MALANG, Tugumalang.id – Resepsi pernikahan diadopsi menjadi materi pembelajaran oleh sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) tak terkecuali, SMKN 2 Malang.
Baru-baru ini, SMKN 2 Malang justru membuat praktik tersebut terlihat seperti sebuah pesta pernikahan asli berbalut budaya Jawa.
Mulai dari pengantin, detail dekorasi, wedding organizer, susunan acara, ritual hingga jamuan makan tamu lengkap tersedia. Semua dilakukan oleh siswa kelas XI dari 6 jurusan SMKN 2 Malang yang berkolaborasi.
Baca Juga: Implementasi Kurikulum Merdeka, 6 Jurusan Berbeda di SMKN 2 Kota Malang Belajar Praktik Akad Nikah
Meski, masih tergolong remaja dan baru mengenal budaya pernikahan adat Jawa, rupanya resepsi yang mereka gelar berjalan mulus dan sukses di lapangan sekolah, pada Kamis (14/12/2023).

Praktik resepsi pernikahan itu sendiri merupakan bagian dari proyek Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar (IKM), khususnya pada mata pelajaran bahasa daerah dengan salah satu penanggungjawab guru bahasa Jawa, Yohan Prandana SPd Gr.
“Praktik ini untuk merawat budaya Jawa, khususnya pernikahan adat Jawa dalam hal ini, temu manten. Kebetulan ini menggunakan adat Jawa Solo,” ujarnya Yohan.
Baca Juga: SMKN 2 Malang Masuk 20 Besar Lomba Kinerja BKK Jatim 2023, Juri Lakukan Visitasi Langsung
Yohan melanjutkan, dalam proyek ini siswa secara tidak langsung mengenal urutan budaya temu manten dari awal sampai akhir. Mulai dari silih kembang mayang atau tukar kembang mayang hingga yang terakhir adalah sungkem kepada orangtua.

Praktiknya, para siswa dari 6 jurusan berbeda dibagi menjadi tiga kelompok besar yang akan tampil di tiga sesi berbeda.
Mulai dari jurusan ULW (Usaha Layanan Wisata), PS (Pekerja Sosial), TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan), jurusan Kuliner, AKC (Asisten Keperawatan Dan Care Giver) dan jurusan PHT (perhotelan).
“Iya, jadi detail sekali. Satu kelompok terdiri dari dua jurusan. Perannya ada manten laki-laki, manten perempuan, bapak ibu manten laki-laki, bapak ibu manten perempuan, dua kembar mayang wanita, dua kembar mayang laki-laki, pranoto coro, juru sembaga, juru rias, lalu tamu pengiring, ada yang menjadi tamu,” jelasnya.
Dengan begitu, proyek ini diharapkan mampu membantu para siswa SMKN 2 Malang untuk menambah pengetahuan dan wawasan terkait upacara adat budaya jawa. Khususnya pada prosesi temu manten.

“Ini sangat penting bagi siswa karena di era modern ini, anak-anak kurang minat atau kurang mengetahui apa yang dinamakan temu manten. Mereka hanya tahu garis besarnya tapi tidak tahu secara detailnya,” imbuh Yohan.
Sementara itu, Waka Kurikulum SMKN 2 Kota Malang, Zulqoidah SKom menambahkan, meski mata pelajaran utamanya adalah bahasa daerah, namun berkaitan dengan pelajaran lainnya sehinga bisa dinilai dari berbagai mata pelajaran.
Seperti, ada penilaian terkait proses persiapan konsumsi hingga penyajian menu makanan bagi tamu pernikahan pada pelajaran kuliner. Unjuk penilaian bagi pelajaran tata kecantikan, hingga unjuk kerja pada mata pelajaran seni pertunjukkan.
“Jadi bahasa Jawa merangkul beberapa mata pelajaran lainnya. Kita juga ada P5, temanya nanti Bhinneka Tunggal Ika, proyek ini juga bisa selaras,” urai dia.
Menariknya, sebagian wali murid juga turut diundang ke sekolah untuk bisa menyaksikan unjuk kerja sekaligus kreasi siswa itu. Dalam hal ini, wali murid bertindak sebagai tamu undangan. Sehingga siswa nampak lebih antusias.
Diungkapkan Zulqoida, baru tahun ini SMKN 2 Malang mengusung proyek dengan tema prosesi pernikahan. Sebelumnya, juga bahkan ada praktik belajar prosesi akad nikah secara syariat Islam untuk projek pelajaran Pendidikan Agama Islam, Selasa (12/12/2023).
“Kalau sebelumnya, pembelajaran di SMK itu banyak pada praktik di laboratorium atau di kelas. Baru tahun ini kita mulai mengarahkan ke proyek-proyek. Kami berikan suasana baru yang lebih mengena, melalui pembelajaran berbasis kehidupan,” papar dia.
Nantinya, proyek ini juga akan menjadi penilaian unjuk kerja sumatif para siswa di akhir semester. Sekaligus menjadi bekal siswa sebelum benar-benar terjun ke masyarakat.
Hal ini selaras dengan visi SMKN 2 Malang dalam mewujudkan sekolah yang unggul, berkarakter, berbudaya dan peduli lingkungan.
“Membentuk SDM unggul tidak bisa hanya dari pembelajaran di kelas, tetapi dimulai dari membentuk karakter. Salah satu upaya kami melalui berbagai kegiatan yang berkualitas seperti ini. Pintar saja tidak cukup, maka soft skill dan keterampilan hidup yang baik juga penting ditanamkan,” pungkasnya.
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Herlianto. A