MALANG, Tugumalang.id – Rumah dan toko milik Johan Untung (60) yang berada di Jalan Ketanen, Kelurahan Penarukan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang sangat mudah dikenali dari luar. Puluhan topeng rampak barong dan bantengan dengan warna-warna mencolok menghiasi bagian depannya.
Sudah 16 tahun Johan merintis usaha kerajinan topeng rampak barong. Kini, anak-anaknya turut membantu produksi properti untuk kesenian tradisional ini. Beberapa jenis topeng yang diproduksi di antaranya adalah rampak barong, bantengan, kucingan, serta topeng lainnya.

“Keinginannya dulu buat (topeng) bantengan. Terus berkembang, anak saya itu yang saya suruh buat, tapi belajar sama orang yang sudah bisa,” tutur Johan saat ditemui di rumahnya, Minggu (12/3/2023).
Sebelum menekuni usaha ini, Johan berprofesi sebagai sopir angkutan Malang-Blitar. Ia banting stir menjadi perajin karena ingin memiliki usaha yang beda dari lainnya.
“Awal mulanya ingin punya (usaha) kerajinan khas Malang. Jarang orang milih (usaha) barongan malangan. Di Malang Selatan yang ada cuma di wilayah ini (Kepanjen),” kata Johan.
Ia tak menampik bahwa ada perajin-perajin kecil yang tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Malang. Namun, mereka biasanya menitipkan hasil kerajinan mereka di toko Dua Putra milik Johan.
Terkait omzet, Johan tak menjawab dengan gamblang. Ia hanya menyebut bahwa dagangannya laris manis saat jelang Hari Raya Idulfitri dan perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Sementara di hari-hari biasa, penjualan tak menentu. Bahkan dua bulan terakhir ini, penjualannya cenderung sepi.
“Biasanya kalau bulan puasa sudah mencapai 15 hari itu baru banyak yang pesan buat hari raya. Biasanya hari raya sampai stok habis,” kata Johan.

Setiap topeng ia jual dengan harga Rp 75 ribu hingga Rp 2,5 juta. Permintaan topeng ini berasal dari berbagai daerah, tak hanya Kabupaten Malang. Menurut Johan, ia kerap mengirim produknya ke Blitar dan Kediri. Di samping itu, ia juga pernah mengirim hingga ke Jambi, Kalimantan, dan Papua.
“Saya kirimnya ke pengepul atau grosir di Blitat dan Kediri. Kalau di Kabupaten Malang biasanya kirim ke Dampit dan Pujon, sampai ke Kota Batu,” ucapnya.
Meski kesenian modern kini cukup marak, Johan tak merasakan adanya penurunan permintaan. Kesenian tradisional rupanya masih banyak diminati. Penurunan omzet yang drastis hanya ia rasakan saat pandemi COVID-19.
“Saat pandemi dua tahun lalu ya menurun hingga 70 persen,” ujar Johan.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko