Tugumalang.id – Tuhan selalu punya cara untuk melahirkan orang-orang yang penuh dedikasi untuk menolong hamba-hambanya yang kekurangan dan terbatas. Rumah Amal Salman boleh dibilang salah satu cara tuhan menghidupi hambanya yang kekurangan melalui mereka yang berdedikasi.
Rumah Amal Salman adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang berada bersebelahan dengan Masjid Salman di Kompleks Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) di Jl Gelap Nyawang No 4 Kota Bandung.
Melalui lembaga ini sudah tak terhitung penyaluran bantuan untuk mereka yang membutuhkan, baik untuk pendidikan, kesehatan, bantuan pemukiman, hingga inovasi sosial untuk para penderita COVID-19 setahun yang lalu.
Tim ‘Jelajah Jawa-Bali, Mereka yang Memberi Arti’ berkunjung ke kantor Rumah Amal Salman. Dalam kesempatan itu, tim yang disupport Tugu Media Group dan PT Paragon Technolgy and Innovation itu disambut oleh Agis Nurcholis, Direktur Rumah Amal Salman bersama para tim di sebuah ruang rapat.
Sejarah Rumah Amal Salman

Agis sapaan akrabnya, bercerita panjang tentang sejarah dan sepak terjang Rumah Amal Salam. Menurutnya, lembaga ini ada sejak 1980. Saat itu berdiri koperasi jasa keahlian teknosa yang menjadi cikal bakal “baitul maal wa tanwil” pada tahun 1984.
“Ini sekaligu cikal bakal bank Syariah di Indonesia. Juga sebagai tempat pergerakan aktivis untuk dakwah ekonomi syariah. Selanjutnya memicu lahirnya BMT dan Bank Muamalat, bank Syariah pertama di Indonesia,” kata pria asli Bandung itu.
Lembaga Amil Zakat ini mengalami beberapa metamorfosa. Pada tahun 1998 lahir Bakonzas (Badan Konsultasi Zakat Salman). Tahun 2001 berdiri Lembaga Waqaf dan Zakat (LWZ). Sementara, nama brand Rumah Amal Salman sendiri baru ada pada tahun 2007, saat itu masih ada embel-embel ITBnya.
Karena ada UU zakat yang baru tahun 2011 yang mengatur bahwa lembaga zakat yang independen atau swasta tidak boleh menginduk ke institusi pemerintahan.
“Karena kalau pemerintahan itu nantinya nyambungnya ke Baznas. Makanya kami dipisah dari ITB, karena ITB itu punya pemerintah,” kata dia.
Sementara izin resminya baru keluar pada tahun 2018, yang kemudian juga secara resmi memiliki nama Rumah Amal Salman.
“Ini sekaligus resmi sebagai LAZ (Lembaga Amil Zakat) Kota Bandung. Meski, LAZ Kota Bandung, sebenarnya program kami sudah nasional,” kata dia.
Pada tahun depan 2023 nanti, menurut Agis, izinnya sudah berakhir. Maka pihaknya akan mengupayakan menjadi LAZ nasional. Untuk itu perlu kantor juga di luar Jawa Barat, karena minimal ada kantor di 3 provisi di Indonesia.
Secara kelembagaan ada tiga subjek yang menjadi konsen Rumah Amal Salman, yaitu donatur (muzakki), pengurus zakat (amil), sama penerima manfaat (mustahik). Jadi juga yang dipertimbangkan dapat manfaat tidak hanya mustahik tetapi para amil dan muzakki juga mendapat manfaat.
“Untuk itu kami ngadakan pelatihan-pelatihan untuk para donatur bersama PT Paragon (Technology and Innovation). Misalnya, pelatihan entrepreneurship,” katanya.
Begitu juga bagi para amil untuk terus mengembangkan diri agar nanti bisa mandiri.
Dua Aspek Program
Ada dua aspek program yang dijalankan Rumah Amal Salman, yaitu market focus dan product focus. Market fokus adalah program-program yang diminati oleh para donatur. Ada beberapa di antaranya bantuan untuk anak yatim, para penghafal Alquran dan yang membutuhkan bantuan kesehatan.
“Sementara product focus di antaranya beasiswa, kederisasai atau pembinaan SDM, ada juga inovasi sosial,” kata sosok yang memimpin 34 karyawan tersebut.

Sementara para donaturnya berasal dari kalangan akademisi yaitu dosen, mahasiswa ITB, alumni, dan umum. Pendapatan setiap tahun di antaranya pada tahun 2019 Rp16 miliar, tahun 2021 Rp31 miliar, dan tahun 2022 Rp23 miliar.
“Tahun 2021 itu karena ada penjualan ventilator untuk penderita COVID-19 yang diinisiasi oleh kami bersama Dr Syarif Hidayat, sehingga pendapatannya agak berbeda, tapi setelah itu kembali normal,” katanya.
Untuk kegiatan lainnya yaitu kegiatan edukasi dan sosial. Kegiatan edukasi yaitu memberikan beasiswa pada beberapa pelajar mulai dari jenjang dasar hingga perguruan tinggi. Dan program ini dibuka secara online. “Kemaren itu ada sampek 17.000 anak yang daftar,” katanya.
Beasiswa diberikan tidak hanya bagi mereka yang tidak mampu, tetapi juga diberikan pada mereka yang berprestasi atau yang aktif di organisasi meskipun mampu.
“Ada yang mampu secara ekonomi tetapi karena berprestasi kami berikan. Hal ini juga untuk mengimbagi agar peserta yang lain berbaur dengan yang berprestasi,” katanya.
Inovasi Sosial
Satu upaya penting untuk kemanusiaan yang dilakukan oleh Rumah Amal Salman adalah pembuatan ventilator pada saat pandemi Covid-19 menyerang Indonesia. Inventornya adalah Dr Syarif Hidayat.
“Untuk membuat ventilator ini usaha keras dilakukan. Pada saat semua orang lockdown, beliau (Dr Syarif) ada di halaman masjid Salman dia tetap ada di sana cari ide untuk membuat alat,” katanya.
Alat ventilator itu sempat dibawa ke istana. Saat itu, alat tersebut digunakan untuk mengakomodir beberapa rumah sakit yang kekurangan ventilator untuk pasien Covid-19 yang membludak. Baik rumah sakit umum, daerah maupun rumah sakit kampus. Saat itu aula Rumah Amal Salman disulap jadi pabrik ventilator.
“Jadi saat itu, di luar tampak sepi, tetapi di dalam aula ramai membuat ventilator,” katanya.
Beberapa inovasi sosial lainnnya yang telah dilakukan, di antaranya shelter kebencanaan, site plan rumah korban gunung Semeru, ada juga tangan dan lutut palsu untuk mereka yang membutuhkan.
“Kami akan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi mereka yang membutuhkan,” kata Agis.
Catatan ini adalah bagian dari program Jelajah Jawa-Bali, tentang Inspirasi dari Kelompok Kecil yang Memberi Arti oleh Tugu Media Group x PT Paragon Technology and Innovation. Program ini didukung oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Pondok Inspirasi, Genara Art, Rumah Wijaya, dan pemimpin.id.
Reporter: Herlianto. A