Tugumalang.id – Pada tahun 2022 mendatang, Jembatan Gladak Perak yang putus akibat diterjang lahar Gunung Semeru akan kembali dibangun.
Mau tidak mau, akses penghubung Lumajang – Malang satu-satunya ini, tetap akan dibangun. Berbeda dengan konstruksi sebelumnya, jembatan sepanjang 192 meter ini akan dibangun kembali dengan konstruksi baru.
Direktur Jendral Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Hedy Rahadian mengatakan bahwa nantinya konstruksi jembatan akan dibuat melengkung ke atas.
Berbeda dengan jembatan sebelumnya di mana konstruksi bangunannya berkonsentrasi pada pondasi penopang di bawah sungai lahar. Waktu kejadian, diduga bangunan pondasi tidak kuat karena dikikis terjangan lahar dingin dengan volume yang besar.
“Nanti akan kita ganti konstruksinya, bukan lagi memakai pondasi di bawah. Tapi melengkung ke atas,” kata dia, belum lama ini.
Dia menambahkan, untuk bentangan jembatan dan titik jembatan yang akan dibangun tetap seperti jembatan lama. ”Di titik yang sama, panjang dan lebar jembatan juga sama seperti sebelumnya kecuali kalau ada kebutuhan lain,” tambahnya.
Untuk membangun jembatan baru ini, jelas dia, memerlukan biaya yang tak sedikit. Sekira Rp 100 miliar dengan estimasi selesai pembangunan selama 1 tahun. ”Kira-kira segitu lama pengerjaan dan anggarannya,” bebernya.
Sementara itu, Bupati Lumajang, Thoriqul Haq juga membenarkan bahwa jembatan penghubung Lumajang-Malang ini, akan dibangun kembali. Jembatan ini menjadi konektivitas penting bagi dua wilayah.
“Jembatan akan dibangun kembali tahun depan dengan kontruksi berbeda yang tahan bencana karena jembatan ini berada di aliran lahar dingin Semeru,” jelasnya.
Dia menambahkan, konektivitas sementara akan dibangun jembatan baileys atau jembatan gantung. Tujuannya untuk memberi akses bagi kendaraan roda dua agar dapat kembali melintas.
”Mau tidak mau harus segera terhubung karena ini jadi akses penting warga desa di Lumajang,” jelasnya.
Selain jembatan gantung, pihaknya berencana akan memperbaiki akses jalan via Kecamatan Pasirian. Akses ini, selama ini hanya digunakan untuk perkebunan sehingga tidak layak dilewati kendaraan biasa.
”Hanya saja jalur ini memang sangat jauh. Tapi setidaknya tetap kami perbaiki sebagai jalur alternatif,” pungkasnya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti