MALANG, Tugumalang.id – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang (FEB Unisma) sebagai Fakultas yang telah memiliki dua program studi, yaitu Prodi Akuntansi dan Manajemen yang direcognized Lembaga akreditasi internasional melaui pencapaian Akreditasi Internasioanl dari FIBAA Jerman.
Namun pencapaian itu tidak membuat FEB Unisma berpuas diri. Saat ini berbagai terobosan semakin ditingkatkan dalam mendukung lulusannya yang berdaya saing internasional. Salah satu program unggulan di antaranya program kelas internasional. Kelas tersebut baru-baru ini menghadirkan seorang CEO internasional yang turut andil dalam mengedukasi mahasiswanya khususnya untuk program kelas internasional Corporate Governance.

Jika sebelumnya telah menghadirkan dosen dari luar negeri, yaitu dosen dari Universiti Teknology Mara Malaysia melalui Program Visiting Scholar. Kali ini Hadirkan Visiting Expert Jeroin Rijenberg ( President Director PT Elite Investment Indonesia ( Multinasional), Founder SBDI Center Foundation International, CEO NaSu BVThe NetherlandsNetherland) untuk memberikan materi Corporate Governance dan Sustainability Development Goals.
Acara dibuka Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang, Nur Diana SE, MSi. Pada kesempatan Dekan Nur Diana mengatakan, bahwa FEB UNISMA sangat konsisten dalam menjalankan program internasional salah satunya telah dibuka kelas internasional sejak tahun 2019.
Berbagai aktivitas Internasional, kata Diana, menjadi bidikan utama guna mendukung pencapaian akreditasi internasional FIBAA Jerman. Hal ini telah membuahkan hasil pada Juni 2023, dua Program studinya yaitu Program Studi Manajemen dan Akuntansi telah meraih Akreditasi Internasional FIBAA dari Jerman.
Hai ini tak menyurutkan Langkah FEB UNISMA kedepannya, bahkan semakin gencar mendorong Tridhrama PT Berlevel Intrenasional. Seperti Pada Pembelajaran dikelas Internasional selain menggunakan Bahasa pengantar adalah Bahasa asing, juga digunakan kurikulum yang berstandar internasional dan menghadirkan expert untuk memperkuat mata kuliah yangditempuh mahasiswa.
Seperti saat ini, kata Nur Diana, mata kuliah corporate governance merupakan mata kuliah yang dibina dosen juga melibatkan praktisi nasional maupun internasional dalam beberapa pertemuan.
“Pelibatan Praktisi internasional pada beberapa pertemuan ini untuk mengurangi gap yang terjadi pada tataran teoritis dengan praktis. Hal ini sangat penting agar memberikan komparasi jika dikelas disampaikan sebatas teoritis namun saat ini mahasiswa mencoba menggali dari sisi praktisi langsung,” jelasnya.
BACA JUGA: HMJM FEB UNISMA Gelar Guest Lecture Bahas Career Pathway Plan in The Era 5.0
“Sehingga era saat ini selayaknya spirit Corporate Governance ditanamkan keberbagai sector industry agar dapat menjalankan tata kelola dengan berpegang pada prinsip Tata kelola TARIF yang dinamis sehingga mampu menangani isu-isu SDGs,” tutur Diana
Sementara itu Jeroen dalam Kuliah Praktisi menjelaskan konsep, praktik, serta perkembangan dan keterkaitan corporate governance dengan SDGs. Secara umum, narasumber menjelaskan bahwa perusahaan dikelola untuk memenuhi ekspektasi stakeholder bukan hanya pemegang saham (stockholder).
“Tata kelola perusahaan adalah struktur dan proses yang digunakan oleh perusahaan untuk mengarahkan dan mengawasi kegiatan bisnis mereka. Basic value corporate governance terdiri dari transparency, accountability, responsibility, independence, dan fairness ( TARIF)” Tuturnya
“Good Corporate Governance (GCG) mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. GCG memiliki 5 prinsip dasar, yaitu Transparency, Accountability, Responsibility, Independency, dan fairness. Prinsip Responsibility berkaitan erat dengan CSR, dimana perusahaan dalam kegiatan operasionalnya mempunyai peran untuk bertanggungjawab kepada shareholder dan juga kepada stakeholder” jelas Jeroen dihadapan peserta kelas internasional Corporate Governance
“ ada 3 dimensi pembangunanSDGs adalah agenda pembangunan global yang komprehensif, inklusif dan mengutamakan prinsip universalitas. Perkembangan dunia usaha memberikan peran potensial dan kontribusi dalam tantangan pembangunan global. Dunia usaha berpartisipasi dalam proses pembangunan dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan penerimaan pajak. Peran yang lebih luas bagi dunia usaha adalah terlibat dalam agenda pembangunan khususnya SDGs,” tukasnya
Menurutnya, bentuk dari pertanggungjawaban suatu perusahaan yaitu kepatuhan perusahaan pada peraturan-peraturan yang berlaku diantaranya seperti masalah perpajakan, hubungan industrial, kesehatan serta keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan yang lain sebagainya. Kebijakan CSR harus memberikan manfaat tidak hanya kepada perusahaan, tetapi juga bagi masyarakat dan lingkungan.
Untuk mendapatkan peluang bisnis yang lebih besar, perusahaan perlu mengimplementasikan praktek keberlanjutan sosial dan lingkungan untuk mengejar pangsa pasar. Banyaknya perusahaan yang menerapkan praktek SDGs akan menjadi sesuatu kekuatan atau gerakan yang besar. Sementara sebaliknya, apabila pelaku usaha tidak menerapkan praktek berkelanjutan, akan kesulitan untuk mendapat tempat yang layak untuk berbisnis.(*)
editor: jatmiko