BATU, Tugumalang.id – Moncernya sebuah perusahaan tak lepas dari peran penting seorang pemimpin dalam menerapkan suatu konsep. Bicara soal itu, ada yang menarik dari konsep yang dianut oleh Linggarjanto Boedi Oetomo, pendiri Optik International, sebuah perusahaan kacamata dengan jejaring besar di Indonesia.
Seperti diketahui, Optik Internasional merupakan perusahaan jaringan pelayanan kesehatan mata (optikal) dengan jejaring terbesar di Indonesia sejak 1972. Optik International berbasis di Kota Malang itu hingga kini mempunyai lebih dari 265 outlet dengan jumlah karyawan mencapai 1.000 orang di seluruh Indonesia.
Perusahaan bisa bertahan hingga selama 51 tahun bukan kerja mudah seperti membalik tangan begitu saja. Namun butuh kerja keras dan dedikasi tinggi. Selain itu, ternyata juga butuh konsep. Linggarjanto dengan lantang menjawabnya dengan satu kata saja, yakni ‘Keseimbangan’.
Konsep itu dia jabarkan terhadap para karyawannya dalam sesi Sharing Komunikasi dan Motivasi oleh Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana di Hotel Golden Tulip Resort Kota Batu, Jawa Timur, Senin (13/3/2023).
Konsep keseimbangan menurut pria yang kini genap berusia 74 tahun itu sederhana saja. Sebuah prinsip hidup adil. Penjabaran konsep itu dimulai dari peribahasa ‘Jangan seperti pagar makan tanaman’. Sebuah toko kacamata yang dirintis dengan susah-payah selama puluhan tahun bisa hancur karena karyawannya ikut berjualan sendiri di toko tersebut.

Jika seseorang memutuskan untuk bekerja pada suatu perusahaan, artinya dia sudah berikrar untuk memberikan sesuatu pada perusahaan sesuai kapabilitas yang dimiliki. Di sisi lain, pemilik juga punya komitmen mensejahterakan karyawannya.
Dalam suatu kasus, Linggar, begitu ia akrab disapa, bisa saja menghentikan operasional perusahaan begitu saja. Namun, Linggar tidak memilih jalan itu. Dia tidak bisa membayangkan nasib ribuan karyawan yang mungkin juga bergantung nasib pada perusahaan itu.
”Bisa jadi dia sedang punya cicilan, punya kredit rumah atau bahkan diteror debt collector. Saya gak bisa bayangin hal itu kalau perusahaan ini bubar. Saya mikirin itu,” kata Linggar dengan nada ceplas-ceplosnya.
Linggar sendiri bahkan memiliki komitmen tinggi terhadap kesejahteraan ribuan karyawannya. Hampir tidak pernah ada satu hak karyawan pun yang tidak dia penuhi. Bahkan, dia masih sempat-sempatnya memberangkatkan karyawannya pergi umrah. Meski dirinya adalah pemeluk agama lain.
”Lebih baik menghemat pengeluaran perusahaan dengan cara apapun daripada perusahaan ini harus bubar begitu saja,” tegas ayah dari 3 anak dan 10 cucu itu.
Disitulah letak prinsip keseimbangan menurut pria keturunan Tionghoa kelahiran asli Malang tersebut. Pemilik modal untung, karyawan sejahtera, pun perusahaan juga dapat berkembang dan terus eksis seperti sudah dialami Optic International.
”Sekarang tinggal bagaimana caranya menjaga keseimbangan ini tadi. Kita dapat untung bersama, dibagi bersama, sejahtera bersama, susah dipikul bersama. Sama-sama saling menghidupi,” ujar pria yang juga Ketua Forum Komunikasi Warga Tionghoa Malang Raya (FKWTMR) itu.
Kini, pekerjaan rumah tersisa dalam menghadapi dunia bisnis yang semakin kompetitif ini adalah bagaimana cara membentuk teamwork yang solid dan membangun komunikasi yang baik. Sebab itu pula Linggar mengundang Dr Aqua Dwipayana memberikan kuliah terhadap semua karyawannya.
Menurut dia, penting bagi seluruh karyawannya tahu bagaimana cara membangun komunikasi di dalam suatu perusahaan. Linggar merasakan sendiri dampak positif komunikasi setelah tampil berbicara di hadapan karyawannya sendiri.
Disitu, dia menjabarkan semua perspektif sebagai pendiri dan pemilik perusahaan sampai niat baiknya terhadap karyawan. Disitulah kemudian prinsip keseimbangan akan bekerja dengan sendirinya.
”Ternyata memang penting bagi perusahaan itu memiliki jalinan komunikasi yang baik, karena selama ini saya sendiri lemah soal komunikasi dan kebanyakan memang menghindar,” bebernya.
Sejak mendengar materi Sharing dan Komunikasi langsung dari Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana, Linggar berjanji akan terus melatih dirinya menguasai komunikasi.
”Saya kira hasilnya luar biasa. Itu juga termasuk dalam prinsip keseimbangan. Karena disitu saya akan disukai orang, dirangkul dan diajak untuk bekerja sama membangun sesuatu,” terangnya.
”Bukan dengan cara menipu, memberi racun atau menghasut seseorang untuk mendapat keuntungan,” imbuhnya.
Berkat konsep keseimbangan inilah yang membuat Optik Internasional menjadi perusahaan jaringan pelayanan kesehatan mata (optikal) dengan jejaring terbesar di Indonesia. Perusahaan yang berbasis di Kota Malang itu hingga kini telah mempunyai lebih dari 265 outlet dengan jumlah karyawan mencapai 1.000 orang di seluruh Indonesia.

Perusahaan bisa bertahan hingga selama 51 tahun berkat kerja keras dan ketekunan beliau yang selalu menanamkan komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Dan selalu berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas atas pelayanan dan produk demi kepuasan masyarakat.
Dalam pelayanannya, Optik Internasional Group ini ditangani oleh tenaga ahli di bidangnya. Juga didukung pengawasan Refraksionis Optisien (RO) dan ditunjang dengan peralatan canggih. Antara lain mesin komputer untuk pemeriksaan mata, lensometer (alat pengatur ukuran lensa), mesin lensa (faset) otomatis dan tools finishing.
Optik Internasional Group mempunyai organisasi manajemen yang solid dan profesional sehingga bisa terus eksis dan bersaing di pasar yang semakin kompetitif ini. Tidak heran jika Optic International itu menyabet puluhan penghargaan.
Total hingga saat ini Optic International sudah mendapat 22 penghargaan bergengsi seperti Gold Winner Indonesia Business Platinum Awards 2016-2017 dari Rekor Prestasi Indonesia hingga No. 1 Winner Award Rekor Bisnis & Profesional Indonesia dari Rekor Prestasi Indonesia.
Reporter: Ulul Azmy
editor jatmiko