Malang, Tugumalang.id – Angka kasus kanker serviks di Kota Batu, Jawa Timur per 2024 mencapai 10 orang. Dalam hal ini, Dinas Kesehatan Kota Batu masih berupaya menekan angka kasus tersebut dengan menggencarkan deteksi dini.
Terakhir, deteksi dini dilakukan di Puskesmas Beji, Kota Batu pada Sabtu (14/12/2024). Layanan dilakukan untuk mendeteksi dini Kanker Leher Rahim (IVA) dan Kanker Payudara (sadanis).
Kepala Dinkes Kota Batu, Aditya Prasaja menuturkan hingga November 2024, kanker serviks banyak menyerang perempuan berusia di atas 30 tahun, dengan puncak risiko. Kelompok usia 45-54 tahun menjadi kelompok yang paling berisiko terkena penyakit ini.
Baca Juga: 6 Tanda Kamu Terkena Gejala Kanker Serviks, Mulai dari Pendarahan hingga Tidak Nafsu Makan
“Kebanyakan pasien baru datang ke faskes pada stadium lanjut. Ini yang harus dikenalkan lagi. Ini diperkirakan akibat program skrining yang minim sehingga kanker serviks menjadi masalah besar dalam pelayanan kesehatan,” kata Aditya.
Menurutnya, Aditya menambahkan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terkait pentingnya pemeriksaan dini menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus kanker serviks.
”Padahal 90-95 persen faktor risiko terkena kanker berhubungan dengan perilaku dan lingkungan,” ujarnya.
Ia berharap perempuan di Kota Batu lebih sadar dan menekankan pentingnya deteksi dini kesehatan dengan mengunjungi puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Kanker serviks menjadi kanker tebanyak yang ditemukan kasusnya setelah kanker payudara. Menurut WHO 490.000 perempuan di dunia setiap bulannya didiagnosa kena kanker serviks dan 80 persen berada di negara berkembang termasuk Indonesia.
Baca Juga: Dinkes Kota Batu Sebar IVA Kit di Tiap Puskesmas Tingkatkan Deteksi Dini Kanker Rahim
Di Indonesia, diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru dengan 20-25 orang meninggal. Artinya Indonesia akan kehilangan 600-750 orang perempuan yang masih produktif setiap bulannya.
Sebenarnya, kata dia, kanker serviks dapat dicegah. Salah satunya dengan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Apabila ada lesi pra-kanker langsung bisa ditangani sehingga sel tidak tumbuh menjadi kanker,” tutur Susan.
IVA merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker dengan sensitifitas sekitar 66-69 persen dan spesifitas sekitar 64-98 persen.
Sedangkan nilai prediksi positif dan nilai prediksi negative masing-masing antara 10-20 persen dan 92-97 persen. Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining yang murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat serta dapat dilaksanakan oleh selain dokter ginekologi.
“Tujuan pemeriksaan IVA untuk mengurangi morbiditas dari penyakit dengan pengobatan dini, terhadap kasus-kasus yang ditemukan untuk mengetahui kelainan pada leher rahim. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan di puskesmas oleh dokter dan bidan terlatih dengan melibatkan kader-kader di desa/kelurahan,” papar Susan.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy
Redaktur: jatmiko