Tugumalang.id – Memperingati Hari Anak Nasional 23 Juli 2021, Pusat Gender dan Kesehatan (PGK) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Malang (UM) menggelar seminar “Mengonstruksi Nilai Pendidikan pada Cerita Anak”, pada Kamis (15/7/2021).
Seminar tersebut mendatangkan narasumber yaitu Himpunan Sarjana Kesusastraan (Hiski) Anas Ahmadi, Dosen UIN Purwokerto Heru Kurniawan, dan Dosen Sastra Anak UM Yuni Pratiwi. Juga hadir Kepala PGK UM Azizatuz Zahro dan Ketua LP2M UM Prof Dr Markus Diantoro MSi. Seminar menghadirkan para ahli dari perguruan tinggi dan juga penulis cerita anak serta ratusan peserta dari seluruh Indonesia.
Zahro dalam sambutannya menyatakan, pembentukan karakter dan pendidikan untuk anak harus tetap berjalan baik, meski situasi pandemi. Salah satunya dengan menyediakan cerita yang bernilai pendidikan.
“Nah seminar ini dimaksudkan untuk mengembalikan tradisi bercerita sebagai media menyampaikan pendidikan pada anak. Sifat cerita yang menghibur akan membuat anak senang dan tak merasa digurui. Selain itu, cerita juga memiliki manfaat yang lengkap dari sisi psikologis, sosial, afektif, maupun kognitif,” jelasnya.
Prof Markus menambahkan, cerita anak sebagai topik diskusi seminar, diwujudkan dalam prakteknya. Maka penting agar para pendidik bisa berkarya menulis cerita anak.
“Maka pentingnya tindak lanjut dari seminar ini adalah karya penulisan cerita anak oleh para pendidik,” kata Guru Besar Fisika UM tersebut.
Sementara Anas menyatakan, mengenali kepribadian dan perkembangan anak sangat penting bagi penulis, agar dapat menghadirkan cerita anak yang mendukung tumbuh kembang anak.
“Karena perilaku seseorang saat dewasa itu dipengaruhi oleh dunianya pada masa anak-anak,” kata pria yang juga menjabat Kaprodi Bahasa Mandarin Unesa tersebut.
Hal senada disampaikan Heru, cerita yang disampaikan pada anak harus menarik. Salah satu caranya dengan menghadirkan cerita yang membuat otak mengonstruksi senidiri nilai baik. Cerita yang menarik tidak boleh terjebak dalam moral praktis. “Walaupun cerita anak memang harus bermuatan nilai edukasi,” ujarnya.
Meski begitu, Yuni menyatakan bahwa cerita anak harus menghadirkan dunia anak dengan bijaksana. Karena penulis dewasa menurutnya tidak sepenuhnya bisa menghadirkan dunia anak, namun penulis memiliki kebijaksanaan.
“Penulis usia anak dapat menghadirkan dunia anak yang sedang dilaluinya, namun membutuhkan bimbingan. Oleh karena itu, keseimbangan menjadi kunci penting dalam penulisan cerita anak,” pungkasnya.(ads)
Reporter: Fajrus Sidiq
Editor: Lizya Kristanti