Malang, tugumalang.id – Generasi muda harus kritis dalam melihat fenomena politik jelang Pemilu 2024. Pesan itu disampaikan Koordinator Kawan Gibran, Ali Muthohirin dalam acara Dialog Para Pendukung bertajuk “Berbeda Pilihan Tapi Tetap Satu Indonesia”. Acara itu diselenggarakan Cangkir Opini di Kampung Mahasiswa, Malang pada Rabu (22/11/2023) malam.
Ali yang juga mantan Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) itu memberikan pesan kepada generasi muda untuk tidak mudah terombang ambing atau terbawa arus politik jelang pesta demokrasi 2024.
“Dalam melihat politik elite ini, jangan sampai terbawa arus. Kaum muda harus mampu melihat pola politik yang terjadi hingga sekarang,” kata Ali.
Baca Juga: Prabowo-Gibran Unggul dalam Survei di Jatim, Ini Respons Kawan Gibran
Dia menambahkan, sudah saatnya anak muda bukan hanya sekadar sebagai objek politik, namun juga memainkan perannya dalam membangun dan memajukan negeri.
“Prabowo-Gibran merupakan pasangan yang ideal. Juga bisa menyuarakan isu isu anak muda,” lanjut Ali.
Selain Ali, dalam acara Dialog Para Pendukung itu juga turut hadir pula dr Gamal Albinsaid. Ketua Bidang Kepemudaan Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS). Gama menilai bahwa masalah anak muda saat ini adalah lapangan kerja, sembako dan juga korupsi.
“Kalau menurut survei CSIS, pemimpin yang diinginkan pada 2019 lalu sebanyak 38 persen adalah pemimpin yang merakyat. Sekarang, tren pemimpin yang diinginkan, sebesar 37 persen, adalah pemimpin yang jujur dan antikorupsi,” ucap pendukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar itu.
Menurutnya, saat ini selain ingin menghadirkan perubahan, pasangan Anies-Muhaimin punya komitmen yang besar untuk membuka lapangan kerja dan pengembangan ekonomi.
“Ide besarnya adalah keadilan dan perubahan,” ungkap Gamal.
Baca Juga: Merajut Pemilu 2024 yang Damai Tanpa Isu Politik Identitas
Sementara itu, Pengamat Politik dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr Wahyudi Winarjo dalam kesempatannya menyampaikan pesan agar publik tidak bersikap negatif terhadap perbedaan, terutama perbedaan pilihan politik.
“Jangan tercuci otak dengan satu dimensi pemikiran,” ujarnya.
Dia juga berpesan kepada peserta yang memadati pendopo Kampung Mahasiswa Malang agar mencoba memahami dan dengarkan semua informasi dari berbagai pihak.
“Setelah itu, baru dipilah dan dipilih untuk menjadi keputusan,” lanjut dosen sosiologi UMM tersebut.
Terlepas dari semua perbedaan politik yang mungkin akan terjadi pada Pemilu 2024, semua pembicara dalam Dialog Para Pendukung tersebut bersepakat bahwa sangat penting untuk tetap menjaga persatuan Indonesia.
“Beda pilihan, tapi tetap satu Indonesia,” kata Nur Alim, moderator dalam Dialog Para Pendukung itu.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko