Oleh: Irham Thoriq*
Dia lulusan Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Caranya berkomunikasi dan memberi semangat orang lain, mencerminkan lulusan psikologi itu. Juga mencerminkan namanya. Happy! Selalu membuat orang lain senang.
Ketika saya awal-awal bertemu untuk kali pertama pada medio 2013 silam, dia menyemangati saya.
”Kamu anak psikologi, pas jadi wartawan, karena bisa tahu seluk beluk karakter orang lebih dalam lagi ketika menjadi wartawan,” katanya dalam sebuah obrolan di kantor Jawa Pos Radar Kanjuruhan, Jalan Raya Pepen, Pakisaji, Kabupaten Malang.
Dia mengatakan, dengan menjadi wartawan, kita bisa mendapati orang yang narsis, pemalu, periang, dan aneka macam karakter lain. Jenis-jenis karakter itu ada dalam teori ilmu psikologi. Tapi, teori itu akan semakin matang ketika kita bisa langsung berinteraksi dengan banyak orang. Dan menjadi wartawan adalah hal yang tepat untuk mendalami “ilmu psikologi” secara praktis.
Saat pertemuan itu, saya adalah mahasiswa semester akhir di Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang plus wartawan baru di Jawa Pos Radar Malang, sebuah koran terbesar di Malang Raya. Sedangkan Happy Roikhan, orang yang menyemangati saya itu adalah koordinator halaman Komunikasi Bisnis, divisi marketing, yang sebelumnya malang melintang sebagai wartawan pada divisi redaksi.
Pesan itu lantas saya jadikan pegangan untuk berinteraksi dengan banyak orang. Bagaimana “merayu” narasumber, membangun kedekatan, hingga terus-menerus menambah jaringan, saya gunakan teknik psikologi praktis yang diajarkan oleh Mbak Happy. Ilmu itu bahkan tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah.
Selama bekerja di Jawa Pos Radar Malang sekitar tujuh tahun lalu, meski tidak pernah satu divisi, tapi saya cukup sering berkomunikasi dengan Mbak Happy. Selalu ada nasihat ketika berinteraksi dengannya.
Salah satu nasihat yang dia tekankan ketika setiap kali bertemu adalah untuk menyeimbangkan kehidupan. Misalnya, dalam kesehatan, dia selalu meminta saya untuk diet. Meski saya tahu, terkait hal ini dia punya maksud lain karena dia adalah supervisor di salah satu produk nutrisi herbal. Hehehe…
Selain itu, dia selalu mengingatkan untuk tetap menekuni dunia wirausaha meski berstatus menjadi karyawan. Saya setuju nasihat itu karena dalam hadis, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa sembilan dari sepuluh pintu rezeki dari berdagang atau berwirausaha.
Selanjutnya, waktu terus berjalan, saya resign dari Jawa Pos Radar Malang pada awal 2019 silam, dan semenjak itu saya jarang bertemu dengan Mbak Happy. Sesekali bertemu dalam undangan-undangan sejumlah klien yang menjadi mitra Tugu Media Group (www.tugumalang.id dan www.tugujatim.id). Karena bertemu dalam acara-acara formal, kami tidak banyak bercakap.
Kami ngobrol panjang lebar saat bertemu pada 23 Oktober 2021. Saat itu, kami sedang siap-siap acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di kantor Tugu Media Group. Mbak Happy datang bersama adik kandungnya. Dia membawa banyak kerupuk rambak sapi satu kresek.

”Kebetulan mau ada acara, nanti kami hidangkan,” kata saya waktu itu.
Ya, sekarang Mbak Happy menjadi juragan kerupuk rambak sapi. Kini dia lebih fokus membesarkan usahanya itu, setelah awal Oktober lalu dia resmi pensiun dini dari Jawa Pos Radar Malang. Dia pensiun setelah 19 tahun menjadi karyawan. Posisi saat pensiun cukup mentereng yakni Manager Online and Digital Platform
”Saya orang pertama yang pensiun dini di Radar Malang, ini karena ada kebijakan manajemen,” kata Mbak Happy.
Karena berhasil pensiun dini inilah, Mbak Happy benar-benar menjadi manusia merdeka. Di akun TikTok-nya, saya melihat dia sangat menikmati hidup. Mulai dari berolahraga di pagi hari, bekerja di siang hari, dan bersantai bersama keluarga di sore hari. Keinginan menjadi manusia merdeka itu sudah tertanam di benak Mbak Happy.
”Saya sudah menyiapkan bahwa saya dihormati orang karena saya menghormati orang, meski tidak lagi di perusahaan besar. Saya tidak merasa post power syndrome,” katanya.
Dengan menjadi manusia merdeka, Mbak Happy kini hanya mempunyai satu atasan, yakni Allah SWT. Dia juga semakin bebas membesarkan usahanya, yakni Rambak Sapi Happy Khan miliknya. Merek rambak tersebut adalah gabungan dari nama dia dan suaminya, yakni Happy dan Roikhan, nama suaminya.
Dia merintis usaha rambak tersebut pada 2009 silam, ketika keduanya baru saja menikah. Dia mengaku terinspirasi dari adik suaminya yang punya usaha. Awalnya dia menjajakan rambak mentah milik adik dari suaminya yang terlebih dahulu usaha rambak sapi.
“Adik suami saya kan sering ngantar rambak sapi ke pelanggannya di Pasar Besar Malang, saya minta disisain sekitar lima kilogram, lalu saya sales sendiri ke toko-toko dan kolega-kolega,” katanya.
Awalnya dia hanya berjualan rambak mentah. Seiring usahanya yang berkembang, dia menjual rambak yang sudah siap dikonsumsi.
”Ini kelasnya premium, yang ngambil banyak toko oleh-oleh,” katanya.
Saya yakin, Mbak Happy yang kini berusia 42 tahun akan sukses menjadi pengusaha rambak dan juga akan sukses menjadi manusia merdeka seutuhnya. Apalagi, sebagaimana kata Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred) Jawa Pos Radar Malang Abdul Muntholib, Happy mempunyai satu syarat untuk sukses.
”Beliau sangat ulet sejak jadi wartawan dulu,” kata Abdul Muntholib dalam testimoninya sebagai “cinderamata” untuk Mbak Happy yang pensiun dini.
*Penulis adalah CEO Tugu Media Group