Irham Thoriq*
Pikiran kita, adalah satu hal penting, yang perlu kita kendalikan. Jika kita gagal mengendalikan, maka pikiran kita akan liar, dan cenderung mendorong kita berbuat keburukan.
Ini kesimpulan singkat, dari acara meditasi sore, pada jum’at (24/11) yang basah di Universitas Negeri Malang. Acara ini dipimpin Bikkhu Santacitto Sentot Ph.D dari sebuah vihara di Kota Batu. Acara ini adalah salah satu bagian acara dalam Borobudur Writer and Cultural Festival, sebuah festival kebudayaan ternama, yang kebetulan tahun ini digelar di Universitas Negeri Malang (UM).
Saya hadir di acara itu dengan teman saya Lutfi Pratomo. Dari jadwal yang kita lihat, ada satu acara yang membetot perhatian. Yakni, acara meditasi sore. Kebetulan, tema meditasi sore itu soal mindfulness. Tema ini sering diperbincangkan akhir-akhir ini, terlebih isu soal Kesehatan Mental sekarang banyak menjadi konsen.
Mindfulness secara harfiah adalah kesadaran penuh. Ini adalah salah satu metode meditasi yang sejumlah manfaatnya adalah untuk meredakan stres, membuat kita fokus, dan mengendalikan pikiran.
Bikkhu yang memimpin meditasi sore itu, mengibaratkan pikiran seperti sebuah sapi. Sapi bisa liar, dan menabrak banyak hal ketika di lepas. Karenanya, sapi perlu ditali, agar jinak dan tidak membuat kerusakan.
Baca Juga: Jakarta dan Uniknya Parakawan
Meditasi mindfulness sama artinya kita mengikat sapi itu. Dengan meditasi, kita mengendalikan pikiran kita agar fokus dan tidak liar. Dengan mindfullnes juga, kita secara perlahan bisa membuang pikiran-pikiran, yang sebenarnyha tidak perlu kita pikirkan.
Seperti pikiran untuk marah, menyalahkan orang lain, berburuk sangka, benci, hingga keserakahan. Mindfulness bisa mengganti pikiran negatif itu, dengan pikiran positif seperti bersabar, mendoakan orang lain, berbuat baik, berbaik sangka pada orang lain, mengoreksi diri kita, hingga ketabahan.
Setelah menjelaskan tentang mindfulness, bikkhu mengajak peserta meditasi sore untuk bermeditasi sekitar 30 menit. Usai meditasi, saya bertanya tentang sejumlah hal, salah satunya kenapa dalam meditasi yang harus fokus pada pernapasan, sulit sekali membuat saya fokus. Di sela-sela meditasi, kadang saya memikirkan pekerjaan, dan lain-lain.
Pikiran saya melompat-lompat, meskipun saya terus mencoba kembali fokus pada pernapasan. Bikkhu menjawab, itu hal biasa bagi orang yang baru ikut meditasi. Menurut dia, kita perlu terus berlatih bermeditasi agar bisa mindfulness. Bikkhu itu menyarankan peserta untuk bermeditasi sebelum tidur atau setelah bangun tidur. Ketika pikiran fresh. Karena tahu saya seorang muslim, dia juga menyarankan meditasi bisa dilakukan selesai shalat. Untuk durasinya, bisa 10 menit, 15 menit, 30 menit. Tergantung kekuatan kita. semakin lama, semakin baik.
Baca Juga: Haul Solo dan Cinta yang Tertinggal
Bikkhu itu juga menjawab pertanyaan saya, bahwa membaca shalawat yang diyakini oleh umat Islam bisa membersihkan hati dan pikiran, apakah bisa disebut juga sebagai salah satu cara untuk bermeditasi. Bikkhu itu menjawab, bahwa hal tersebut bisa disebut meditasi. Kata dia, membaca kitab suci seperti Alqur’an, juga bisa disebut sebagai meditasi mindfulness.
Apa-apa yang kita yakini bisa mengendalikan pikiran kita, membuat hati kita lebih lembut dan penuh kasih sayang kepada sesama, bisa disebut sebagai meditasi mindfulness. Mari kita belajar mengendalikan pikiran dan hati kita, karena dua hal itu adalah sumber dari segala kebaikan dan keburukan.
Salam kesadaran penuh.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
*Penulis adalah CEO Tugu Media Group
editor: jatmiko