Tugumalang.id – Marjinal Art Community (MAC) menggelar perform art guna mengingatkan masyarakat Kota Malang akan bahaya styrofoam, pada 4-6 Juni 2021.
Dalam acara Plastik #3 ini, MAC ingin menitikberatkan pada kesadaran terhadap penggunaan styrofoam dalam kehidupan keseharian manusia.
Acara ini bertajuk ‘Ada apa dengan styrofoam’, sebagai bentuk propaganda lain yang ingin dibawa dalam acara Plastik#3, guna mengeja ulang tentang salah satu limbah sampah styrofoam yang banyak sekali digunakan dalam kehidupan keseharian manusia.

Acara perform art ini tidak hanya diisi oleh pegiat seni dan budaya di Kota Malang saja, tetapi juga hadir dari luar daerah, seperti Yogyakarta. Penampilan yang disajikan pun beragam. Mulai dari teater, musik, dan lain sebagainya.
“Bahkan, tanpa kita sadar telah menjadi salah satu limbah sampah terbesar yang mencemari alam bumi. Coba saja bayangkan sekarang kemungkinan penumpukan sampah dan limbah styrofoam akan lebih banyak lagi yang sedang beredar di lautan indonesia,” jelas Pendiri MAC, Dandung.
Dia berharap, kegiatan ini bisa membuat kita lebih mencintai diri dan bumi, dengan lebih sadar terhadap apa yang sedang kita lakukan lagi bagi bumi tercinta.
“Pada agenda sebelumnyapun, Marginal Art Community selalu concern (peduli) terhadap isu lingkungan. Kami konsisten untuk selalu menggelitik orang-orang yang datang ke acara, entah itu pemerannya ataupun kegiatan kesenian lainnya. Kami menggugah perhatian dengan isu-isu mengenai bagaimana sampah bisa digunakan sebagai medium untuk berkarya dan bergerak,” tambahnya.
Perlu diketahui, MAC merupakan wadah bagi para penggiat seni di Kota Malang yang bergiat dan berkutat pada prinsip kesenian untuk semuanya. Dandung menjelaskan, MAC tak hanya berfokus tentang seni, tapi juga tentang gerak kesenian untuk kehidupan, bergerak bersama untuk kehidupan yang lebih baik melalui kesenian.
Sementara itu, Kepala Desa MAC, Gimbu, mengaku miris dengan banyaknya penggunaan styrofoam. Maka, MAC menjadikan styrofoam sebagai acuan untuk berkarya dan bergerak.
“Harus dipahami bahwa kandungan berbahaya dalam styrofoam itu sendiri yang bisa meracuni manusia jika masuk dan dikonsumsi, sedangkan kita tahu kebanyakan limbah styrofoam awalnya digunakan sebagai bungkus makan, dan ini sungguh perlu perhatian khusus tak hanya bagi pemerhati lingkungan, tetapi semua kalangan masyarakat,” paparnya.
Kata dia, pegiat seni dan budaya yang tergabung dalam MAC bersepakat untuk mulai mempertimbangkan ulang penggunaan limbah styrofoam hanya untuk kebutuhan-kebutuhan domestik.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Malang, Bobi, mengatakan bahwa penting untuk mengapresiasi kegiatan dari MAC ini. “Menjadi penting mengapresiasi kepedulian MAC pada lingkungan. Sebab dengan krisis lingkungan yang tidak terbendung, dampak jangka panjangnya adalah pada anak cucu kelak,” sebutnya.
Reporter: Dani Alifian
Editor: Lizya Kristanti