Tugumalang.id – Sebagai pelestari kebudayaan Lesbumi PCNU Kabupaten Malang, Jawa Timur, melakukan beberapa strategi agar kebudayaan nusantara betul-betul terawat dan terwariskan dengan baik pada generasi selanjutnya.
Salah satunya melalui program rutin Ngaji Sewelasan. Kegiatan yang dilaksanakan setiap bulan pada tanggal 11 kalender Hijriah ini dilakukan di beberapa tempat.
Ngaji Sewelasan bulan ini dilaksanakan di desa Krebet Kecamatan Bululawang, tepatnya di kediaman Gus Rois pada Rabu (7/06/2023). Kegiatan diawali dengan pembacaan serat wirid saptawikrama yang diijazahi oleh Romo Kyai Ng. Agus Sunyoto.
Baca Juga: Lesbumi NU Kota Malang ‘Mbeber Klasa’ di Tasyakuran 1 Abad NU
Peserta yang hadir kurang lebih sekitar 100 orang. Di antaranya Kholis selaku kepala Desa, Sunardi selaku Camat, Nanang perwakilan dari Pemkab, PC IPNU dan IPPNU, PC Pagar Nusa, Ansor Bululawang, Ansor Ranting Krebet, PMII, dan beberapa lembaga NU seperti LKK, LBM, Laziznu dan masyarakat sekitar.
Ngaji Sewelasan Lesbumi PCNU Kabupaten Malang sudah masuk pada tahap pertemuan yang ke-4 setelah bulan lalu di Kalipare. Pemateri biasanya dipandu oleh Gus Zulvan pengasuh Pesantren Al Munawariah dan Mas Irfan Afifi budayawan muda dan pendiri Langgar.co.
Ngaji Sewelasan bulan ini mengangkat Tema “Bulu Lan Lawanging Kaluhuran”. Di mana tema ini berakar dari filosofis daerah yang di tempati ngaji Sewelasan, yaitu Krebet Bululawang.
Baca Juga: Lesbumi Gelar Wawasan Kebangsaan, Tampilkan Mocopat dan Tari Nusantara
Camat Bululawang, Sunardi, menuturkan bahwa Ngaji Sewelasan seperti ini harus sering digalakkan, mengingat pondasi kebudayaan hari ini mulai terkikis dengan adanya formalitas dan agama yang ditampakkan hanya dalam bentuk cover.
Kades Krebet, Kholis, juga mengatakan bahwa Produk kebudayaan harus digali akarnya, agar tidak terjadi tumpang tindih pemahaman di kalangan masyarakat.
Ngaji yang dipandu oleh Mas Irfan Afifi dan Kyai Abror menegaskan bahwa pentingnya memahami filosofi kebudayaan Jawa. Di mana tradisi wali Songo dalam berdakwah di Nusantara benar-benar menyampaikan Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga mudah diterima.
Hal inilah yang oleh Gus Mihrom selaku ketua Lembaga Bahtsul Masail PCNU dikatakan sebagai bentuk kolaborasi. “Harus ada kolaborasi antara Lesbumi dan Lembaga yang lain di NU untuk membangun kebudayaan itu melalui pembentukan pola pikir dan pola sikap yang dikuatkan oleh akar Islam itu sendiri,” kata dia.
Menurut Abdul Aziz selaku Ketua Lesbumi PCNU, Ngaji Sewelasan memang dilakukan sebagai jembatan antara agama dan budaya.
“Islam bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat Nusantara karena ada pola pendekatan budaya oleh Wali Sanga, sehingga kajian seperti ini sangat perlu dilakukan, mengingat keringnya pemahaman tentang agama dan budaya saat ini,” katanya.
“Sobo deso dengan strategi ngaji adalah upaya yang dilakukan untuk meraih keluhuran dan kesejahteraan,” Pungkasnya.
Editor: Herlianto. A