Tugumalang.id – Perpustakaan Anak Bangsa yang berada di Desa Sukopuro, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, memiliki cara unik untuk menarik anak-anak remaja agar mau datang ke perpustakaan. Salah satunya dengan membuat acara Kencan Malam Minggu untuk pasangan muda-mudi di sana.
Berawal dari keprihatinan pendiri Perpustakaan Anak Bangsa, Eko Cahyono, dengan gaya pacaran remaja yang sering keluar malam dan pergaulan bebas, lalu dia mencari cara agar para remaja ini bisa menghabiskan malam Minggu dengan lebih positif.
“Sebenarnya dulu saya itu cuma berpikir gimana sih caranya agar menarik teman-teman agar mau datang ke perpustakaan. Tujuannya biar mereka para remaja usia 17-20 tahun daripada nongkrong aja, saya itu bertanya-tanya gimana caranya mengajak mereka. Kalau anak-anak tinggal dipancing dengan PlayStation, kalau ibu-ibu mungkin dengan masak-masak, dan kalau bapakkan bisa dengan sosialisasi pertanian,” kenangnya, beberapa waktu lalu.
Lalu, terpikirkan oleh Eko untuk mencoba membuat acara Kencan Malam Minggu. Dimana para remaja diajak menonton film lalu mendiskusikan film tersebut mulai dari jalan cerita hingga akting para aktor/aktris di dalam film.
“Di situ saya membuat program nonton bareng film-film yang bagus. Soalnya mereka senang datang ke perpustakaan sambil nonton film. Tapi setelah nonton itu kita mendiskusikan film tersebut, tentang aktingnya di aktor/aktris,” ucapnya.
“Bahkan, perpustakaan saya rubah jadi bioskop, mulai lampu saya matikan, lalu pakai LCD layar besar dan sound system,” sambungnya.
Dari situ, lama kelamaan anak-anak remaja yang awalnya mau pacaran justru lupa dengan acara pacarannya sendiri, tapi malah lebih senang nonton film dan berdiskusi.
“Dan lama-kelamaan mereka akhirnya mau membaca juga. Dari awalnya kita diskusi tentang film, lama-lama kita juga diskusi soal buku, tokoh-tokoh politik, hingga diskusi soal fenomena yang terjadi di masyarakat. Diskusinya ini justru menjurus ke hal-hal positif dan berbobot,” ungkapnya.
Bahkan, jumlah remaja yang mengikuti acara tersebut makin lama makin banyak dan memenuhi setiap sudut perpustakaan.
“Dari awalnya yang datang cuma 5-6 pasangan atau 12 anak saja, sampai akhirnya rame bisa sampai 20 pasangan. Jadi, dalam semalam itu bisa sampai 50 remaja yang datang,” ujarnya.
Perjalanan acara ini juga sebenarnya tidak berjalan semulus yang diharapkan. Awalnya warga sempat memiliki prasangka buruk terhadap acara ini. “Masyarakat awalnya sempat protes karena disangka buat tempat mesum, zina, dan lainnya,” bebernya.
Namun, akhirnya masyarakat mengerti bahwa ini adalah acara yang positif dan justru seringkali menitipkan anak-anak mereka agar ikut berpartisipasi daripada melakukan kegiatan yang negatif.
“Lama kelamaan mereka sadar ternyata pacaran di perpustakaan itu menyehatkan. Orang tua sekarang malah mending anaknya pacaran di perpustakaan. Bahkan kadang ada yang bilang ‘nanti malam anakku biar di tempatmu ya,’ jadi bapak-bapak dan ibu-ibu pesan biar anaknya dititipkan ke tempat saya,” pungkasnya.
Reporter: Rizal Adhi
Editor: Lizya Kristanti