BATU, Tugumalang.id – Dunia tarot tidak hanya mengenal satu jenis macam kartu. Ternyata, kartu tarot yang memiliki simbol dengan makna tersendiri itu juga bisa disesuaikan sesuai kebutuhan penggunanya. Artinya, visualisasi kartu tarot juga bisa dibuat sendiri sesuai kreasi pengguna.
Donny Hendrawan, seniman dan pegiat tarot di Malang telah melakukannya. Bahkan di Indonesia, dia tercatat sebagai kreator kartu tarot ketiga. Sebelumnya, sudah ada dua nama besar kreator kartu tarot. Mereka adalah (Alm) Ani Sekarningsih dengan kartu tarot Wayang dan Hisyam A Fachri dengan karya tarot Nusantara.

Berbeda dengan dua pendahulunya, gaya visualisasi karya seni untuk kartu tarotnya terbilang nyeleneh. Donny telah menyelesaikan 78 gambar untuk kartu tarot bertajuk ‘Imaginary Friends’ selama rentang waktu 2020 hingga 2022. Menilik gambarnya, Donny mengaku mengusung gaya “Dark Art Monochrome”,
Keseluruhan visual pada kartunya bernuansa hitam putih (BW; Black/White) yang menurut Donny adalah ekspresi paling jujur. Sebab itulah banyak ekspresi visual khas, nyeleneh, dan ikonik yang muncul. Mulai dari sosok asing, monster aneh atau bahkan sosok yang kita kenali sehari-hari.
Seperti simbol kuda yang biasanya ada pada kartu umumnya, oleh Donny diganti menjadi motor. Misal untuk simbol pedang, Donny mengantinya dengan pisau dapur. Namun untuk beberapa simbol sosok asing yang tidak pernah kita temui, tetap ada dalam kartunya.
Pada prinsipnya, semua ilustrasi yang dia buat lahir berdasarkan pada pengalaman estetik, spiritual, dan kultural yang melatarbelakangi Donny. Meski begitu, sajian ilustrasinya tidak mengurangi makna simbol kartu pada umumnya.
Semua karya ikoniknya itu bisa dilihat di Galeri Raos Kota Batu. Pameran dibuka sejak Sabtu (11/3/2023) dan akan berakhir pada 17 Maret 2023 mendatang. Di sana, anda bisa melihat berbagai karya artwork dalam kartu tarot yang dicetak dalam kain ukuran A0 dengan proper lighting seperti barang seni pada umumnya.
Pameran ini tadinya diselenggarakan pada Oktober 2022 lalu, namun tertunda karena turut berempati atas Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 suporter. Selain pameran, juga ada kegiatan edukatif lain seperti Workshop Mental Health, Workshop Art Manajemen, Tarot Sketch Jam hingga pertunjukan musik.

Anda juga bisa berkonsultasi dengan para tarot reader lain seperti Oracles, Path Finder, Pandora Rasa, Gubuk Klenik dan Nyai Tunjung Biru. Anda juga bisa melihat secara langsung penggunaan Boneka Arwah (Spirit Doll) di sana. HTM-nya cukup Rp 10 ribu saja.
Lebih lanjut, menurut alumnus Universitas Gajayana Malang ini, reinterpretasi simbol dalam dunia tarot itu sah-sah saja. Tidak ada aturan baku meramal mau memakai kartu ini atau kartu itu. Terpenting dalam seni meramal adalah membaca pertanda atau simbol yang dilandaskan dengan basis ilmu psikologi.
Kok bisa? Bukannya kartu tarot identik dengan setan atau klenik? Mengutip perkataan Carl Jung, tokoh filsuf psikolog favoritnya yang juga merupakan peneliti kartu tarot pernah bilang; bahwa ada ketidaksadaran kolektif dari manusia, terlepas dari perbedaan apapun latar belakang kulturalnya.
Maksudnya, dari belahan dunia manapun, simbol, cerita rakyat, dan atau mitos-mitos yang beredar memiliki tipologi jahitan kisah yang sama. Seperti kisah Messias misalnya, yang juga hampir mirip dengan kisah Ken Angrok, Sunan Kalijogo, atau bahkan Luke Skywalker.
Di mana tokoh-tokoh legenda yang disanjung karena kebaikannya ini, tadinya merupakan orang-orang terbuang, rakyat jelata, bahkan pendosa. Namun semua itu dilakoni untuk kemaslahatan sekitarnya. Jahitan kisah yang sama juga terjadi pada sosok badut, tokoh Joker.
”Kalau di Jawa, ada Punakawan, sosok yang bisa mengolok raja dengan kebadutannya,” paparnya.
Bahkan, konsep “Sedulur Papat Limo Pancer” yang dipercaya masyarakat Jawa juga selaras dengan konsep tarot dari simbol pentacles sebagai lambang dari berbagai unsur yaitu api, air, tanah, udara, dan spirit (ruh).
”Nah, selama kita tahu makna simbol, semua orang bisa membuat tarot. Tarot itu artinya manusia. Di Yunani disebut taroci. Kartu tarot ini dibuat sebagai media agar manusia bisa memahami dirinya,” papar Donny yang sudah menggeluti dunia tarot sejak era 2000-an tersebut.
Keunikan karakter itulah yang kemudian membuat creativeslaps tertarik untuk menjadikan kartu tarot karya Donny ini sebagai tontonan. Lewat Imaginary Friends, Donny ingin memasyarakatkan tarot,
”Lewat pameran ini, saya juga ingin bahwa kartu tarot ini tidak ada hubunganya dengan klenik atau satanis. Padahal, kalau dikulik lagi, tarot ini basisnya ya psikologi,” jelasnya.
Seiring perkembangan zaman, kartu tarot juga dikaji melalui berbagai pendekatan serta ilmu psikologi. Bahwa tarot menjadi jembatan komunikasi manusia dengan alam bawah sadar mereka dan menuntun mereka menemukan pencerahan jiwanya secara alami.
Mengutip pernyataan Hisyam AF (2010) di dalam buku Psikologi Tarot, bahwa alam bawah sadar manusia mempengaruhi sekitar 80 persen sikap dan perilakunya. Hal inilah yang coba digali Donny dan kemudian dikejawantahkan lewat kartu tarot buatannya.
Imaginary Friends merupakan ekspresi seni Donny dari pendekatan psikologis untuk mengungkap sisi gelap manusia yang mungkin terkubur dalam-dalam karena dogma, etika, dan identitas sebagai manusia yang tidak mungkin ditampakkan pada orang lain.

Satu contoh dari sisi lain kompleksitas manusia, kata Donny, adalah teman imajiner (Imaginary Friends) yang hampir setiap manusia miliki, khususnya sewaktu di masa kecil.
”Namun, teman kita itu kita tinggalkan setelah kita dewasa, memasuki fase akil baligh, saat kita sudah mimpi basah. Sejak kita kenal cinta, teman imajiner kita itu mulai kita lupakan. Soal ini yang ingin aku sampaikan di pameran nanti,” jelasnya.
Kartu tarot bikinan Donny Hendrawan ini akan dipamerkan pada hingga 17 Maret 2023 mendatang. Dark Art Exhibition bertajuk Imaginary Friends ini terselenggara oleh creativeslaps dan didukung tugumalang.id sebagai media partner.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko