Tugumalang.id – Selain mengaji Alquran dan mengkaji kitab kuning, banyak kegiatan yang menopang para santri dalam mengembangkan kemampuannya di pesantren agar tidak buta intelektual ketika keluar dari pesantren.
Hadirnya beberapa penulis perempuan yang lahir di lingkungan pesantren memiliki peran penting dalam mengembangkan literasi pesantren. Mereka menuliskan pengalaman dan ilmu yang didapat dari kehidupan pesantren sehingga memberitahu masyarakat bagaimana kehidupan di balik pondok pesantren.
Kali ini akan diulas tiga penulis perempuan fenomenal yang berkontribusi pada literasi pesantren. Penulis-penulis ini telah banyak melahirkan karya-karya yang kini dikonsumsi oleh publik.
Baca Juga: 5 Pondok Pesantren di Jawa Timur dengan Ribuan Santri
1. Khilma Anis
Siapa yang tidak tahu penulis satu ini, baru-baru ini novelnya diangkat menjadi sebuah film yang tayang pada bulan Mei lalu yakni “Hati Suhita”. Film ini dibintangi oleh Nadya Arina, Omar Daniel, Anggika Bolsterli.
Khilma Anis merupakan putri KH. Lukman Yasir, M.Si dan Dra. Hj. Hamidah Sri Winarni, M.Pd.I. Dia memulai bakatnya di dunia literasi di Majalah Susana (Suara Santri Assaidiyah) Tambak beras Jombang.
Saat sekolah pun ia sudah bergelut di dunia media yakni menjadi redaktur di majalah ELITE (sebuah majalah yang berisi siswa-siswi MAN Tambak beras Jombang) dan juga pemimpin redaksi Majalah Kresida (Kreativitas Siswa-siswi Jurusan Bahasa).
Baca Juga: 7 Pesantren di Malang Cocok untuk Putra-putri Anda, Belajar Agama dan Ilmu Umum
Kontribusinya dalam kehidupan literasi pesantren dimulai dari karya fiksinya yang berjudul Jadilah Purnamaku Ning, Wigati, Hati Suhita.
2. Nyai Hj. Masriyah Amva
Penulis perempuan kedua yang memiliki kontribusi dalam literasi pesantren adalah ibu nyai Hj. Masriyah Amva. Dia adalah pengasuh pondok pesantren Jambu al Islamy yang berada di desa Babakan, Ciwaringin, Cirebon. Selain mengasuh pondok pesantren, dia juga seorang penulis dan ulama perempuan yang disegani.
Pada tahun 2017, pesantrennya menjadi tempat Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) yang membahas literasi pendidikan pesantren terkait pemahaman gender di dalam Islam. Dia pertama kali mendapat pendidikan gender dari orang tuanya yaitu al-maghfurlah Hj. Fariatul ‘Aini dan juga al-maghfurlah KH. Amrin Khanan.
Ia mendapat wawasan kesetaraan gender dalam hal pendidikan dari orang tuanya dan kini ia memiliki lebih dari 20 karya berupa novel maupun puisi. Salah satunya adalah Matematika Allah, Cara Mudah Menggapai Impian.
3. Najhaty Sharma
Penulis selanjutnya yakni Najhaty Sharma, putri KHR. Muhaimin Asnawi pengasuh dari pondok pesantren Al Asnawi Salamkanci, Bandongan, Magelang, Jawa Tengah. Ia mulai menyuarakan gagasannya melalui novel fiksi Dua Barista dengan latar belakang pesantren.
Tak hanya itu, ia juga menuliskan kajian kitab kuning yang mudah dipahami oleh pembacanya yaitu Belajar Haidl itu Seru.
Selain penulis di atas yang memiliki kontribusi dalam literasi pesantren, masih banyak perempuan di luar sana yang menginspirasi seperti Zahra Amin pemimpin redaktur Mubadalah.id, Susy Ivvaty yang menjadi Founder alif.id dan Maria Fauzi di neswa.id.
Penulis: Fitriatul H. (Magang)
Editor: Herlianto. A