditutup. Sebagian masyarakat mulai kelimpungan hendak membuang sampah ke mana. Meski dalam hal ini, kebijakan pilah sampah sejak di lingkup terkecil RT/RW hingga desa/kelurahan disosialisasikan.
Dalam sepekan ini pula, terlihat kesadaran warga akan sampah belum sepenuhnya optimal. Saat ini, tumpukan sampah bisa mudah ditemukan di sudut-sudut permukiman hingga sejumlah ruas jalan.
Bahkan sejumlah pemerhati melihat masyarakat memilih untuk membuang sampah ini ke sungai. Jika terus begini, maka bukan tidak mungkin jika situasi seperti ini akan menjadi bola salju yang menggelinding memunculkan masalah baru.

Situasi krisis ini diungkapkan Bayu Sakti, salah satu pegiat lingkungan hidup asal Desa Junrejo. Sepekan sejak TPA Tlekung ditutup, dia berharap ada arahan atau road map penanganan sampah yang jelas dari Pemkot Batu. Namun dia tidak merasakan hal itu.
Hingga saat ini, dirinya masih menjumpai banyak warga yang bingung mau mengawali mengelola sampah seperti apa. Padahal, kebijakan penutupan TPA Tlekung juga seharusnya dibarengi dengan pendampingan.
“Arahannya hingga di tingkat RW belum jelas. Mau apa, mereka masih bingung. Ini kalau sudah dipilah, sampah organik dan sampah residu dikemanakan? mereka masih bingung,” ungkap Bayu dihubungi, Jumat (8/9/2023).
Seharusnya, sambung Bayu, di masa-masa kritis ini, kehadiran Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu sangat diharapkan. Apalagi, jika nanti di masing-masing desa benar-benar sudah memiliki mesin insinerator sendiri.
“Apakah warga sudah benar-benar tahu bagaimana memgiptimalkan mesin insinerator ini. Apa hanya mengubah bentuk sampah atau dikemanakan. Belum lagi dampak dioksin kanker dari operasional mesin insinerator. Itu kan harusnya sudah diatur sejak awal,” ujarnya.

Bayu berharap Pemkot Batu ikut aktif membersamai para relawan sampah yang sudah all out mengawal masalah sampah ini. Jadi, eksekutif tidak hanya membuat kebijakan saja, kemudian menyerahkan ke masing-masing desa. Seolah lepas tangan.
“Pendampingan terus-menerus seperti ini yang kita harapkan. Pemerintah harus hadir di setiap harinya setelah TPA ini ditutup. Jangan dilepas begitu saja. Harus dikawal, didampingi sampai blueprint tata kelola sampah di TPS3R di RW, TPST di Desa jelas,” harapnya.
Kebingungan mengelola sampah diakui salah satu warga, Lilik (62) yang sehari-harinya berdagang makanan. Jika biasanya sampahnya diambil petugas, kini dia bingung mau melarikan sampahnya kemana.
“Daripada menumpuk terus-memerus. Akhirnya mau gak mau ya saya bakar. Saya sudah pusing mau dikemanakan. Semoga ada arahan yang jelas ya soal ini,” harapnya.
Langkah DLH Kota Batu Pasca-TPA Tlekung Ditutup
Kepala DLH Kota Batu Aries Setiawan menuturkan jika pasca kesepakatan bersama menutup TPA Tlekung, pihaknya memiliki sejumlah rencana yaitu pertama, mengaktifkan 4 unit mesin insinerator pada pekan pertama hingga ketiga September 2023.
Aries menuturkan mesin insinerator ini dioperasikan di TPS Temas, TPS Stadion Brantas dan 2 unit di TPA Tlekung. Lalu, di pekan ke-4, DLH akan mulai mengambil sampah residu di tiap desa/kelurahan. TPA Tlekung sendiri kini memang hanya menerima sampah dalam jenis residu.
“Selanjutnya, pada November – Desember 2023, DLH akan fokus melakukan pembakaran sampah lewat 4 unit mesin insinerator,” terang Aries.
Lebih lanjut, di periode Desember 2023, DLH akan mendatangkan 2 unit mesin AWS 50, dan 2 unit mesin AWS 150 di TPA Tlekung. Mesin ini akan digunakan untuk memusnahkan sampah residu di TPA Tlekung.
Aries menambahkan jika untuk saat ini pihaknya fokus menyelesaikan rencana jangka pendek, Yaitu mengoptimalkan operasional TPS 3R di tiap desa/kelurahan dan antisipasi sampah di kawasan perkotaan.
“Untuk sampah residu kita simpan dulu sampai mesin AWS datang. Kita terus berproses semoga penanganan sampah ini bisa segera tertangani dalam waktu dekat,” harapnya.

Sementara, Ketua Komisi C DPRD Kota Batu Khamim Tohari menuturkan pihaknya akan mengawal pengaktifan TPS3R di masing-masing desa/kelurahan ini. Kata Khamim, anggaran pengadaan TPS3R ini akan dianggarkan dalam Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) tahun 2023.
“Insya Allah, untuk TPS3R sudah kita anggarkan di PAK sehingga di tahun 2023 ini bisa segera berjalan,” ungkapnya.
Baca Juga: Menilik Langkah DLH Kota Batu Pasca-TPA Tlekung Ditutup
Khamim berharap persoalan sampah di Kota Batu ini bisa segera tertangani. Jika tidak, maka akan berdampak pada citra Kota Batu sebagai kota wisata.
ASN Perlu Turun ke Bawah
Sembari berjalan, Khamim merekomendasikan jajaran Pemkot Batu turun langsung melakukan sosialisasi budaya pilah sampah secara rutin. Minimal seminggu sekali.
Dalam hal ini, peran pemerintah harus hadir setiap hari agar masyarakat juga memahami maksud dari penutupan TPA Tlekung. Khamim menuturkan, tidak hanya pemangku jabatan, staf ASN juga harus menjadi contoh.
“Di Kota Batu ASN-nya ada sekitar 3000-an orang. Saya harap mereka bisa turun langsung ke RT/RW untuk sosialisasi sampah,” ujar Khamim, Jumat (8/9/2023).
Khamim berharap usulan ini bisa ditindaklanjuti karena permasalahan sampah di kota wisata ini terbilang darurat. Jangan sampai citra pariwisata tercoreng karena sampah.
“Mungkin bisa segera dibuat surat edaran (SE) Wali Kota tentang sosialisasi tersebut. Juga disertakan sanksi agar semua ASN bekerja. Jangan yang kerja hanya tiga orang, yang 20 orang hanya foto-foto,” tegasnya.
Di sisi lain, Kepala DLH Kota Batu, Aries Setiawan juga membenarkan jika fenomena membuang sampah sembarangan pasca TPA Tlekung di Kota Batu semakin banyak. Namun, dia menyerahkan hal ini kepada masing-masing desa/kelurahan.
Pihak DLH masih fokus menangani sampah di kawasan perkotaan. Total ada 21 ruas jalan kawasan perkotaan yang ditangani. Mulai di kawasan Balai Kota Among Tani, Alun-alun, pasar, Jalan Pattimura, Jalan Agus Salim, Jalan Sultan Agung, Jalan Hasanuddin dan sejumlah ruas jalan lainnnya.
Untuk mengelola sampah dari kawasan tersebut, pihaknya memanfaatkan dua TPS3R. Yakni TPS3R yang ada di kawasan Stadion Brantas dan TPS3R Kelurahan Temas.
“Di luar daerah tersebut, pengangkutan sampah ke TPS3R menjadi tanggung jawab masing-masing desa/kelurahan. Pengangkatan sampah dilakukan mulai pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB,” ungkapnya.
Aries juga berharap kelompok swadaya masyarakat (KSM) di tiap desa/kelurahan segera terbentuk. KSM inilah yang nanti akan bertanggung jawab untuk mengelola TPS3R. Dia yakin dalam beberapa bulan, desa/kelurahan di Kota Batu bisa mandiri dalam mengelola sampah.
“Setelah sampah dikelola di masing-masing desa, nanti di TPA Tlekung hanya akan menerima sampah residu.TPA Tlekung ini kan sudah overload. kok masih mau ditambah terus,” tukasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
reporter: ulul azmy
editor: jatmiko