MALANG,Tugumalang.id – Tragedi Kanjuruhan berdampak pada penjualan para pedagang di Stadion Kanjuruhan. Bahkan, ada yang mengaku omzetnya merosot hingga 80 persen. Ini disebabkan minimnya kegiatan masyarakat di Stadion Kanjuruhan pasca-tragedi.
Paijo, pemilik toko Satu Jiwa mengatakan sejak kembali buka setelah 40 hari Tragedi Kanjuruhan, penjualannya menurun tajam. Jika sehari-hari ia bisa meraup omzet hingga Rp 1 juta, kini ia harus puas dengan omzet tak lebih dari Rp 300 ribu.
“Kalau dulu, setiap hari ada jersey yang keluar (laku), ini sudah satu minggu jersey belum ada yang keluar,” ujarnya saat ditemui, Senin (13/2/2023).
Menurutnya, dagangannya paling laris saat ada pertandingan besar (big match). Dalam sehari, ia bisa mendapatkan omzet Rp 10 juta. Sementara di pertandingan biasa, ia biasa mendapat omzet Rp 2 juta.
“Kalau ada pertandingan, tergantung lawannya. Kalau lawannya Persija atau Persebaya, bisa Rp 10 juta per hari,” tutur Paijo.
Senada dengab Paijo, penurunan omzet juga dirasakan oleh penyewa motor trail mini dan odong-odong. Poniem mengatakan omzetnya kini turun 50 persen dibandingankan sebelum terjadi Tragedi Kanjuruhan.
Sebelumnya, ia bisa mendapat omzet Rp 5 juta per hari. Kini, ia hanya mendapat Rp 2-2,5 juta per hari.
“Tapi kalau hujan ya zonk (tidak dapat apa-apa,” ujarnya.
Memiliki warung di Stadion Kanjuruhan sejak 2008, Awang Karta juga merasakan kemerosotan omzet. Bahkan, omzetnya dirasa lebih rendah dibandingkan saat pandemi COVID-19.
“Kondisi penjualan pasca-tragedi sangat menurun. Kalau dibandingkan masa pandemi, masih mending ketika masa pandemi,” ujarnya.
Bahkan, saat momen tahun baru 2023, ia hanya mendapat omzet tak lebih dari Rp 300 ribu. Padahal, jika sedang ramai, apalagi saat ada pertandingan, Awang bisa mendapat omzet hingga Rp 3-5 juta.
“Malam tahun baru kemarin pasca-tragedi itu sangat sepi sekali di sini. Bukan cuma yang nyewa ruko saja. Penyewa mainan dan PKL itu pendapatannya turun drastis,” kata Awang.
Reporter: Aisyah Nawangsari
editor: jatmiko