Malang, Tugumalang.id – Ratusan umat lintas agama berkumpul di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW), Kota Malang pada Senin (13/1/2025) malam. Mereka berbaur dalam acara Sarasehan mengenang 100 hari wafatnya Romo Benny (Antonius Benny Susetyo), rohaniawan Katolik pemersatu umat, penggagas Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB).
Harmoni kerukunan umat cukup terasa dalam acara Sarasehan itu. Sejumlah tokoh agama baik dari Kristen, Katolik, Islam, Budha, Hindu, bahkan pejabat publik hadir memberikan kesaksian atas perjalan hidup Romo Benny yang dikenal selalu merajut persaudaraan, perawat harmoni keberagaman dan penjaga nilai nilai Pancasila.
Baca Juga: Stafsus BPIP dan Rohaniawan Katolik Romo Benny Dimakamkan di TPU Sukun Malang
Mantan Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu sudah dikenal sebagai sosok yang memiliki jiwa mempersatukan umat sejak masih muda. Pemberani, responsif dan penuh kasih.
Adik mendiang Romo Benny, Andreas Eddy Susetyo mengatakan bahwa Gereja GKJW Kota Malang adalah saksi bisu perjalanan Romo Benny. Di salah satu ruangan gereja itulah, Romo Benny kerap menggelar perkumpulan dengan para tokoh agama untuk membahas problematika bangsa Indonesia.
“Di sinilah, tempat sering berkumpulnya Romo Benny dengan Bapak Pendeta Wismo Adi, Gus Dur hingga KH Hasyim Muzadi merajut persaudaraan sejati,” kata Andreas.
Dia juga mengungkapkan bahwa Gereja GKJW Kota Malang adalah tempat dideklarasikannya FKAUB pertama di Indonesia. Romo Benny merupakan salah satu tokoh utama pendorong digagasnya FKAUB.
Hal itu juga diungkapkan oleh Pendeta Chrysta Budi Prasetyanto Andrea. Menurutnya, FKAUB berdiri atas dasar keprihatinan mendalam atas berbagai gejolak persoalan antar umat beragama di berbagai dearah di Indonesia pada era Orde Baru.
Sejumlah kerusuhan terjadi. Kemudian salah satu peristiwa sensitif yang berpotensi terjadinya perpecahan, yakni perusakan 10 gereja di Surabaya pada 6 Juni 1996. Kemudian disusul pembakaran 33 bangunan seperti panti asuhan hingga gedung gedung gereja di Situbondo pada 10 Oktober 1996.
Baca Juga: Mengenang Sosok Romo Benny Susetyo, Sang Intelektual yang Merawat Kebhinekaan dengan Penuh Cinta
“Peristiwa ini menjadi perhatian tokoh tokoh besar seperti Gus Dur, KH Hasyim Muzadi, Pendeta Wismo Adi Wahono, Bungsu Pingki Irawan, dr Paultalele. Mereka bersatu dalam gerakan yakni Forum Persaudaraan Sejati,” ungkap Pendeta Chrysta Andrea.
Situasi saat itu cukup sensitif bagi umat di daerah daerah. Kemudian para tokoh agama di Malang menggelar kegiatan yang bisa menjadi kultur yakni doa bersama (Forum Doa Bersama) di rumah ibadah semua agama secara bergiliran. Karena gerakan kultural perlu waktu yang panjang, akhirnya digagas FKAUB pada 20 September 1998.
Saat itu ada 6 deklarator FKAUB yakni Romo Benny (Katolik), KH Noor Chosin Askandar (Islam), Pendeta Chrysta Andrea (Kristen Protestan), Ida Bagus Bajra (Hindu), Pandita Suyanto (Budha) dan Bungsu Anton Triyono (Konghucu). Deklarasi ini juga dihadiri tokoh tokoh agama.
“La ini semua penggeraknya Romo Benny. Mulai dari persiapannya di PC NU dan lainnya itu Romo Benny yang aktif menggerakkan. Bahkan saat kekurangan dana, beliau yang mencarikan sampai dapat hibah sampai 10 ribu dolar. Jadi peran beliau cukup besar,” jelasnya.
Romo Benny kemudian pindah ke Jakarta untuk menjadi Sekretaris Komisi Hubungan Antar Agama dan Keyakinan, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Kemudian hingga menjadi Stafsus Dewan Pengarah BPIP.
“Gagasan beliau itu soal kesetaraan. Jadi siapapun warga Indonesia itu tidak ada previlage, apapun keyakinannya semua setara,” ujarnya.
Baginya, gerakan gerakan Romo Benny yang terus mempersatukan umat perlu terus dilanjutkan dan diwariskan ke generasi muda. Beberapa hal yang menurutnya perlu diwariskan ke generasi muda adalah berani karena cinta, peduli tanpa diskriminatif, cekatan dan rendah hati penuh kedamaian.
“Beliau itu apa adanya, suka bercanda, pemikir kondisi dan masalah bangsa. Beliau tak pernah tidak membahas problematika bangsa Indonesia,” ungkapnya.
Baca Juga: Megawati hingga Hasto Hadiri Pelepasan Jenazah Romo Benny di Kota Malang
Sementara itu, Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Rima Agristina menyampaikan bahwa Romo Benny memang merupakan sosok yang banyak berjasa untuk persatuan bangsa Indonesia.
“Setiap tarikan nafas beliau selalu diabdikan agar masyarakat bisa melaksanakan nilai nilai Pancasila. Beliau sosok yang selalu belajar, berbagi gagasan dan menggerakkan untuk bisa melaksanakan gagasan gagasan yang baik,” tuturnya.
“Alangkah lebih baiknya jika apa yang sudah dilakukan Romo Benny untuk bangsa bisa kita lanjutkan bersama sama. Beliau pemikir dan pendorong agar kita lebih baik dan lebih baik lagi,” tandasnya.
Romo Antonius Benny Susetyo, telah berpulang pada 5 Oktober 2024 saat menjabat sebagai Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP).
Kepergiannya meninggalkan duka mendalam. Jenazah rohaniawan Katolik itu dimakamkan di TPU Sukun, Kota Malang pada 7 Oktober 2024.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
Redaktur: jatmiko