MALANG|TuguMalang.id -Pemimpin yang hanya memberi instruksi saja, saat ini tidak lagi efektif. Saat ini pemimpin harus memiliki kemampuan coaching, walaupun tidak sempurna sebagaimana coach profesional.
Penegasan itu disampaikan Nur Rohman, Certified Mentor BRM, pada acara Kajian Spirit Gemilang yang diselenggarakan di Camp King Sulaiman, Sukun, Kota Malang, pada Selasa (19/7/2022). Kajian itu membahas banyak sekali aspek-aspek yang harus dimiliki pengusaha hebat. Acara ini juga disiarkan secara live melalui akun Facebook Imam Muhajirin Elfahmi yang ditonton lebih dari 400 orang.

Kegiatan yang dihadiri sekitar 75 orang ini terdiri dari empat sesi yang masing-masing memberikan sudut pandang unik yang perlu diperhatikan oleh pengusaha ataupun seorang leader.
Sesi pertama diisi oleh Nur Rohman, Certified Mentor BRM yang membahas sebuah buku tentang kepemimpinan. Buku tersebut berjudul Leader as A Coach: Prinsip Dasar Kepemimpinan di Era Disruptif karya Rudy Efendy.
Buku ini sangat sesuai dengan era sekarang ini yang penuh disrupsi. Hampir semua lini dalam kehidupan berubah akibat berkembangnya teknologi. Demikian pula dengan kepemimpinan.
“Kepemimpinan yang hanya memberi intruksi saja kini tidak efektif. Saat ini, pemimpin juga perlu memiliki kemampuan coaching, walaupun tidak sempurna seperti coach profesional,” ujar Nur Rohman.

Kemudian sesi kedua diisi Ustad Anas Yusuf yang membeberkan kajian pemikiran tokoh agama dan sastra Indonesia, Buya Hamka. Ia menyebut Buya Hamka sebagai penjaga spiritual dan sastra bangsa Indonesia.
“Nahkoda yang baik bukanlah yang pandai mengemudi kapal, tetapi yang mengetahui rahasia kedalaman lautan,” ujar Anas Yusuf mengutip kata-kata Buya Hamka yang terkenal.
Menurut Anas, kalimat ini menyiratkan bahwa dalam kehidupan, yang terpenting bukanlah permukaannya. Justru pengetahuan yang luas dan dalam yang akan menjadikan kita pribadi yang lebih bijaksana.
Sesi ketiga diisi Moh Nasikh.Membahas tentang pendekatan eco-efisiensi dalam pengelolaan bisnis. Menurutnya bisnis dan kelestarian lingkungan harus berjalan berdampingan.
“Masih banyak pengusaha yang motivasinya cenderung untuk mencari keuntungan saja dan meninggalkan hal-hal yang bersinggungan dengan kemanusiaan, sosial kemasyarakatan, lingkungan, dan sebagainya,” kata Moh Nasikh.
Padahal, menurutnya, dalam Islam diajarkan untuk tidak melakukan kerusakan di Bumi. Oleh karenanya, jangan sampai menjauh dari ajaran Islam dalam berbisnis.
Sesi terakhir diisi Djanaid Djanalis yang membahas tentang penyiapan leader bisnis dalam bisnis pertumbuhan dan berkelanjutan.
Bagi Djanais, seorang pengusaha itu haruslah seorang petindak. Ini dibutuhkan agar bisnisnya bisa tumbuh dan tahan lama atau berkelanjutan.
“Untuk itu, seorang pengusaha atau leader harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental,” ujar penulis buku Manajemen dan Leadership dalam Budaya Minangkabau tersebut.
Menurutnya, pengetahuan peranan pengetahuan dalam menentukan kesuksesan hanyalah 15 persen, begitu pula dengan keterampilan. Yang peranannya paling besar adalah sikap mental, yaitu 70 persen.
“Jadi walaupun Anda tidak lulus sarjana, tapi memiliki sikap mental, itu sudah hebat,” tutupnya.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id