Malang, tugumalang.id – Puguh Wiji Pamungkas, Founder RSU Wajak Husada, mengungkapkan jika angka stunting di Jawa Timur masih tergolong tinggi. Hal ini ia paparkan dalam wawancara khusus di ruang kerjanya, Selasa (22/8/2023).
“Jadi sebagaimana data yang dirilis oleh BPS, bahwa Jawa Timur khususnya di kabupaten Malang, angka stunting masih angat tinggi,” ungkap Puguh.
Apa yang disampaikan Puguh tentang masih tingginya angka stunting di Kabupaten Malang, sesuai dengan data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan dalam hasil survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Dalam rilis tersebut, angka prevalensi stunting di Kabupaten Malang masih menunjukkan angka 23,0. Berada di urutan ke-12 dari 38 Kabupaten Kota di Jawa Timur.
BACA Juga: Dipimpin H Puguh Wiji Pamungkas, 500 Kakek Nenek Ikuti Senam Lansia di RSU Wajak Husada
Sedangkan di tingkat provinsi, Jawa Timur berhasil menurunkan angka prevalensi menjadi 19,2% pada 2022. Lebih rendah dari standar World Health Organization (WHO). Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa, juga menyebut jika angka kasus Stunting di Jatim sudah berada dibawah standar. Pernyataan ini ia sampaikan dalam acara Jambore Kader PKK Provinsi Jawa Timur 2023 di Grand Whiz Hotel Trawas Mojokerto pada Selasa (14/3/2023).
Kekhawatiran Puguh Wiji Pamungkas dan Bahaya Stunting
Kekhawatiran Puguh Wiji Pamungkas (https://tugumalang.id/viral-di-infomalangraya-begini-sosok-puguh-wiji-pamungkas/) atas masalah stunting merujuk pada data statistik sejarah stunting di Indonesia. Bila menilik riset Frankenberg dan Thomas, pada 2000 tercatat 40% anak di Indonesia kekurangan gizi kronis.
Data riset kesehatan dasar pada 2007 lalu menunjukkan bahwa angka tersebut turun menjadi 36,8%. Selanjutnya, pada 2013 sebesar 37,2%, dan pada 2018 sebesar 30,8%. Barulah angka prevalensi stunting tersebut turun menjadi 27,7% lewat laporan SSGBI-SUSENAS.
Ia menjelaskan bahwa anak-anak yang terkena stunting memiliki kerentanan tersendiri yang tentunya akan menghambat pertumbuhan.
“Stunting ini menjadi salah satu hal yang mengkhawatirkan. Anak anak yang terkena stunting itu, berpotensi fisiknya pendek, secara kecerdasan kurang dan imunitas dia rentan,” papar Puguh.
Pria yang juga aktif dalam banyak gerakan sosial ini menyebutkan jika dalam salah satu studi ditemukan bahwa anak yang mengalami stunting cenderung tidak memiliki semangat seperti anak-anak lain yang tak mengalami stunting.
Puguh berharap penanganan stunting di Indonesia khususnya di Jawa Timur dan Kabupaten Malang dapat dilakukan secara berkelanjutan.
“Jadi memang ini harus dipenuhi dengan ketlatenan dan kesabaran. Kalau kayak Swasta, NGO berapi-api untuk menekan stunting tapi pemerintahnya regulasinya tidak support, ya kan percuma,” ujarnya.
Ia menekankan jika butuh keterpaduan antara pemerintah, masyarakat, pihak swasta, semuanya memiliki peran untuk menekan stunting sehingga bangsa kita menjadi bangsa yang maju.
“Begitu pula sebaliknya, misalkan pemerintah sudah berapi api menekan angka stunting, tapi ternyata masyarakatnya juga tidak sia-sia,” pungkasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
reporter: Imam A Hanfiah
editor: jatmiko