*Aqua Dwipayana
Terbaik jadilah diri sendiri. Mengoptimalkan potensi yang dimiliki dan konsisten meningkatkannya baik secara formal maupun informal. Dengan begitu tidak menggantungkan hidup pada siapapun kecuali TUHAN.
Itulah salah satu kesimpulan dari diskusi informal saya Selasa tadi malam, 10 Agustus 2021, dengan si bungsu Ero, panggilan akrab Savero Karamiveta Dwipayana.
Menjelang saya tidur untuk persiapan Rabu pagi ini, 11 Agustus 2021 ke Bandara Soetta Tangerang, Ero tiba di rumah dari Jatinangor, Sumedang. Niat tidur saya urungkan.
Kami ngobrol berbagai hal hingga pukul 23.45. Saya menyimak semua yang disampaikan Ero termasuk perkembangan terakhir terkait Covid-19 di negara ini. Karena aktivitasnya berhubungan langsung dengan itu sehingga semua informasi yang disampaikan Ero masuk kategori A1.
Sebagian info tersebut ada yang off the record. Menjadi bahasan kami berdua saja. Sekaligus sebagai pelajaran dan pengalaman berharga.
Saat membicarakan tentang orang-orang yang sehari-hari hidupnya hanya mengandalkan seseorang, ada limitasinya. Begitu orang yang diandalkannya tidak berkuasa atau melepaskan jabatannya maka berakhirlah semuanya, selesai.
TUHAN Sandaran Utama
Berbagai hal yang pernah dibangga-banggakannya tinggal kenangan. Hanya kebanggaan semu. Itu adalah contoh nyata.
Kami sama-sama melihatnya secara langsung. Orang-orang yang dulunya pernah merasa hebat karena berlindung di bawah orang yang berkuasa, akhirnya “hilang”. Seiring dengan ditinggalkannya kekuasaan itu.
Saya sampaikan kepada Ero agar kejadian serupa jangan pernah terjadi dan menimpa dirinya. Untuk itu selagi masih muda persiapan segala sesuatunya terutama kemampuan diri jauh-jauh hari dengan sebaik-baiknya.
Harus yakin bahwa kita punya TUHAN. Jadikanlah TUHAN sebagai satu-satunya tempat mengadu dan meminta. Sandaran utama dalam hidup. Juga pelindung manusia yang terbaik.
Jangan sekalipun silau melihat orang-orang yang memiliki kelebihan duniawi. Baik itu pangkat, jabatan, kekuasaan, harta, maupun lainnya.
Kenapa? Karena tidak ada yang kekal dan abadi. Semuanya bakal berakhir seiring dengan perjalanan waktu.
Saling Mengingatkan Tentang Hidup
Satu-satunya yang kekal dan abadi hanyalah TUHAN. Untuk itu bersandarlah padaNYA, bukan kepada yang lain.
Saat mendapat rezeki apapun wujudnya dan berapapun nilainya syukuri. Selalu ingat bahwa semuanya titipkan TUHAN.
Setiap saat: hitungannya detik, menit, dan jam, semuanya bisa diambil sama TUHAN sebagai pemilikNYA. Manusia yang hanya dititipkan saja harus mempertanggungjawabkannya.
Kami memiliki kesimpulan yang sama tentang itu. Saya mengakhiri pembicaraan dan pamit sama Ero. Harus segera istirahat karena pukul 02.00 Rabu dini hari meninggalkan rumah Bogor menuju Bandara Soetta Tangerang.
“Siap bapak. Besok di jalan hati-hati ya. Semoga lancar semuanya. Makasih banyak untuk diskusinya,” ujar Ero.
Sekitar satu jam diskusi sama Ero penuh makna. Paling tidak saling mengingatkan tentang kehidupan. Alhamdulillah…
>>Dari Bandara Soetta saya ucapkan selamat berusaha menjadi diri sendiri dengan mengandalkan potensi diri dan memasrahkan hanya pada TUHAN. Salam hormat buat keluarga. 03.30 11082021😃<<<
*Motivator Nasional dan Penulis Buku Trilogi The Power of Silaturahim