MALANG, Tugumalang.id – Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri Malang (LPPM UM), Prof. Dr. Markus Diantoro, M.Si, berbicara tentang tantangan kebutuhan energi di masa depan.
Melihat tantangan tersebut, pria yang juga Guru Besar Fisika UM itu mengembangkan inovasi superkapasitor sebagai solusi energi baru di masa depan.
Prof. Markus begitu ia kerap disapa memang sudah menaruh minat terhadap fisika sedari muda sejak berkuliah di IKIP Malang (sekarang UM). Ia banyak mengkaji tentang superkonduktor semasa melanjutkan studinya ke Negeri Kincir Angin, Belanda.
Baca Juga: Cerita Alumni Universitas Negeri Malang Menulis Buku Bersumber dari Kombinasi Teknologi dan Ilmu Sosial
Dari sana Prof. Markus terus tertarik mengembangkan riset tentang superkonduktor dan sempat melakukan riset di Slovakia.
Kecintaannya pada dunia riset terutama tentang fisika membuat Prof. Markus terus mengikuti perkembangan inovasi energi di Eropa, Amerika Serikat, dan juga Jepang yang saat itu tengah mengembangkan Electric Vehicle (EV).
Kemudian ia juga menyinggung soal regulasi baru yang akan diterapkan di seluruh dunia bahwa di tahun 2035 mendatang.
Penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil akan dihentikan karena masalah polusi terhadap lingkungan dan juga keterbatasan sumber bahan bakar fosil itu sendiri yang akan habis.
Baca Juga: Rebut Juara Tiga Kompetisi Puisi Bergengsi, Nabil Mahda Susila Harumkan Nama Universitas Negeri Malang
Dimana nantinya akan banyak orang atau perusahaan mengembangkan kendaraan baru yang berbahan bakar energi listrik untuk menunjang mobilitas di masa depan.
Kondisi itulah kemudian banyak ilmuwan dan juga peneliti mengembangkan superkapasitor sebagai sumber energi baru.
Dalam podcast Tugu Inspirasi, Prof. Markus pun menjelaskan tentang apa itu superkapasitor dan bagaimana cara kerjanya sebagai sebuah sumber energi baru bagi kendaraan di masa depan. Seperti saat ini yang digaungkan adalah penggunaan motor dan mobil listrik.
Tetapi penggunaan baterai sebagai sumber bahan energi masih memiliki beberapa kelemahan terutama waktu pengisian ulang energi yang menyita waktu cukup lama. Dibutuhkan sebuah inovasi baru untuk mengembangkan sumber bahan energi yang lebih baik.
Salah satunya adalah kapasitor atau superkapasitor meski tidak sepenuhnya lebih unggul dari baterai. Tetapi dengan kombinasi baterai dan superkapasitor dapat menciptakan sumber energi baru yang lebih baik bagi kendaraan listrik.
Untuk itulah Prof. Markus terus mengembangkan riset tentang superkapasitor sejak beberapa tahun lalu sebagai solusi energi alternatif di masa depan.
“Orang mulai berpikir bahwa ini sama-sama energi listrik, baik kimia dinamakan baterai dan dari fisika yang dinamakan kapasitor atau super kapasitor. Dua ini (sumber energi) berbeda, baterai menyimpan energinya sangat besar tapi powernya sangat sedikit atau kecil kalau ngecharge butuh waktu lama,” tutur Prof. Markus.
“Di sisi lain kondisi ini (baterai) menjadi keunggulan superkapasitor kalau kita mau ngecharge cepat bahkan jutaan kali dicharge tidak berkurang. Namun kelemahannya memang ada yaitu penyimpanan energi listriknya lebih kecil dari baterai,” terangnya.
“Kita mau menggandengkan antara baterai dengan superkapasitor dan belum banyak peneliti di Indonesia maupun di dunia yang menulis tentang super kapasitor. Kami sudah menggelutinya sejak 10 tahun lalu dan sekarang mulai terlihat ada hasilnya,” jelas Prof. Markus.
Dikembangkannya super kapasitor juga mendukung kebijakan Green Energy. Karena superkapasitor berbahan dasar dari karbon yang bersumber dari tanaman yang bisa diperbarui maupun karbon yang diambil dari pengelolaan sampah. Adanya superkapasitor menjadi sumber energi baru yang lebih ramah lingkungan.
“Menariknya super kapasitor basisnya adalah karbon yang bisa kita ambil dari mana saja. Dari tanaman yang bisa diperbarui dan juga dari sampah yang nanti karbonnya dimodifikasi menjadi kapasitor,” ujarnya.
Anda dapat menyimak obrolan lebih lengkap bersama Ketua LPPM UM, Prof. Dr. Markus Diantoro, M.Si melalui tayangan podcast Tugu Inspirasi di kanal YouTube Tugu Malang ID atau melalui link berikut ini, (klik di sini).
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Bagus Rachmad Saputra
Editor: Herlianto. A