Irham Thoriq*
Adakah perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Adakah hal besar, yang itu sulit kita lukiskan untuk mendiskripsikan kebesaran itu. Adakah dampak yang lebih besar di kehidupan ini, selain dampak sebuah cinta.
Itulah yang mungkin sedang kita rasakan dari Haul Solo. Dalam tiga hari terakhir, Haul Solo berhasil menjadikan kota lahir Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo itu sebagai lautan manusia berbaju putih.
Puncaknya adalah hari Minggu, 5 November 2023 yang merupakan puncak dengan digelarnya pembacaan maulid simtut duror. Ratusan ribu orang, atau mungkin jutaan orang berdesak-desakan, memenuhi jalanan di sekitar Masjid Riyadh, serta melantunkan shalawat.
Masjid Riyadh yang menjadi pusat Haul, dipenuhi dengan manusia. Mungkin sekitar 3 kilometer ke selatan, 3 kilometer ke utara, serta di gang-gang sekitar masjid, penuh dengan manusia. Betapa lautan manusia itu hadir, bisa dilihat dalam beberapa video drone yang diabadikan dan kini banyak bertebaran di media sosial.
Ratusan ribu orang, datang karena cinta, datang karena keyakinan, dan datang untuk mendapat rahmat dari Allah SWT. Sehari sebelum puncak haul itu, ribuan orang berjubel antri ke makam yang berada di sebelah belakang masjid riyadh. Di makam itu, ada tiga habib yang dikebumikan. Yakni, Habib Alwi Alhabsy, Habib Anis Alhabsy, dan Habib Ahmad Alhabsy.
Sedangkan sohibul haul, atau orang yang di peringati wafatnya, adalah Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi yang merupakan ayah dari habib Alwi dan kakek dari Habib Anis dan Ahmad Alhabsy. Habib Ali sendiri adalah pengarang shalawat simtud duror yang sangat terkenal di kalangan umat muslim. Habib Ali dimakamkan di Kota Seiwun, Tarim.
Pada 5 November lalu, adalah haul Habib Ali yang ke-112. Mula-mula, sang anak yakni Habib Alwi yang menggelar haul itu di Kota Solo. Yang datang hanya segelintir orang, tapi para habaib terkemuka dari berbagai daerah.
Semakin lama, yang hadir di Haul Solo semakin besar, dan puncaknya pada 5 november kemarin, yang bisa dibilang menjadi yang terbesar sepanjang sejarah.”Haul Solo ini, ketika sampean pernah datang sekali, pasti akan datang di tahun-tahun selanjutnya,” kata salah seorang jama’ah yang hadir dari Sidoarjo. Dia menjelaskan hal tersebut, setelah saya mengatakan bahwa saya baru pertama kali hadir di haul solo.
Apa yang dinyatakan orang tersebut, dibenarkan sahabat kuliah saya Habib Mahdi El Kherid, yang dalam haul kali ini memboyong istri dan tiga orang anaknya. Sejak 2012 silam, dia tidak pernah absen di Haul Solo.
”Karena kalau absen, saya merasa kayak ada yang kurang gitu, benar-benar menancap di dalam hati ini kalau Haul Solo,” kata kandidat doktor dan Wakil Ketua Ansor Jawa Timur ini.
Meski menyewa villa yang cukup mewah, berjarak 7 kilometer dari Masjid Riyadh, Mahdi lebih sering tidak berada di villa. Dia lebih sering berada di sekitar masjid Riyadh, untuk benar-benar merasakan vibe Haul Solo.
Khususnya saat momen malam minggu atau malam puncak pembacaan maulid, Mahdi banyak berada di sekitar masjid Riyadh dengan mengikuti pembacaan maulid dari rumah ke rumah.”Hebatnya, di maulid di ring 1 atau di sekitar masjid riyadh, semua orang boleh ikut maulid, dan banyak sekali di sekitar masjid itu yang memberi makan gratis, semua totalitas menghormati haul,” kata Mahdi.
Di Haul Solo, semua orang meninggalkan rasa keakuannya. Karena banyaknya jama’ah yang hadir, bahkan sekelas pengasuh Pesantren Sidogiri, salah satu pesantren terbesar di Indonesia, rela duduk ngemper di pinggir jalan.”Saya ada videonya dan tersebar fotonya, memang banyak kiai besar dan mungkin pejabat yang harus duduk di pinggir jalan untuk bisa hadir di Haul Solo,” kata Mahdi.
Saya yang kehabisan penginapan di Haul Solo, juga merasakan bagaimana kemurahan warga Solo menyediakan penginapan tanpa meminta imbalan apapun. Kebetulan, saya mendapatkan informasi ada penginapan dari teman istri saya, yang rumahnya tidak jauh dari pusat haul solo.
Tentu tidak ada kemurahan hati itu, tanpa ada rasa cinta yang mendalam, terhadap haul solo, terhadap Habib Ali dan juga kepada Nabi Muhammad Rosulullah SAW. Lalu, lantas apa yang dilakukan Habib Ali ketika massa hidup sehingga begitu besar karomah beliau hingga saat ini?
Salah satu keutamaan beliau adalah beliau menghabiskan waktunya untuk berdakwah. Beliau juga seorang yang suka berderma. Dalam satu cerita, beliau punya kegiatan pengajian setiap hari, dan 400 orang yang hadir, selalu diberi makan oleh beliau. Beliau juga pernah menanggung makan orang se-Kota Seiwun ketika paceklik selama tiga bulan.
Salah satu kelebihan beliau yang lain, ketika beliau memberi nasehat kepada orang lain, maka nasehat tersebut dengan mudahnya menyentuh kepada hati orang yang dinasehati. Tampaknya, hal tersebut terjadi karena kerendahan hati Habib Ali.”Sungguh tidak pernah aku memberi nasehat, kecuali aku yang memang membutuhkan nasehat tersebut,” kata Habib Ali sebagaimana dibacakan kisahnya dalam acara Haul tersebut.
Habib Ali juga pernah menginginkan ada orang yang mengkritik beliau, dan membuka aib Habib Ali. Tampaknya, karena keagungan akhlak habib Ali, belum pernah ada orang yang melihat aib habib ali. Dalam hidupnya, Habib Ali hanya menginginkan semakin banyak orang yang bertaqwa.”Saya ingin sebanyak mungkin orang bisa masuk surga-nya Allah SWT,” kata Habib Ali soal keinginan dalam dakwahnya.
Beliau tidak pernah membalas kejahatan orang lain, dengan kejahatan. Setiap mau tidur, Habib Ali selalu mengucap bahwa beliau memaafkan semua orang, termasuk jika ada orang yang menyakiti hati Habib Ali. Orang yang berbuat jahat, selalu dimaafkan Habib Ali di hari itu juga.
Begitu mulia akhlak Habib Ali, seperti akhlak nabi besar Muhammad SAW. Terkait Habib Ali, sahabat saya Habib Mahdi menambahkan.”Bagaimana beliau tidak hebat, murid beliau saja ada yang jadi wali kutub yakni habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik,” katanya.
Habib Ali juga seorang ahli ibadah yang luar biasa konsisten. Ketika Ramadhan tiba, setiap tiga hari sekali, dia bisa khatam Alqur’an. Puncak kecintaan Habib Ali kepada Nabi Muhammad SAW adalah ketika beliau mengarang Maulid Simtut Duror. Maulid ini adalah maulid yang begitu masyhur di berbagai negara Islam, termasuk di Indonesia. Hampir semua majelis maulid di Indonesia, membacakan Maulid Simtut Duror.
Karena kecintaan Habib Ali kepada nabi Muhammad SAW itulah, ada beberapa orang yang pernah bermimpi nabi Muhammad SAW. Orang tersebut bertanya siapa manusia yang paling dicintai di era saat ini. Dalam mimpi itu, orang-orang tersebut mendapatkan jawaban yang sama yakni orang yang dicintai Nabi Muhammad SAW saat ini adalah Habib Ali.
Jika maulid Nabi Muhammad SAW dirayakan oleh umat muslim sedunia, Haul Habib Ali dirayakan ratusan ribu atau jutaan umat muslim di Indonesia dan Tarim. Tentu saja, tanpa kemuliaan yang pernah dilakukan selama hidup, hampir tidak mungkin orang lain bisa tergerak hatinya menghadiri Haul Habib Ali.
Saya termasuk orang yang beruntung bisa hadir di Haul Solo. Semoga yang baca tulisan ini, tahun depan bisa hadir di Haul Solo. Hingga artikel ini ditulis, perasaan tentang Haul Solo begitu membakas. Begitu juga apa yang dirasakan istri saya, ketika tadi pagi mulai bekerja.”Mengurus urus dunia lagi, tapi hatiku masih di Solo,” begitu kira-kira status istri saya. Cinta itu tertinggal di Solo. Sampai jumpa di Haul Solo 2024.
*Penulis adalah CEO Tugu Media Group
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
editor: jatmiko