Tugumalang.id – Jelang setahun Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2023 mendatang, seruan penegakan keadilan atas tewasnya 135 korban masih bergaung di Malang, Jawa Timur. Ingatan mereka tentang insiden tersebut masih membekas di pikiran publik.
Meski putusan hukum perkaranya sudah diketok palu, ingatan tentang belum tuntasnya penegakan hukum Tragedi Kanjuruhan masih melekat kuat. Sebab itu, gelombang keresahan itu masih terasa hingga kini, jelang hampir setahun tragedi itu berlalu.
Hal itu mencuat dari kegiatan Pameran bertajuk ‘Merawat Ingat. Menolak Lupa’ yang digelar Komite Aksi Kamisan Malang. Pameran 1 Tahun Tragedi Kanjuruhan itu digelar di gedung Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang mulai 25-29 September 2023.
Baca Juga: Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Terima Donasi dari Persebaya dan Bonek
Total ada 52 karya 2 dimensi berbagai macam jenis dipamerkan. Mulai dalam bentuk poster, kolase, grafis, lukisan, arsip berita di media hingga film pendek. Karya-karya itu dibuat oleh mahasiswa dan suporter dalam rangka mengenang September Hitam.
Koordinator Pameran Setahun Tragedi Kanjuruhan, Rafi Azzamy menuturkan jika pameran ini menjadi penegasan bahwa ingatan atas Tragedi Kanjuruhan itu tidak bisa dilupakan begitu saja. Menurut Rafi, politik pelupaan adalah kejahatan.
“Kami ingin melawan politik lupa tersebut, meski hanya lewat aksi pameran ini. Kami masih akan terus merawat ingatan itu, karena hanya itu satu-satunya hal yang tidak bisa dirampas,” jelas Rafi pada tugumalang.id. Selasa (26/9/2023).
Baca Juga: Jelang Setahun Tragedi Kanjuruhan, Keluarga Korban Minta Tidak Ada Sepak Bola pada 1 Oktober
Hingga saat ini, terang Rafi, politik pelupaan itu tengah terjadi di Malang. Selain ingatan publik yang mulai menipis, hiruk-pikuk menuntut keadilan yang tak lagi bergaung, renovasi Stadion Kanjuruhan juga sudah terealisasikan dalam waktu dekat.
“Kami sangat tertampar keras. Dalam sejarah umat manusia, tidak ada pengadilan sebrengsek seperti pengadilan Tragedi Kanjuruhan yang menyalakan angin,” tegasnya.
Pameran ini terselenggara atas kolaborasi Aksi Kamisan Malang bersama BEM FIB UB dan Hima Prodi Seni Rupa UB. Selain pameran, mereka juga akan menggelar diskusi publik untuk merefleksikan Tragedi Kanjuruhan kembali.
“Rencana kami ada skrining film dan mengundang para keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, suporter juga aktivis kemanusiaan Pak Midun,” terangnya.
Sementara, Irgi (21) salah satu pengunjung merasa kembali merinding ketika melihat berbagai macam karya di Pameran tersebut. Irgi sendiri memiliki sahabat dekat yang menjadi korban tragedi terbesar kedua di dunia itu.
“Saya terpukul sekali waktu itu. Jujur, saya sangat kecewa dengan penegakan hukumnya. Tapi teman-teman di Malang sudah berjuang sebaik-baiknya. Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua kalau fanatisme buta terhadap klub itu tidak baik,” tutur Irgi.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A