Tugumalang.id – Nama Nurhayati Subakat, Founder dan Komisaris Utama PT Paragon Technology & Innovation kembali mencuat setelah masuk dalam daftar Most Powerfull Women dari Fortune Indonesia atau wanita paling berpengaruh.
Dengan begitu, sosok Nurhayati Subakat sudah bisa dikatakan sejajar dengan nama-nama besar pejabat kenegaraan lainnya seperti Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI hingga mantan Presiden RI, Megawati Soekarnoputri.
Lalu, seperti apa sosok Nurhayati Subakat? Padahal, dia bukan seorang pejabat negara?
Jika bicara seputar sosok ini memang istimewa. Dr (HC) Dra Nurhayati Subakat Apt merupakan sosok penting di balik kesuksesan PT Paragon Technology & Innovation, perusahaan kosmetik ternama di tanah air.
Nurhayati merintis PT Paragon sudah sejak 1985 dari nol. Mulai dari industri kecil rumahan hingga kini berjaya di mancangera. Brand kosmetik paling populer seperti di antaranya Wardah, Putri, Make Over, Emina, Labore, Crystallure, BIodef, hingga Kahf.
Kiprahnya membesarkan PT Paragon tersebut bahkan sudah diakui dunia. Sebelumnya, Nurhayati Subakat juga mencatatkan diri sebagai satu dari 25 pebisnis perempuan paling berpengaruh versi Forbes Asia 2018 silam.
Tidak ada yang menyangka jika perusahaan raksasa yang sudah bertahan selama 37 tahun ini lahir dari seorang bertangan lembut. Kiprahnya mematahkan anggapan bahwa kesuksesan harus dibangun dari seorang bertangan besi.
Berdiri sejak 1986 di skala industri rumahan, PT Paragon kini menjadi pabrikan besar yang berpusat di kawasan Jatake, Tangerang, Banten, dan total telah memiliki sebanyak 40 kantor cabang distribusi di seluruh Indonesia dan Malaysia.
Bicara seputar latar belakang Nurhayati Subakat sendiri ternyata bisa dibilang tidak memiliki darah pebisnis. Latar belakang paling signifikan satu-satunya dari beliau adalah dunia pendidikan.
Nurhayati merupakan lulusan Jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1971. Ibu tiga anak ini bahkan tercatat lulus dengan predikat cumlaude. Tak berhenti di situ, dia terus melanjutkan pendidikan profesi apoteker dan kembali lulus cumlaude.
Melihat latar belakang tersebut, wanita berusia 72 tahun kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat, ini menyimpukan bahwa jalan sunyinya terjun ke dunia bisnis bukanlah ‘by design’, melainkan ‘by accident’. Dunia bisnis bukanlah suatu hal yang ingin dia dan ibunya geluti.
Ceritanya begini. Ternyata Gelar Doktor (Dr) dan predikat cumlaude bukan jadi jaminan. Nurhayati yang ingin jadi dosen ini ditolak saat akan melamar kerja sebagai dosen di kampusnya sendiri.
”Waktu itu saya kaget sekali. Tapi ya mau gimana. Mau gak mau, saya harus dapat kerja. Tapi cari kerja waktu itu memang sulit sekali. Sampai saya dapet kerja jadi tenaga honorer bergaji Rp 20 ribu sebulan tetap saya lakoni,” kenang ibu Salman Subakat, CEO PT Paragon saat ini.
Tak terhitung berapa banyak perusahaan yang dia lamar, tetap menolaknya. Hingga kemudian, waktu menuntunnya menemukan tempat berlabuh di salah satu perusahaan kosmetik dari Jerman dengan gaji tiga kali lipat dari perusahaan sebelumnya.
Hingga lima tahun kemudian, dia merasa kiprahnya di perusahaan tersebut telah usai. Nurhayati memilih mundur dan memilih jalan berwirausaha. Berbekal kemampuan dan pengalamannya di bidang farmasi, Nurhayati menemukan formula khusus untuk produk kosmetiknya.
Bersama dua orang pembantunya, Nurhayati bersama suami, Hadi Subakat, nekat memproduksi sampo untuk disuplai di salon-salon. Dari situ, namanya mulai dikenal. Perlahan, Nurhayati terus unjuk diri berinovasi dan kembali meracik formula-formula baru untuk produk kosmetik hingga berkembang besar sampai sekarang dan memiliki 12 ribu karyawan.
”Ini yang saya sebut kiprah saya menjadi pengusaha itu bukan by design, tapi by accident. Gak sengaja. Sekarang saya mikirnya udah beda, ya untung dulu saya gak jadi dosen. Untung juga bos saya galak. Itu semua yang mengantar saya sampai jadi sekarang,” ujarnya.
Kunci Sukses: Menganut Prinsip Kebermaknaan Hidup

Bertahannya PT Paragon di bawah kendali Nurhayati Subakat selama 37 tahun bukan perkara soal keberuntungan. Prinsip yang dipegang perusahaan ini cukup berbeda dari kebanyakan yang berorientasi pada bisnis semata.
PT Paragon rupanya punya prinsip kebermaknaan hidup yang kuat dan mendarah daging. Nurhayati dan Paragonian, sebutan untuk kedua belas ribu karyawannnya, menyebutnya Lima Nilai Inti (Core Values) yang meliputi Ketuhanan, Kepedulian, Kerendahan Hati, Ketangguhan, dan Inovasi.
”Ini yang jadi pijakan kami. Alhamdulilah menjadikan perusahaan ini bertahan dan bermanfaat. Dengan terus memberikan makna, dengan itu kami yakin kami akan terus bertumbuh. Prinsip kebermaknaan hidup,” jelas Nurhayati, mantap.
Nilai-nilai ini juga bukan hanya didasarkan pada kajian teoritis belaka, namun juga didasarkan dari pengalaman. Pernah suatu ketika, perusahaan yang sedang dirintisnya itu kembali diuji.
Waktu itu tahun 1990-an, kisah Nurhayati, gudang pabriknya mengalami kebakaran hebat. Kerugian yang dialami tidak bisa ditaksir. Tutup adalah opsi rasional yang biasanya dipilih pengusaha ketika dihadapkan pada situasi sulit ini. Namun, itu tidak terpikir di kepala Nurhayati.
”Opsi rasionalnya memang harus tutup. Tapi saya kemudian kepikiran nasib karyawan-karyawan saya. Saya tidak sampai hati memilih opsi tutup. Berat sekali, apalagi waktu itu mau lebaran,” kenangnya.
Di situlah, nilai kepedulian, salah satu Lima Nilai Inti yang dipegangnya punya daya magis yang ajaib. Berangkat dari tanggung jawab memikul nasib para karyawan, PT Paragon kembali bangkit dan bertahan hingga sekarang menjadi salah satu perusahaan raksasa kosmetik tanah air.
Komitmen Mengawal Pendidikan Bangsa

Seiring waktu berjalan dan dunia bisnis yang terus berkembang, tak membuat PT Paragon Technology & Innovation mengingkari prinsip kebermaknaan hidupnya. Selain fokus memperkuat bisnis, Paragon yang sudah menginjak generasi ketiga ini tetap memegang teguh warisan leluhur soal pentingnya pendidikan.
Paragon dengan tegas menjadi perusahaan yang berdiri paling depan mengawal pendidikan untuk bangsa. Paragon sendiri telah memberi beasiswa kepada lebih dari 600 putra-putri bangsa lewat berbagai program.
Sebut saja lewat program magang, riset bersama kampus, wadah pengembangan mahasiswa, program Master Class, Generasi Relawan, hingga Jaringan Penggerak Pendidikan dan berbagai program Corporate Social Responsibility-nya.
”Karena dengan pendidikan bisa mengubah nasib seseorang, juga bisa mengubah nasib bangsa. Kalau saya, pendidikan adalah jalan tol menuju kesuksesan,” tegasnya.
Lewat berbagai program itu pula, Nurhayati punya angan-angan agar lima nilai inti yang dianut PT Paragon selama ini juga bisa diwariskan kepada generasi penerus bangsa agar memiliki karakter atau soft skill yang juga dibutuhkan dalam dunia bisnis.
“Karena visi kami bukan hanya sekedar mencari uang, tapi juga bagaimana caranya agar perusahaan ini bisa membawa manfaat untuk orang lain,” ucap wanita yang juga Anggota Majelis Amanat ITB ini.
Karenanya, PT Paragon Technology & Innovation terus menggulirkan berbagai program Beasiswa Prestasi, Beasiswa Pemberdayaan, dan Beasiswa Tugas Akhir, serta beragam program CSR Paragon Technology & Innovation untuk pendidikan, pemberdayaan perempuan, lingkungan, dan kesehatan lainnya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id