MALANG – Teknologi Electroforming adalah tren baru dalam perkembangan industri kreatif masa kini. Teknik itu kini sudah banyak diadopsi di Kota Malang. Seperti dilakukan salah seorang pengrajin di Kota Malang, Wahyu Ratnasari. Dia menerapkan teknik electroforming pada kerajinan dari daun-daun yang dilogamkan.
Ratna melihat potensi daun-daun kering ini disulap dengan teknik electrofroming karena memiliki nilai ekonomis. Yaitu dengan cara dibentuk menjadi logam dengan bentuk yang artistik dan bernilai seni.
Bahkan, lanjut Ratna, dirinya sudah menekuni kerajinan electroforming ini sudah selama 3 tahun terakhir. Dia mendapat wawasan electroforming ini dari Australia. Lalu teknik pelogaman ini dia terapkan pada daun dan berhasil.
”Dengan daun, nilainya lebih artistik dan natural. Tidak ada di luar negeri, bisa dieksporkan dan mengenalkan Indonesia,” jelasnya pada awak media.

Uniknya, selain daun, Ratna juga menemukan fakta baru bahwa pelogaman ini juga bisa dilakukan di semua bahan baku. Sepeti pengalaman dia saat merendam daun namun tiba-tiba kemasukan laba-laba. Hasilnya, laba-laba ini ikut terlapisi logam dan nampak indah.
Hingga kini, Ratna pun menuai hasilnya. Karyanya kini bisa dinikmati banyak orang hingga bisa mendirikan Asosiasi Perajin Perhiasan Kota Malang (APPKM). Pasarnya juga kini kata Ratna sudah tembus pasar tradisional dengan omzet Rp 100 juta per bulan.
“Sebelumnya, saya juga sudah pernah buat daun dalam bentuk wayang. Itu sudah kukirim ke Osaka, Jepang,” ungkap alumnus Universitas Brawijaya itu.