MALANG, Tugumalang.id – Pejuang keadilan sosial atau lebih dikenal dengan istilah Social Justice Warrior (SJW) banyak muncul dalam percakapan masyarakat sejak beberapa tahun belakangan. Keberadaannya pun menjadi topik yang hangat diperbincangkan oleh warganet, terutama pengguna aktif media sosial.
Apa itu Social Justice Warior (SJW)
Dikutip dari Merriam Webster, SJW adalah istilah yang biasa digunakan secara sinis dengan penggunaannya yang merujuk pada orang yang terlihat terlalu antusias dengan masalah keadilan dalam penanganan masalah ras, jenis kelamin, atau identitas.
Pada awalnya, sebutan Social Justice Warrior digunakan dengan tanpa sarkasme. Namun SJW kini mengalami pergeseran makna menjadi kata yang biasa digunakan untuk mengolok-olok orang yang dianggap terlalu progresif terhadap keadilan dan kesetaraan sosial. Hal ini karena banyak orang yang dinilai berperilaku arogan dan mau menang sendiri dengan argumen dan pendapat mereka.
Kaitannya dengan Feminisme
Orang-orang yang disebut termasuk dalam SJW umumnya adalah mereka yang mengusung pandangan progresivisme, termasuk feminisme, hak sipil, multikulturalisme, dan politik identitas.
Sementara itu, feminisme rasanya sudah menjadi salah satu isu yang gencar dibicarakan oleh warganet hingga saat ini. Feminisme kerap disangkut pautkan dengan pejuang keadilan sosial. Melansir dari Britannica, feminisme merupakan kepercayaan pada kesetaraan sosial, ekonomi, dan politik dari kedua jenis kelamin.
Meskipun sebagian besar berasal dari barat, feminisme dimanifestasikan di seluruh dunia dan diwakili oleh berbagai lembaga yang berkomitmen pada aktivitas atas nama hak dan kepentingan perempuan. Sejatinya, gerakan yang bertujuan memberi keadilan dan kesetaraan gender ini bukanlah suatu gerakan yang negatif.
Feminisme telah memberi wanita lebih banyak hak dalam masyarakat. Seperti halnya peluang pendidikan yang lebih tinggi, hak untuk memilih, perlindungan terhadap diskriminasi di tempat kerja, dan hak untuk membuat keputusan pribadi. Di beberapa komunitas, feminisme juga berhasil menantang norma-norma budaya yang mengakar tentang perempuan.
SJW dan Feminisme di Indonesia
Di Indonesia sendiri, bahasan tentang SJW dan feminisme cukup ramai diperbincangkan di jagat maya, terutama pada platform Twitter. Konotasi buruk tentang SJW dan feminisme timbul karena munculnya orang-orang yang berusaha speak up tentang keadilan sosial, tetapi mereka tidak melakukan riset yang jelas.
Orang-orang tersebut hanya memahami isu secara parsial dari media sosial yang telah dibaca saja. Opini yang seharusnya bersifat progresif pun justru dianggap omong kosong karena tidak dibarengi dengan oleh data dan riset yang mendukung.
Paham feminisme dan keadilan sosial di Indonesia bahkan dunia, memang berkembang secara pesat. Oleh karena itu, seringkali muncul kesalahpahaman terkait topik sosial tersebut. Feminisme bukan ideologi yang menebar kebencian pada kaum pria.
Banyak netizen mengatakan bahwa alasan umum mengapa feminisme tidak disukai oleh banyak orang tak lain disebabkan karena tingkah feminist itu sendiri. Misalnya mereka melakukan tindakan yang berlebihan, mengutarakan pemahaman yang terlalu ‘aneh’ bagi orang umum, memaksakan pendapatnya pada orang lain, dan sebagainya. Agar tidak terjerumus dalam konteks yang salah kaprah, setiap orang baiknya memiliki wawasan dan pengetahuan tentang konsep dari keadilan sosial yang diperjuangkan.
Penulis: Shinta Alifia
editor: jatmiko