MALANG, Tugumalang.id – Setiap tanggal 1 Selo (Sela) penanggalan Jawa, ratusan orang yang terdiri dari keluarga besar ahli waris Pesarean Gunung Kawi, karyawan, pedagang dan warga sekitar mengikuti rangkaian acara Haul Eyang Djoego. Tak terkecuali di tahun ini yang merupakan haul ke-152 kematian Eyang Djoego.
Eyang Djoego adalah tokoh spiritual legendaris yang dimakamkan di Pesarean Gunung Kawi, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. Pria yang juga dikenal sebagai Kyai Zakaria II ini adalah salah satu alasan ribuan orang mengunjungi Gunung Kawi setiap tahunnya.
Eyang Djoego merupakan seorang ulama asal Keraton Mataram Surakarta yang pernah berjuang melawan Belanda bersama Pangeran Diponegoro. Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda, Eyang Djoego mengembara ke Jawa Timur, tepatnya ke Kabupaten Blitar.
Di dalam wasiatnya, ia meminta agar dimakamkan di lereng Gunung Kawi. Keinginan tersebut diwujudkan oleh para pengikutnya. Eyang Djoego wafat pada tanggal 1 Selo tahun 1799 Dal atau 22 Januari 1871 Masehi dan dimakamkan di tempat yang kini dikenal sebagai Pesarean Gunung Kawi.
BACA JUGA: Juru Kunci Tepis Isu Pesugihan di Pesarean Gunung Kawi
Sekitar 300 orang memadati area Pesarean Gunung Kawi pada Sabtu (20/5/2023) sore untuk melakukan Kirab Sesaji dan Penyekaran Agung sebagai salah satu rangkaian acara peringatan Haul Eyang Djugo yang ke-152.
Kirab dilakukan dari depan Gapura Pesarean Gunung Kawi menuju Masjid Agung Raden Mas Iman Soedjono dan dilanjutkan ke Pesarean Gunung Kawi. Usai kirab, rombongan melakukan Penyekaran Agung di makam Eyang Djoego.
“Acara ini merupakan inti dari peringatan hari wafat Eyang Djugo. Kirab dilaksanakan dengan adat Jawa. Seluruh peserta mengenakan baju adat Jawa berwarna hitam dan menggunakan blangkon untuk laki-laki. Sementara para perempuan mengenakan kebaya berwarna hitam,” ujar Putri Ulandari, administrator media sosial Pesarean Gunung Kawi.
Rangkaian acara Haul Eyang Djoego sebenarnya dimulai sejak Jumat (19/5/2023) dengan pembacaan tembang macapat tentang Eyang Djoego dan Gunung Kawi, penampilan karawitan anak, seni tari, dan wayang kulit. Baru pada Sabtu (20/5/2023), Kirab Sesaji dan Penyekaran Agung digelar.
Usai Penyekaran Agung, dilakukan tahlil akbar dan pembacaan surat Yasin bersama warga Desa Wonosari. Rangkaian acara ditutup pada Minggu (21/5/2023) dengan penampilan terbang jidor dan seni banjari.
“Selain untuk hari wafat Eyang Djoego, tradisi ini kami lakukan untuk nguri-uri (melestarikan) budaya Jawa,” pungkas Putri.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko