Tugumalang.id – Artikel ini akan membahas aneka ragam pasar tematik di Malang. Hiruk pikuk pembeli jadi pemandangan sehari-hari yang tampak di Pasar Hewan Splendid. Sayup sayup kicau burung selalu meramaikan salah satu pasar tematik di Kota Malang ini. Pasar dengan keunikan komoditas dan cara berjualan yang merakyat memang jadi salah satu keunikan tersendiri.
Selain pasar hewan, malam harinya, para pemburu baju murah akan disambut dengan hadirnya beragam pakaian di pasar roma. Pasar di dekat Buk Gluduk yang sudah sejak lama lekat dengan masyarakat.
Dini harinya, beberapa meter dari pasar roma, akan muncul deretan lapak pedagang di Pasar Kebalen. Kendaraan yang melintas pun terpaksa berjalan merayap. Melewati ramainya pembeli dan pedagang yang hilir mudik.
Itulah Kota Malang. Kota dengan 26 pasar yang tersebar di 5 kecamatan. Kota dengan 16 pasar rakyat yang telah direvitalisasi dan dimodernisasi oleh Sutiaji, Wali Kota Malang. Hingga kini bermetamorfosis menjadi pasar modern dan tematik demi menjawab kebutuhan masyarakat.

Membincang Pasar Tematik di Malang
Berbicara soal apa itu pasar tematik, Margunani dalam jurnal tentang potensi pasar tematik tahun 2018, menyebut bahwa pasar tematik adalah sebutan bagi pasar tradisional yang kemudian memiliki keunikan tersendiri. Keunikan atau kekhasan ini datang dari keseragaman komoditas yang dijual. Misalnya sayuran, buah-buahan, maupun produk kreatif lainnya.
Seiring berkembangnya waktu, model pasar tematik juga makin berkembang. Transformasi yang disandingkan dengan modernisasi pasar menghasilkan bentuk pasar dengan komoditas baru seperti pasar elektronik, tekstil hingga seni.
Menurut Ayunigsasi dalam kajiannya tentang pasar rakyat tahun 2011, inilah yang membuat pasar tematik sebagai bagian dari pasar rakyat bisa bertahan di tengah kompetisi dengan pusat-pusat perbelanjaan di perkotaan.
Pasar Tematik di Malang, Ada Sejak Puluhan Tahun
Merunut definisi pasar tematik dengan kekhasannya, Kota Malang juga memiliki beberapa pasar rakyat yang dikenal karena komoditas yang dijual oleh para pedagang. Pasar Splendid misalnya.
Bermula dari sekelompok penjaja burung yang bergabung dan berjualan di sekitar tepian sungai brantas dekat balai kota Malang, membuat masyarakat mengenalnya sebagai pasar burung.
Setelah sempat pindah tempat ke Comboran, pasar yang berdiri sejak 1960 ini pun terus bertahan dilokasi saat ini. Penamaan pasar tak lepas dari lokasi yang berdekatan dengan hotel Splendid yang juga menjadi saksi sejarah Kota Malang. Tak hanya pasar hewan, kini pasar Splendid juga dikenal sebagai pasar bunga.
Warga Malang pasti juga sudah tidak asing lagi dengan keberadaan pasar buku Wilis. Pusat perbelanjaan yang terdiri dari 68 kios toko buku di Malang ini menjadi jujugan bagi siswa, mahasiswa dan masyarakat sejak berdiri tahun 2003. Mereka datang untuk mendapatkan buku dengan harga yang lebih murah. Pasar Wilis juga terbentuk berkat berkumpulnya para penjual buku di satu titik hingga kemudian jadi ciri khas tersendiri.
Salah satu pasar yang kini berstandar SNI, yakni pasar Oro-oro Dowo juga memiliki kekhasan tersendiri dan sejarah panjang. Dalam dokumen dinas koperasi dan perdagangaan Jawa Timur, Pasar Oro-oro Dowo diketahui telah berdiri sejak zaman Belanda, yakni pada 1932. Melintasi zaman, pasar ini lalu bermetamorfosis. Tak hanya menjajakan sembako, namun juga jadi sentra kuliner tradisional.
Transformasi Pasar Tradisional yang Sukses jadi Lebih Modern
Masalah kompetisi dalam merebut perhatian pembeli untuk datang ke pasar tentu jadi soal serius agar pasar rakyat bisa bertahan. Inilah yang mendorong Pemerintah Kota Malang melakukan berbagai upaya. Salah satunya dengan melakukan tranformasi pasar tradisional menjadi pasar modern.
Pasar Oro-Oro Dowo sebagai pasar tertua di Malang pun jadi salah satu objek pembenahan dan modernisasi oleh Pemkot Malang dibawah kepemimpinan Sutiaji. Pasar rakyat yang berada di lahan seluas 3407 meter persegi ini pun mengalami perombakan secara fisik dan kebersihan. Selain itu, Pemkot juga menerapkan pola pembayaran digital berupa QRIS dan mobile banking sebagai salah satu bentuk modernisasi.

Dalam wawancara dengan tugumalang.id sebelumnya, Eko Sri Yuliadi, Diskopindag Kota Malang menyebut bahwa hampir 70 persen pasar rakyat di Malang telah melayani transaksi secara digital. Walau pembayaran dengan sistem konvensional juga masih banyak dilakukan.
Hingga kini, setidaknya 2 pasar rakyat yang juga disebut sebagai pasar tematik telah dimodernisasi dan mendapatkan predikat SNI. Kedua pasar tersebut yakni pasar Oro-Oro Dowo dan Pasar Kasin.
Pada medio 2023, Pemkot Malang juga melakukan revitalisasi pada Pasar Buku Wilis. Tak tanggung-tanggung. Dana Rp1,5 miliar dikucurkan untuk melakukan perombakan. Langkah awal revitalisasi dilakukan dengan membenahi atap-atap yang bocor. Juga penambahan fasilitas umum lainnya. Rencananya, pasar tematik di Malang ini akan dirancang agar bernuansa heritage.
Dalam data lanjutan yang diperoleh tugumalang.id, Pemkot Malang di bawah Sutiaji terus menggalakkan revitalisasi pasar rakyat sehingga nantinya memiliki ciri khas dan membuat pengunjung nyaman.
Pemkot Malang mengucurkan dana hingga Rp12,2 Miliar untuk melakukan revitalisasi tiga pasar di Malang, yakni Pasar Wilis, Pasar Kebalen dan Pasar Madyopuro.
Revitalisasi ketiga pasar ini dianggarkan sebesar Rp12,2 miliar. Bila dirinci, dana untu Pasar Wilis dan Pasar Kebalen mencapai Rp5,2 miliar yang dianggarkan melalui APBD Kota Malang. Sedangkan Pasar Madyopuro dianggarkan sebesar Rp7 miliar melalui APBN.

Tantangan Modernisasi: Kebiasaan Masyarakat dan Identitas Pasar Tematik
Sebagai pemerhati kebudayaan, Isa Wahyudi menyebut bahwa upaya perombakan pasar rakyat di Malang punya beberapa tantangan. Salah satunya dari sisi biaya yang akan menelan anggaran besar.
“Ya makin ke sini makin sulit sebenarnya ya. Dalam konteks penataan atau relokasi. Karena pasar yang tumbuh dan berkembang sedemikian rupa dan dilakukan renovasi akan memerlukan banyak biaya,” jelas pria yang akrab disapa Ki Demang ini.
Menurut pria yang menjadi penggerak Kampung Polowijen ini, selain biaya, modernisasi juga perlu memperhatikan kebiasaan dan perilaku masyarakat sebagai pedagang maupun pembeli.
“Ya tentu pemerintah punya kebijakan sendiri ya terkait keberfungsian pasar itu. Ya apalah daya di mana menjadi kultur masyarakat kita yang masih lekat dengan sistem jual beli seperti itu atau pembentukan pasar seperti itu,” jelasnya.
Walau begitu, ia juga mengamini bahwa problem pasar tradisional yang terkadang membuat pembeli kurang nyaman turut jadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. “Pasar tradisional begitu. Itu juga menjadi persoalan. Di mana memang tidak mendapatkan tempat yang cukup. Walaupun sudah mendapatkan tempat yang cukup, kadang mengalami problem di soal bagaimana masyarakat kita mengakses sebuah pasar,” imbuh Ki Demang
Pasar Tematik di Malang, Ki Demang: Sangat Memungkinkan
Sebagai seorang budayawan, Ki Demang juga menyebut bahwa pembentukan ciri khas pasar rakyat menjadi pasar tematik memungkinkan untuk dilakukan. “Misalnya kalau mau cari daging sayur di mana, di Gadang misalnya. Atau pasar yang berbau jual beli rombeng misalnya pasar Comboran,” ujarnya.
Namun Ki Demang menitikberatkan bagaimana pasar tematik dapat dibentuk dengan menegaskan identitas pasar dengan komoditas yang diperjualbelikan. “Itu perlu ditegaskan agar menjadi ciri khas,” tambahnya.
Walau demikian, ia juga mewanti-wanti agar Pemkot mempertimbangkan heterogenitas di Kota Malang yang memungkinkan banyak budaya dan kebutuhan yang beragam.
“Tentu ini menjadi penting untuk dipertimbangkan untuk membentuk pasar tematik masyarakat Kota Malang ini kan heterogen dari beragam macam belahan nusantara. Mereka bertemu di Malang yang membawa budaya sendiri dan mengakses pasar sebagai tempat jualan,” pungkasnya melalui sambungan telepon.
Potensi Pasar Tematik di Malang
Lalu bagaimana potensi pasar tematik di Malang? Walaupun potensinya tak bisa dihitung secara langsung, namun Malang sebagai Kota Wisata dan Kota Pendidikan tentu membawa berkah sendiri bagi para pelaku usaha, termasuk para pedagang di pasar.
Dalam catatan BPS Kota Malang melalui Malang Dalam Angka 2023, setidaknya 2,7 juta wisatawan domestik dan 8.455 wisatawan mancanegara berkunjung dan berwisata ke Kota Malang pada 2022. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dan normalisasi wisata usai melemah karena pandemi.
Pertumbuhan wisata ini juga dinilai Ki Demang akan berdampak bagi pasar rakyat. Khususnya bila nantinya dapat dimaksimalkan. Ia menyebut bahwa hal ini berkaitan dengan pasar kuliner maupun pasar oleh-oleh.
“Kaitannya tentang pasar tematik, itu perlu juga dibuat konteks untuk pasar kuliner atau pasar oleh-oleh. Perlu dibikin mengingat Kota Malang ini banyak sekali kunjungan dari masyarakat luar untuk wisata, studi banding atau belajar, untuk singgah sementara,” jelasnya.
Bila melihat data produk domestik regional bruto atau PDRB Kota Malang berdasarkan harga berlaku pada tahun 2022, nilanya mencapai sebesar Rp84.807,43 milliar. Perekonomian Kota Malang ini ditumpu oleh Sektor Perdagangan dan Reparasi Kendaraan Bermotor dengan kontribusi hingga 29,54 persen.
Pengembangan pasar rakyat menjadi pasar modern maupun pasar tematik juga berkaitan dengan pengeluaran masyarakat di bidang kuliner. Dalam data Sumber Sosial Ekonomi 2021 yang mencatat pengeluaran warga kota Malang untuk makanan mencapai Rp667.894 dari total rata-rata pengeluaran keluarga mencapai Rp1.766.013.
Untuk itu, Ki Demang juga berpendapat jika pembangunan pasar tematik juga harus menyasar wilayah strategis yang ada di Kota Malang.
“Jadi perlu ditegasin di Malang ini bisa dikunjungi di malam hari, pusat oleh-oleh yang dekat dengan akses hotel maupun restoran. Mungkin bukan hanya di daerah sanan saja, tapi juga di daerah-daerah yang menjadi akses pintu masuk maupun ke luar Kota Malang ini,” imbuhnya.
Dengan pengembangan dan revitalisasi pasar di era Sutiaji, EKo selaku Diskopindag Kota Malang optimis akan membantu perekonomian masyarakat.
“Kita ketahui, pasar-pasar yang telah direvitalisasi terbukti mampu membangkitkan ekonomi. Dengan pasar yang bersih indah dan nyaman tentu meningkatkan jumlah pengunjung atau pembeli,” ungkapnya pada tugumalang.id menyoal revitalisasi pasar dan pengembangan pasar tematik di Malang.
Reporter: Imam A. Hanifah
Editor: Herlianto. A