Malang, tugumalang.id – Pembangunan tata ruang Kota Malang telah dikembangkan sejak era kolonial Belanda. Bouwplan atau rencana perluasan pembangunan kota menjadi salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda di Kota Malang. Setidaknya ada 8 bouwplan yang bisa ditemui di Kota Malang.
Bouwplan Kota Malang dirancang arsitek asal Belanda yakni Herman Thomas Karsten. Konsep perencanaan bouwplan itu memanfaatkan perspektif kedudukan gunung di sekeliling dan sungai yang membelah kota.
Hasil bouwplan yang terbagi menjadi 8 tahapan pembangunan itu disebut sebut menjadi perencanaan kota terbaik di Hindia Belanda pada jamannya. Terlebih, keberadaan tata kota tersebut seperti jaringan jalan, taman kota hingga bangunan permukiman masih bisa dilihat hingga saat ini.
Pelaksanaan Blowplan I dimulai pada Mei 1917 usai rapat dewan kota (gemeenteraad) yang setahun sebelumnya (1916) memutuskan untuk membangun perumahan bagi orang Eropa. Alhasil, perumahan yang disebut sebagai daerah Oranjebuurt atau daerah Orange atau keluarga kerajaan Belanda itu menjadi perumahan pertama di Malang. Luas areanya mencapai 12.939 meter persegi.
Baca Juga: Jalan Ijen, Jejak Perjalanan Masa Kolonial hingga Saat Ini
Daerah Oranjebuurt itu banyak menggunakan nama anggota keluarga kerajaan Belanda sebagai nama jalan. Mulai Wilhelmina Straat (sekarang Jalan Dr Cipto), Juliana Straat (Jalan RA Kartini), Emma Straat (Jalan Dr Sutomo), Willem Straat (Jalan Diponegoro), Maurits Straat (Jalan MH Thamrin) hingga Sophia Straat (Jalan Cokroaminoto).
Bouwplan II menjadi perencanaan tata ruang kota selanjutnya yang difokuskan untuk kawasan pusat pemerintahan yang mulai dibangun pada tahun 1922. Kawasan ini dinamai Gouverneur-Generaalbuurt dan memiliki area seluas 15.547 meter persegi.
Gedung Balai Kota Malang, Alun Alun Tugu Kota Malang, Hotel Splended hingga sekolah SMA Negeri Tugu menjadi saksi bisu Bouwplan II. Di sekitar kawasan ini dahulu juga berdiri perumahan untuk rumah tinggal gubernur jenderal dan para pejabat tinggi lainnya.
Kawasan ini juga banyak menggunakan nama gubernur jenderal terkenal era Hindia Belanda sebagai nama jalan. Seperti Daendels boulevard (sekarang Jalan Kertanegara), Van inhoff straat (Jalan Gajahmada).
Kemudian ada Speelman straat (Jalan Majapahit), Maetsuucker straat (Jalan Tumapel), Riebeeck straat (Jalan Kahuripan), Van Oudthoorn straat (Jalan Brawijaya), Idenburg straat (Jalan Suropati), Van den Bosch (Jalan Sultan Agung), Van Heutz straat (Jalan Pajajaran) hingga Van Der Capellen Straat (Jalan Sriwijaya).
Kemudian Bouwplan III menjadi rencana perluasan kota yang mulai dibangun pada 1919. Bouwplan ini untuk pembangunan kawasan pemakaman untuk orang Eropa di Kecamatan Sukun yang kini dikenal sebagai Kuburan Londo. Luasnya mencapai 3.740 meter persegi.
Bouwplan IV dengan area pembangunan seluas 41.401 meter persegi menjadi perluasan kota selanjutnya. Pembangunan area ini dimulai pada 1920. Kawasan ini difokuskan untuk perumahan kelas menengah ke bawah di daerah Celaket dan Lowokwaru.
Baca Juga: Dinoyo Jadi Lahan Kebun Kopi Pertama di Malang yang Dikembangkan Kolonial Belanda
Bouwplan V menjadi perencanaan tata ruang kota yang berfokus pada jaringan jalan pada 1924. Seperti jalan penghubung Alun Alun dengan Talun (sekarang Jalan Kawi), kawasan olahraga di sekitar Jalan Semeru.
Kemudian Jalan Ijen yang kini menjadi salah satu icon Kota Malang yang banyak dilintasi wisatawan. Perencanaan jaringan jalan dalam Bouwplan V kental akan pertemuan jalan besar dengan hiasan taman bunga.
Bouwplan VI pada 1932-1940 dimulai dengan pembangunan perumahan Eilandenbuurt atau daerah pulau pulau. Area ini mencapai luas 220.901 meter persegi.
Seperti Jalan Lombok, Jalan Jawa, Jalan Sumba, Jalan Flores, Jalan Madura, Jalan Bali, Jalan Kangean, Jalan Bawean, Jalan Sapudi hingga Jalan Seram.
Selain itu, pasar pasar rakyat seperti Pasar Bunul, Pasar
Kebalen, Pasar Oro oro Dowo, Pasar Embong Brantas, Pasar Lowokwaru, Pasar Blimbing dan Pasar Dinoyo menjadi bagian dari Bouplan VI yang dibangun pada tahun 1932 hingga 1940.
Bouwplan VII menjadi perencanaan lanjutan dari Bouwplan V yang dimulai pada 1940. Pembangunan ini menjadi pengembangan kawasan Jalan Ijen, yakni dengan dibangunnya perumahan elit seluas 252.948 meter persegi.
Di dalamnya ada penambahan fasilitas olahraga seperti arena pacuan kuda (sekarang menjadi Poltekes Malang dan Simpang Balapan)
Terakhir, Bouwplan VIII yang dimulai pada 1935-1942 dengan area seluas 179.820 meter persegi. Area ini dibangun untuk kawasan industri yang lokasinya dekat dengan jalur rel kereta api.
Kawasan industri itu bisa ditemui di wilayah sekitar Stasiun Kota Lama dan area perluasannya di Blimbing yakni di Jalan Tenaga.
Pembangunan ala kolonial Belanda ini akhirnya berhenti seiring dengan masuknya Jepang ke Malang pada 1942. Selanjutnya, pembangunan dilanjutkan pemerintah Indonesia setelah merdeka. Kini, keberadaan konstruksi era kolonial Belanda di Kota Malang juga banyak yang masih berdiri kokoh dan dipertahankan.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko