MALANG, Tugumalang.id – Dalam rangka memperingati World Mental Health Day 2024, Indonesia Mental Health Summit memberi dukungan psikologis untuk para atlet dan masyarakat umum melalui talkshow, yang digelar Sabtu (26/10/2024) di Sarinah Mall Malang.
Talkshow gratis ini mengusung tema “Kesehatan Mental dan Psikologi Olahraga untuk Atlet”.
Diinisiasi psikolog sekaligus Direktur PT. LARI – Laressa Rafflesia International dan Founder Media Online Psikoday, Ade Laressa, S.Psi, M.Psi,.
Talkshow ini menggandeng salah satu narasumber, seorang psikolog olahraga, Kurniati Rahayuni, S.Psi, M.Psi, Ph.D.
Baca Juga: Kolaborasi Fakultas Psikologi UM bersama BNN, Beri Materi Micro Teaching Guna Tingkatkan Keterampilan Agen Pemulihan
Kurniati membahas tentang tantangan kesehatan mental yang sering dihadapi para atlet dan strategi psikologis untuk meningkatkan performa serta kesehatan mental dalam lingkungan olahraga yang kompetitif. Hal tersebut merupakan salah satu bagian dari fokus penelitiannya untuk mengembangkan asesmen kesehatan mental bagi atlet.

Menurut Kurniati, dibalik kuatnya fisik dan stamina yang dimiliki para atlet saat berlaga digelanggang, mereka juga seorang individu yang bisa mengalami masalah dalam kesehatan mental. Misal kecemasas, gangguan tidur, gangguan makan, hingga depresi.
“Atlet juga beresiko mengalami masalah dalam kesehatan mental. Misalnya ketika prestasi menurun, persaingan tinggi atau ada hambatan lain, bisa membuat atlet stres dan bisa membuat prestasinya menurun,” ujar dosen sekaligus Kaprodi Departemen Pendidikan Kepelatihan Olahraga di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang (FIK UM) itu.
Alumni PhD dari SPORTEXR University of Birmingham tersebut menjabarkan, ada beberapa faktor yang bisa mendukung kesehatan mental atlet, misalnya kehadiran support system orangtua, pelatih dan lingkungan latihan yang positif. Sebab, tidak hanya menuntut secara fisik, olahraga juga sangat menuntut secara psikologis.
Baca Juga: Pj Wali kota Malang Beri Dukungan Psikologis Pada Bocah Korban Kekerasan di RSSA
Para atlet harus mempertahankan konsentrasi, menghadapi tekanan pertandingan, target, membuat keputusan rumit dalam waktu cepat.
Mereka juga harus menghadapi kekecewaan emosional, seperti ekspektasi yang tidak realistis, kritik dan kekecewaan orang lain dan evaluasi performa yang tidak memuaskan.

Ia menambahkan, ada beberapa cara untuk menjaga sekaligus memperkuat kesehatan mental atlet.
Pertama, pahami bahwa stress adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama para atlet. Dengan begitu, atlet lebih mudah untuk bersahabat dengan situasi tersebut.
“Pahami dulu bahwa stres itu adalah bagian dari kehidupan kita. Stres juga merupakan suatu mekanisme yang alamiah dari tubuh kita. Stres ada karena tujuannya melindungi kita. Kalau nggak mengalami stres, mungkin kita nggak berkembang. Jadi untuk para atlet, bersahabatlah dengan stres, kenali penyebab stress anda,” paparnya.
Ketika sudah memahami stress kita, baru lakukan aktivitas positif untuk menurunkan stres itu hingga merasa lebih tenang. Selain itu, selalu katakan hal positif pada diri sendiri. Hal ini dapat memiliki efek yang kuat pada kejiwaan dan kepercayaan diri seseorang.
“Katakan ‘aku bisa’. Jika membiasakan diri menggunakan kata-kata yang membuat lebih positif, maka membuat atlet lebih optimis dan lebih resilien dari stress,” sambung Kurniati.
Lingkungan keluarga, maupun organisasi juga memiliki peran penting dalam memperkuat kesehatan mental atlet. Dengan menciptakan hubungan positif yang saling mendukung, ketika seseorang berada dalam lingkungan yang sehat, ia akan merasa nyaman mengeluarkan potensinya, termasuk menyuarakan kondisinya ketika ia butuh pertolongan.
“Orang tua atlet juga harus bisa memahami. Termasuk pelatih. Saling mendukung, bagaimana caranya memanfaatkan stres tadi menjadi hal positif. Sampaikan mereka untuk menikmati permainannya karena sebenarnya, performa puncak seorang atlet itu kalau dia nyaman dan enjoy,” tukasnya.
Kepada para atlet, Kurniati berpesan untuk selalu mencintai dan peduli pada dirinya sendiri. Supporter terbaik bagi seorang atlet, bukan hanya dari lingkungan eksternal tapi juga internal dirinya sendiri.

Jika sudah melakukan segala cara terbaik untuk mengelola kesehatan mental, namun belum berhasil. Maka, dapat berkonsultasi dengan ahlinya, seperti psikolog untuk mendapat penanganan yang tepat.
“Support yourself, love your self. Jika dalam kondisi yang sedang tidak baik-baik saja, bingung, sudah berusaha menghalau stres dengan melakukan hobi, ngobrol, refreshing. Namun rasa cemas itu masih bertahan hingga dua minggu, di minggu ketiga segeralah menemui pihak yang tepat, seperti psikolog,” tegas Kurniati.
Sementara itu, Ade Laressa, S.Psi, M.Psi,. menjelaskan, Indonesia Mental Health Summit 2024 berlangsung pada 25- 27 Oktober 2024. Event ini diisi dengan berbagai kegiatan. Mulai dari bazar, senam berkebaya, sampai webinar dengan berbagai narasumber yang kompeten di bidangnya.
“Kami ingin mengedukasi pada masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental. Karena ini pertama kali diadakan, harapannya akan diadakan setiap tahun di kota berbeda. Malang ini menjadi kota pertama karena selain kota kreatif yang sudah diakui Unesco juga memiliki potensi dan atlet yang berprestasi,” tutupnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter : Feni Yusnia
editor: jatmiko