Tugumalang.id – Permukiman warga di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, harus meningkatkan kewaspadaan. Ancaman pergerakan tanah hingga longsor di sana masih sangat besar.
Apalagi, secara kajian, kawasan itu menjadi daerah yang tidak aman untuk ditinggali. Berdasarkan hasil kajian PVMBG, BPBD Provinsi dan Geologi UB, kawasan di sana tidak direkomendasikan untuk ditempati karena kondisi tanah yang labil.
Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu, menuturkan jika penyebab tanah bergerak di sana belakangan diketahui karena kondisi tanah yang jenuh. Ini mengingatkan ditemukannya sumber mata air yang berada di lereng Bukit Banyak Paralayang.
Melimpahnya air yang meresap ke tanah membuat kondisi tanah jadi jenuh. Sehingga rentan terjadi pergerakan tanah. Namun, sebagai alternatif, pihak BPBD akan melakukan kajian dan membuat sumur pelegah,
“Dengan membuat sumur pelegah ini nanti guna mengatur muka air tanah dan kelembapan tanah. Namun secara kajian sebenarnya wilayah itu tidak aman untuk ditempati,” paparnya.

Meski begitu, di beberapa sisi, Agung masih dapat menjamin bangunan di areal sisi utara masih aman untuk difungsikan. Tanah yang labil banyak terjadi si di satu sisi saja di bagian selatan.
“Tapi nanti akan kita kaji lagi karena intensitas hujan yang tinggi masih berpotensi membuat tanah di sana jenuh. Jadi potensi pergerakan tanah di sana ke depannya masih besar,” ungkapnya.
Tak heran, di wilayah Dusun Brau ini memang terletak di wilayah kontur perbukitan. Di sekeliling desa ini dikelilingi kawasan hutan dan perbukitan. Otomatis, jika terjadi curah hujan tinggi, maka akan menambah massa tanah sehingga tanah jadi labil.
Dusun Brau merupakan area di wilayah Kecamatan Bumiaji dengan tingkat kerawanan tinggi mengalami tanah labil. Bahkan pada 2021 telah ditemukan 13 titik rawan longsor atau rekahan tanah berpotensi bahaya di dusun sentra penghasil susu sapi perah itu.
Jangkauan 13 titik potensi kerawanan itu diketahui berdasarkan kajian geoseismik oleh BPBD Jatim menggunakan alat seismograf. Itu ditemukan saat proses pencarian lokasi pembangunan hunian sementara (huntara) bagi 15 KK di Dusun Brau dan membuat warga terdampak harus dievakuasi karena tempat tinggalnya rawan ambles.
Tentu pergerakan tanah ini membawa dampak pada bangunan di atasnya. Seperti terjadi pada bangunan SD SMP Satu Atap Gunungsari yang baru-baru ini sebagian bangunannya ambrol. Bahkan, sejumlah ruangan mulai terdapat retakan parah. Baik di atap, dinding hingga lantainya.
“Massa air dalam tanah yang tinggi ini kemudian akan mengakibatkan tanah kehilangan daya penopang sehingga bangunan di atasnya juga akan terdampak,” ungkapnya.
Agung menambahkan, fenomena tanah bergerak ini bahkan juga sudah pernah terjadi di sana pada awal Februari 2021 lalu. Saat itu retakan pada dinding ruangan masih kecil. Namun seiring waktu retakan bertambah besar.
Meski begitu, dinas terkait seperti Dinas Pendidikan dan BPBD Kota Batu telah memastikan akan membangun gedung baru di sisi utara yang relatif lebih aman.
“Sudah dikaji dan juga dialokasikan anggaran untuk bikin gedung baru nanti di sisi utara. Karena kalau tetap dibangun di sini tanahnya sudah labil, enggak aman,” ujar Kepala Sekolah SDN Satu Atap Gunungsari Siti Roihatul Hasanah ditemui, Rabu (7/12/2022).
Sebenarnya, ada usulan lain lagi agar sekolah ini dipindah ke tempat yang lebih aman. Menurut Siti, rencana pembangunan sekolah akan digeser lebih jauh di kawasan Dusun Jantur, Desa Brau. Namun ada pertimbangan lain.
“Takutnya kalau dipindah ke sana itu aksesnya terlalu jauh. Jadi takutnya nanti malah gak ada yang mau sekolah. Cuman di sini satu-satunya akses yang dekat biar anak-anak disini tetap sekolah,” kata Siti.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A