MALANG, tugumalang.id – Bisa jadi belum banyak yang tahu bagaimana sejarah kebun teh Wonosari Lawang. Menilik kisah bagaimana kawasan yang dikenal sejuk ini tentu tidak ada salahnya sambil menikmati libur akhir pekan.
Kebun teh Wonosari memang punya cerita tersendiri dibalik kehangatan secangkir teh yang bisa Anda nikmati disana saat senja. Perjalanan panjang tersebut kini bisa dinikmati banyak orang dalam sebuah konsep agrowisata yang menarik.
Menjadi salah satu pilihan destinasi keluarga di akhir pekan, kebun teh Wonosari bisa diakses dengan mudah. Jalur yang dilalui bisa lewat arah Pasar Lawang atau melalui arah Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari.
Jejak Sejarah Kebun Teh Wonosari Lawang
Kebun The Wonosari punya sejarah panjang sebagai salah satu area pusat penanaman komoditas teh dan kopi. Hal ini tentu tak lepas dari kondisi geografis. Sehingga Belanda memutuskan membangun pabrik teh di Lawang. Konsep agowisata pun digagas sejak zaman Soeharto hingga berkembang seperti sekarang.
1. Kebun Teh Wonosari Era Penjajahan Belanda Dan Jepang
Teh telah lama menjadi salah satu komoditas penting yang ditanam di Indonesia dan dijual di pasar Eropa. Dalam tulisan Ita Setiatii dan Nasikun (1991) tentang kajian sosial ekonomi teh di Indonesia, Belanda telah memerintahkan penanaman tumbuhan teh sejak 1824 di Jawa.
Riwayat tumbuhan yang ditanam di daerah Lawang sebenarnya bukan hanya teh. Selain teh, terdapat tanaman kopi yang ditanam di sepanjang lereng Gunung Arjuno. Namun pada masa pendudukan Jepang, tanaman kopi dan teh ditebangi seperti yang ada di Dusun Gebuk
Jepang lebih memilih tanaman ubi, kentang, dan singkong. Hal ini karena tanaman tersebut lebih dibutuhkan tentara Jepang untuk stok bahan makanan saat perang menghadapi sekutu.
Namun kini masyarakat Dusun Gebuk telah kembali menanam kopi khususnya varietas robusta. Kopi tersebut bahkan menjadi produk andalan masyarakat setempat yang kemudian dikenal dengan kopi lanang.
Salah satu wilayah yang dianggap cocok ialah Kabupaten Malang yang masuk dalam keresidenan Pasuruan. Dalam arsip PT. Perkebunan Nusantara XII, perkebunan teh di wonosari dibuka pada tahun 1875 dibawah perusahaan Belanda NV Cultur Maatschappij. Perkebunan yang dilengkapi dengan peralatan pengolah teh ini mengelola area sekitar 1144 hektar.
2. Dorongan Rezim Soeharto dan Sebuah Awal
Untuk meningkatkan penghasilan, PTPN XII sebagai perusahaan pengelola kebun teh Wonosari pasca-kemerdekaan akhirnya berisiatif mengajukan konsep agrowisata. Hal ini juga didorong oleh pemerintah rezim Soeharto yang mengeluarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan dan kebijakan Visit Indonesia Year Tahun 1991.
Upaya menjadikan Kebun The Wonosari menjadi sebuah agrowisata baru terealisasi pada 1994. Hal ini ditandai dengan keluarnya Surat Keputusan Direksi Tahun 1994 tentang pembentukan afdeling Wisata Agro Wonosari.
Data tersebut dicantumkan oleh Ratna Kartika (2014) dalam penelitian berjudul Perkembangan Agrowisata Perkebunan Teh Wonosari Tahun 1994-2010. Pembukaan ini tak berselang lama dengan peresmian agrowisata perkebunan teh Gunung Mas di Jawa Barat.
Setelah resmi, gudang pabrik pun direhab menjadi aula dan difungsikan untuk gedung pertemuan. Jogging track juga dibangun untuk mempermudah menikmati pemandangan perkebunan teh dan fasilitas olahraga di areal perkebunan. Pada bulan Juli 1995 pihak perkebunan juga melakukan pengaspalan jalan untuk memudahkan wisatawan berkeliling
Dalam perkembangannya, pada tahun 1997 pengelola menambah tanaman apel di perkebunan. Lonjakan wisatawan akhirnya membuat pengelola juga membangun kolam renang pada 1998 dan fasilitas seperti wisma, pujasera, hingga perluasan area jogging.
Dalam catatan penelitian Ratna, penambahan berbagai fasilitas dan wahana ini mampu berdampak positif terhadap peningkatan jumlah pengunjung. Pada tahun 2001, terjadi peningkatan 4,98% setelah Rolas Hotel selesai dibangun.
3. Pasca Reformasi Hingga Kini Jadi Favorit Keluarga dan Kaum Milenial
Pada tahap selanjutnya mulai dibangun kebun binatang mini (2001) hingga adanya flyingfox dan rumah pohon pada tahun 2009. Dibangunnya hotel atau penginapan juga mendorong Kebun Teh Wonosari Lawang di Malang menjadi salah satu pilihan utama wisata keluarga saat akhir pekan hingga kini.
Kini kesejukan alam Kebun Teh Wonosari Lawang menjadi salah satu favorit wisatawan karena murah dan lengkap. Hanya dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 15.000 saat weekday dan Rp 20.000 saat weekend, Anda sudah bisa berkeliling di kebun Teh. Tiket kebun teh Wonosari Lawang ini belum termasuk tiket wahana lain yang tersedia.
Berbagai fasilitas dan wahana seperti tempat bermain anak, kolam renang, kereta kelinci, flying fox, hingga persewaan mobil ATV dan sepeda gunung. Anda hanya perlu mengeluarkan biaya tambahan sekitar Rp 25.000 – 50.000 saja.
Selain itu, tak lengkap jika mempelajari sejarah kebun teh Wonosari tanpa berkeliling pabrik teh. Kini sudah terdapat pemandu yang akan mengantar Anda dan keluarga berkeliling pabrik. Biayanya juga cukup murah yakni Rp 50.000 saja. Jika ingin menginap, terdapat dua pilihan, yakni di penginapan Rollas Hotel Wonosari atau menggunakan Camping Ground.
Penulis: Imam A. Hanifah
editor: jatmiko