Tugumalang.id – Sejak tahun 2011, hari prematur sedunia atau World Prematurity Day (WPD) selalu diperingati tiap 17 November sebagai langkah untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai bayi lahir terlalu dini atau prematur serta mencegah permasalahan ini berlanjut bagi bayi di masa depan.
Dilansir dari Unicef, bayi premature biasanya lahir sebelum kehamilan belum mencapai 37 minggu. Bayi prematur rentan terhadap penyakit serius hingga kematian selama periode neonatal (empat minggu pertama kehidupan) karena gangguan pernapasan, kesulitan makan, pengaturan suhu tubuh yang buruk, dan risiko infeksi yang tinggi.
Secara keseluruhan di dunia, ada 15 juta bayi lahir prematur setiap tahun dan lebih dari 1 juta anak di bawah 5 tahun meninggal akibat komplikasi penyakit akibat prematuritas. Jikalau si bayi selamat, mereka akan mengalami disabilitas pengelihatan maupun pendengaran seumur hidup.
Penyebab
Menurut WHO, penyebab kelahiran prematur bisa terjadi karena banyak faktor. Kebanyakan kelahiran prematur terjadi secara spontan, namun beberapa disebabkan oleh alasan medis seperti infeksi dan komplikasi kehamilan yang memerlukan persalinan dini atau secara caesar.
Penyebab lain yaitu datang dari sang Ibu mulai dari kehamilan ganda, infeksi, hingga penyakit kronis yang dialami ibu hamil seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.
Umumnya, ketidaksetaraan dalam tingkat pendapatan juga menjadi faktor penyebab kelahiran prematur. Di negara berpenghasilan rendah (Afrika dan Asia bagian selatan), setengah dari bayi yang lahir di bawah atau di minggu ke-32 (7 bulan) meninggal karena kurangnya perawatan yang layak dan biaya.
Sehingga bayi kurang kehangatan, dukungan menyusui, dan perawatan dasar untuk infeksi dan kesulitan bernapas. Sedangkan di negara berpenghasilan menengah, bayi-bayi akan selamat, namun berakhir cacat karena kurangnya penggunaan teknologi yang optimal. Kemudian bagi negara dengan penghasilan tinggi, hampir semua bayi-bayi akan bertahan hidup.
Pencegahan
Untuk mencegah kematian dan komplikasi kelahiran prematur harus dimulai dari sang ibu dengan menerapkan pola hidup sehat. Melakukan diet sehat, mendapatkan nutrisi optimal, rutin mengukur janin menggunakan ultrasonografi dini untu menentukan usia kehamilan dan mendeteksi kehamilan ganda, dan mengecek ke dokter kandungan minimal 8 kali sebelum minggu ke-12 untuk mengetahui dan meminimalisir risiko infeksi.
Jika seorang ibu telah melahirkan prematur atau berisiko melahirkan prematur, harus diketahui apakah di tempat bersalin tersebut terdapat perawatan memadai untuk gangguan neurologis serta kesulitan bernapas dan infeksi, serta steroid antenatal dan perawatan tokolitik untuk menunda persalinan. Lebih lanjut, jika bayi telah lahir prematur, segera setelah lahir perawatan bagi bayi bisa berupa inisiasi menyusui dini, penggunaan Continous Positive Airway Pressure (CPAP) atau ventilator pembantu pernapasan, dan obat-obatan agar mencegah kematian pada bayi prematur.
Terlepas dari itu, prematur bukanlah hal yang salah ataupun tabu. Bagaimanapun anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dengan sepenuh hati. Namun, mencegah hal tersebut terjadi sangat penting diketahui. Sebab, melihat bayi sengsara karena komplikasi atau kehilangan mereka pasti akan sangat menyakitkan bagi para orang tua.
Penulis: Nurukhfi Mega Hapsari
editor: jatmiko